Perspektif Al Qur’an Tentang Orang Tua Rasulullah SAW

Sarkub Share:
Share

تفسير الطبري – (ج 24 / ص 487)

عن ابن عباس، في قوله:( وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى ) قال: من رضا محمد صلى الله عليه وسلم ألا يدخل أحد من أهل بيته النار.

Artinya : “Dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah SWT : Wa la saufa yu’tika Rabbuka fa tardha (Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu hati kamu menjadi puas). Termasuk keridhoan Nabi Muhammad SAW adalah tidak ada satupun dari ahlul baitnya yang masuk ke dalam neraka. (Tafsir Ath Thobariy Juz 24 hal 487)”

Selain itu, menurut sebagian ulama mengatakan bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW. berada di neraka sama halnya dengan menyakiti hati beliau.

Syekh Ismail Haqqiy Al Khalwatiy dalam kitab tafsirnya :

تفسير حقي – (ج 11 / ص 128)

قال الامام السهيلى رحمه الله ليس لنا ان نقول ان ابوى النبى صلى الله عليه وسلم فى النار لقوله عليه السلام « لا تؤذوا الاحياء بسبب الاموات » والله تعالى يقول { ان الذين يؤذون الله ورسوله } الآية يعنى يدخل التعامل المذكور فى اللعنة الآتية ولا يجوز القول فى الانبياء عليهم السلام بشئ يؤدة الى العيب والنقصان ولا فيما يتعلق بهم

Artinya : “Imam As Suhailiy rahimahullah berkata: “Kami tidak akan mengatakan bahwasanya kedua orang tua Nabi Muhammad SAW di neraka karena sabda beliau: “Janganlah kalian semua menyakiti orang-orang yang hidup dengan sebab orang-orang yang telah mati.” Dan Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Q.S. Al Ahzab 57), yakni perbuatan diatas masuk ke dalam laknat yg terdapat dalam ayat tersebut. Dan tidak boleh mengatakan tentang diri para Nabi alaihimus salam dan apapun yang berhubungan dengan mereka sesuatu yang bisa mendatangkan aib dan kekurangan.”

Di halaman lain :

تفسير حقي – (ج 1 / ص 285)

وسئل القاضى ابو بكر ابن العربى احد الائمة المالكية عن رجل قال ان آباء النبى عليه السلام فى النار فأجاب بانه ملعون لان الله تعالى يقول { ان الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله فى الدنيا والآخرة } وفى الحديث « لا تؤذوا الاحياء بسبب الاموات »

Artinya : “Al Qadhiy Abu Bakar Al A’raabiy, salah satu Imam madzhab Malikiy, ditanyai mengenai seseorang yang mengatakan bahwa orang tua Nabi saw di neraka, beliau menjawab : Bahwasanya orang berkata demikian, di laknat (oleh Allah SWT), karena Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan akhirat, dan disiapkan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab: 57). Dan di dalam sebuah Hadis, Nabi saw bersabda : ‘Janganlah kalian menyakiti yang hidup karena sebab yang telah wafat.”

Kemudian ada satu bahasan ulasan ulama mengenai hadis ini :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Artinya : “Dari Anas radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah, dimanakah tempat ayahku (yang telah meninggal) sekarang berada ?”. Beliau menjawab : “Di neraka”. Ketika orang tersebut menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata : “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka”. (HR. Muslim no. 203, Abu Dawud no. 4718, Ahmad no. 13861, Ibnu Hibban no. 578, Al-Baihaqi dalam Al-Kubraa no. 13856, Abu ‘Awanah no. 289, dan Abu Ya’la no. 3516).

Lafadz “abu” (ayah/bapak) dalam istilah bahasa Arab tidak selalu bermakana ayah kandung.

Imam Suyuthi dalam kitab Masalikul Hunafa’ Fii Hayaati Abawayyil Musthofa menerangkan :

مسالك الحنفا في والدي المصطفى – الإمام السيوطي – (ج 1 / ص 23)

وقد وجه من حيث اللغة بأن العرب تطلق لفظ الأب على العم إطلاقا شائعا وإن كان مجازا، وفي التنزيل ( أم كنتم شهداء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد آلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق) فأطلق على إسماعيل لفظ الأب وهو عم يعقوب كما أطلق على إبراهيم وهو جده.

Artinya : “Dan Sungguh diterangkan dari sisi bahasa, bahwasanya orang Arab benar-benar mengucapkan lafadz “bapak” untuk “paman”, meski hal tersebut adalah majaz. Di dalam Al Quran disebutkan :

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Artinya : “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.

Nabi Ismail di sebut bapak padahal beliau adalah paman Nabi Ya’qub (keterangan : Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim), sebagaimana diucapkan atas Nabi Ibrahim (dengan sebutan bapak), padahal beliau adalah kakek Nabi Ya’qub.”

Dan kalaupun kita ingin menghindari perselisihan pendapat ulama dalam permasalahan ini dan memilih pendapat yang lebih aman serta selamat ada satu ungkapan menarik dari Al Imam Khothib Asy Syarbini di dalam kitab tafsir beliau As Sirajul Munir mengenai silang pendapat para ulama mengenai kedua orang tua Nabi Muhammad SAW ini :

تفسير السراج المنير – (ج 1 / ص 2055)

والأولى لنا الإمساك عن ذلك فإنّ الله تعالى لم يكلفنا بذلك ونكل الأمر في ذلك إلى الله تعالى، ونقول كما قال النووي لما سئل عن طائفة ابن عربي {تلك أمّة قد خلت لها ما كسبت ولكم ما كسبتم ولا تسئلون عما كانوا يعملون} (البقرة، 134)

Artinya : “Yang utama bagi kita adalah imsak ( menahan diri ) mengenai hal tersebut (masalah kedua orang tua Nabi Muhammad SAW). Karena Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak membebani kita mengenai hal tersebut. Kami menyerahkan urusan ini kepada Allah Ta’ala. Dan Kami ucapkan kata-kata sebagaimana perkataan Imam Nawawi ketika ditanyakan kepada beliau tentang golongan Ibnu Arabi : “Itu adalah umat yang lalu, baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al Baqoroh 134”

WaLlahua’lam

Sumber : Dody El Hasyimi

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan