Perspektif Al Qur’an Tentang Orang Tua Rasulullah SAW

Sarkub Share:
Share

Entah mengapa akhir-akhir ini banyak orang yang membahas orang tua Nabi Muhammad SAW. Di antara mereka ada yang tega mengatakan bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW adalah ahli neraka. Jelas hal ini tidak bisa diterima begitu saja oleh kaum Aswaja dengan alasan banyak dalil, baik aqli dan naqli, yang mengatakan bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW adalah ahli surga.

Menurut orang yang mendakwa orang tua Nabi Muhammad SAW masuk neraka di dasarkan hadits tentang orang badui yang bertanya tentang keadaan ayahnya, lalu Nabi Muhammad SAW menjawab ayahku dan ayahmu di dalam neraka. Namun para ahli hadits menyatakan bahwa hal itu tidak cukup kuat sebagai dasar dalil bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW berada di neraka. Karena kalimat “ayah” dalam budaya bangsa Arab bisa diartikan paman, sedangkan kita tahu paman Nabi Muhammad SAW, semacam Abu Jahal, Abu Lahab dan lain-lain, sudah termaktub dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bahwa mereka pasti masuk neraka.

Bukan sembarang dalil, ulama yang menggolongkan orang tua Nabi Muhammad SAW ke dalam sebagai ahli surga yang selamat dari siksa neraka, punya dalil berdasarkan ayat-ayat Al Quran. Diantaranya dengan alasan bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW termaktub dalam kategori :

1. AHLUL FATRAH

Masa Fatrah adalah masa kekosongan kenabian, sebagaimana diterangkan dalam potongan firman Allah QS. Al Isro’ 15 :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا [الإسراء/15]

Artinya : ”Kami tidaklah mengadzab (suatu kaum) hingga kami mengutus (kepada mereka) seorang rasul”

Al Imam Al Hafizh As Suyuthi di dalam kitabnya al Hawi lil Fatawa Juz 3 hal 299 menerangkan pendirian yang dipegang guru beliau Syaikhul Islam Syarofuddin Al Munawiy :

فإنه سئل عن والد النبي صلى الله عليه وسلم هل هو في النار فزأر في السائل زأرة شديدة فقال له السائل هل ثبت إسلامه فقال إنه مات في الفترة ولا تعذيب قبل البعثة، ونقله سبط ابن الجوزي في كتاب مرآة الزمان عن جماعة فإنه حكى كلام جده على حديث إحياء أمه صلى الله عليه وسلم ثم قال ما نصه: وقال قوم قد قال الله تعالى (وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا) والدعوة لم تبلغ أباه وأمه فما ذنبهما

Artinya : “Beliau (Al Imam al Hafizh Al Munawi) ditanyai tentang keadaan orang tua Nabi SAW. Apakah di neraka ? Maka beliau menghardik sangat keras kepada orang yang bertanya tadi. Lalu orang yang bertanya tadi bertanya lagi kepada beliau: “Apakah keislaman orang tua nabi s.a.w tsabit (terdapat dalilnya) ?” Beliau menjawab: “Orang tua Rasulullah SAW meninggal di masa fatrah dan tidak ada siksaan sebelum diutusnya nabi.”

Lalu Imam Suyuthi menuliskan pendapat cucu dari Ibnu Al-Jauzi di dalam kitabnya Miratuz Zaman :

قوم قد قال الله تعالى (وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا) والدعوة لم تبلغ أباه وأمه فما ذنبهما

Artinya : “Sekelompok ulama telah berkata : “Allah Swt berfirman: “Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul” Sedangkan dakwah belum sampai kepada ayah dan ibunda Nabi SAW, lalu apa dosa keduanya (sehingga layak masuk neraka) ?”

Sebagaimana maklum diketahui bahwasanya orang tua nabi berada diantara masa kekosongan antara Nabi Isa a.s. dan Nabi Muhammad SAW. Keterangan mengenai hal ini cukuplah sampai di sini dan tidak dilanjutkan lebih jauh karena sudah banyak yang membahasnya.

2. AHLI SUJUD (BUKAN PENYEMBAH BERHALA)

Ketika Imam Sufyan bin Uyainah (salah seorang imam mujtahid dan termasuk guru imam Syafi’i) ditanya “ Apakah ada seorang pun dari keturunan Nabi Ismail yang menyembah berhala ? Maka beliau menjawab:

لا ألم تسمع قوله (واجنبني وبني أن نعبد الأصنام)

Artinya : “Tidak ada. Apakah kamu tidak mendengar firman Allah Swt “ Dan jauhkanlah aku dan keturunanku dari menyembah berhala “. (Q.S. Ibrahim: 35).” (Al Hawi lil Fatawa karya Al Imam Al Hafizh As Suyuthi Hal. 323 Juz. 3, Maktabah Syamilah)

Sebagian ulama lain berhujjah tentang selamatnya orang tua Nabi Muhammad SAW dengan ayat-ayat ini :

Allah Swt berfirman

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين

َArtinya : “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud“. (Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219)

Sebagian ahli tafsir termasuk sahabat Ibnu Abbas (master ahli tafsir yang langsung didoakan oleh Nabi Muhammad SAW menjadi orang yg faqih dan ahli takwil) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan redaksi :

وتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين

(Dan perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud ) adalah perpindahan cahaya Nabi Muhammad SAW dari sulbi seorang ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, sampai dilahirkan sebagai seorang Muhammad yang menjadi Nabi bagi umat akhir zaman.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan