Beratnya Mendidik Anak

Sarkub Share:
Share

Ada seorang ibu ditinggal suami sejak lama, punya 2 orang anak keduanya berusia diatas 30-an tahun. Ibu itu mengeluh setiap hari dia kesepian di kampung halamannya sementara kedua anaknya bekerja di luar kota, satu sudah menikah satunya masih pacaran.

Sang ibu tetap bekerja untuk menyambung hidupnya, karena kiriman dari kedua anaknya tidak cukup untuk biaya hidup sehari-harinya. Anak yang satu sudah ada tanggungan istri dan anaknya, sementara yang satunya lagi dimanjakan oleh pacar barunya.

Di keheningan malam ibu itu menangis, seraya berkata :

“Kenapa anakku semakin jauh dariku ? Tidakkah mereka mengingat ketika aku membawanya di dalam perut selama 9 bulan ?

Aku tidak membutuhkan balas jasa berupa materi dari anakku, tapi aku ingin mereka dekat denganku dan memperhatikanku di usiaku semakin senja.

Aku ingin orang yang pertama kali melihatku saat aku menghembuskan nafas terakhir adalah anakku seperti halnya aku orang pertama yang melihatnya menangis saat pertama kali hadir di dunia ini. :'(  :'(  :'(

Ini semua salahku yang tak bisa mendidik mereka dengan baik”

YA ALLAH… Sungguh tanggungjawab orang tua sangatlah berat, jika tidak bisa mendidik dengan baik justru menjadi boomerang bagi dirinya. Jadi teringat nasehat Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad dalam Kitab Nashoihud Diniyyah wal Washoya Al Imaniyyah, beliau menjelaskan :

وأهم مايتوجه على الوالد فى حق أولاده تحسين الآداب والتربية ليقع تشؤهم على محبة الخير ومعرفة الحق وتعظيم أمور الدين والاستهانة بأمور الدنيا وإيثار أمور الآخيرة فمن فرط فى تأديب أولاده وحسن تربيتهم وزرع فى قلوبهم محبة الدنيا وشهواتها وقلة المبالاة بأمور الدين ثم عقوه بعد ذلك فلايلومن إلانفسه والمفرط أولى بالخسارة فيما ذكرناه.

“Yang terpenting, tantangan orang tua terhadap hak anaknya adalah memperbaiki Adab dan mendidiknya, agar pertumbuhan anak-anaknya cinta kebaikan, mengetahui yang hak, mengutamakan urusan agama, mengesampingkan urusan dunia, dan mengutamakan urusan akhirat.

Barang siapa ceroboh mendidik dan ceroboh dalam kebaikan pendidikannya. Dan menanamkan pada hati anaknya kecintaan terhadap dunia dan kesenangan dunia, serta kepeduliannya terhadap urusan agama sangat minim (sedikit) kemudian setelah itu anak berani menentang orang tuanya maka jangan menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Orang yang ceroboh lebih tepat menyandang kerugian. Kebanyakan orang yang berani pada orang tuanya, keras hatinya di zaman ini penyebabnya adalah ceroboh terhadap apa yang disebutkan tadi.”

Semoga kita senantiasa bisa menjadi orang yang berbakti kepada kedua orang tua kita baik mereka sudah wafat apalagi saat masih hidup. Amiiin…

Sumber : Kiyai Imron Rosyadi

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan