
Sekitar 3 tahun yang lalu, ketika Yai Munawir masih sehat, ada tetangganya sowan beliau dan bertanya perihal masalah yang dihadapinya, Diantaranya beliau bertanya,
“Pak yai boleh ga orang minta segera meninggal dengan husnul khotimah?”
Yai Munawir menjawab, “boleh jika orang itu sedang bagus dunianya dan dia masih cinta dunia, karena takut kena fitnah harta maka dia memilih segera pulang kepada Allah, dengan 2 persiapan :
- Pertama selesaikan urusannya dulu dengan orang lain serta limpahkan sebagian harta kepada fakir miskin dan lain-lain,
- kedua bertobat dan perbanyak amal.
Tapi, Kalo sedang susah harta atau sedang mendapat ujian, tidak baik untuk minta segera meninggal karena dia sedang dipersiapkan Allah untuk naik derajatnya.
Pertanyaan spt ini kerap ditanyakan oleh orang-orang yang merasa hidupnya sudah buntu..di lain hari ada pula jamaah beliau yang bertanya seperti ini..
Selang beberapa bulan orang itu kembali lagi dan mengatakan, “Waah pak ustadz, permohonan minta segera mati saya tarik lagi deh, setelah saya lebih banyak beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT saya merasa tenang, damai, dan nyaman bersunyi-sunyi di sepertiga malam-malamku.. Alhamdulillaaah..
Gusti Allah dawuh dalam surat Az Zumar ayat 53
(قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ)
“Beri tahu mereka dawuh-Ku : Duh hamba-hamba-Ku yang suka menghinakan diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Gusti Allah. Sesungguhnya Gusti Allah bakal mengampuni semua dosa-dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam ayat ini, betapa Gusti Allah memanggil hamba-hamba-Nya yang bergelimang dosa dengan panggilan kasih sayang agar mau kembali menjadi hamba-Nya yang sholeh. Gusti Allah ingin hamba-Nya tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
Ada kisah Mbah Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimallahu ta’ala. Beliau menceritakan kisahnya, benar-benar Mbah Imam Fudhail bin ‘Iyadh belajar sabar dari seorang anak kecil. Suatu saat Mbah Imam Fudhail bin ‘Iyadh menuju masjid, Mbah Imam Fudhail mendapati seorang wanita di rumahnya sedang memukul anaknya yang tengah menangis. Lalu si anak segera membuka pintu dan keluar berlari, minggat. Segera sang ibu menutup pintu dari dalam. Kembali dari masjid, Mbah Imam Fudhail mendapati si kecil tadi menangis terangguk-angguk. Ia lantas tertidur di depan pintu mengharapkan kasih ibunya. Karena naluri kasih sayang sang ibu terhadap anaknya, sang ibu tersebut lalu membukakan pintu. Kemudian memeluk anaknya dengan penuh kelembutan dan memaafkan kesalahannya. Melihat sepotong cinta ini terperagakan, Mbah Imam Fudhail bin ‘Iyadh menangis hingga janggutnya basah dengan air mata. Lalu beliau dawuh,
” Masya Allah, sekiranya seorang hamba bersabar dihadapan pintu Gusti Allah, benar-benar Gusti Allah akan membukakan pintu untuk hambaNya.”
Oleh karena itu berputus asa dari rahmat itu termasuk dosa besar karena meragukan adanya sifat Rahman dan Rahim Allah. Termasuk dosa besar juga mengutuk seorang pendosa, terduga pelaku suatu dosa, terlebih yang tidak berbuat dosa, bahwa mereka jauh dari rahmat Gusti Allah. Na’udzubillah.
Kehidupan yang penuh dengan ujian yang Allah SWT berikan ini dijalankan saja, tidak ada salahnya terus berharap lewat doa dan ikhtiar. Semoga Allah SWT menganugerahi welas asih buat kita semua. Aamiin..aamiin..Allahumma aamiin Yaa hafidz Yaa nashiir..
Sumber : Tim Sarkub
No Responses