Ziarah Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie Pontianak

syarif alkadrie pontianak
Sarkub Share:
Share
syarif alkadrie pontianakBerwisata ke Kota Pontianak wajib rasanya untuk singgah ke Batu Layang. Selain Bangunan Kesultanan Kadriyah dan Masjid Jami' di wilayah Beting, Pontianak, Komplek pemakaman Sultan Kadriah di Batu Layang merupakan peninggalan warisan maha penting bagi Kota Pontianak. Di Komplek pemakan ini dimakamkan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pembuka kota Pontianak dan Sultan  Hamid II Alkadrie, pembuat lambang negara Indonesia (Garuda Pancasila).
 
Untuk dapat menuju ke pemakaman Batu Layang, peziarah harus memasuki perkampungan sekitar 5 menit dari jalan raya. Letak bangunan berada di pinggir Sungai Kapuas. Rasa tenang dan gambaran kejayaan kesultanan Kadriah terpancar. Warna bangunan hijau dan kuning (emas) dan tulisan arab di beberapa nisan (yang penulis lihat adalah pada makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, Sultan Hamid II Alkadrie dan Ibunya) menunjukkan bahwa Islam adalah landasan utama dari Kesultanan Kadriah.
 
Bangunan Kompleks Pemakaman Batu Layang
 

Budaya arab dan melayu terpancar dari warna bangunan dan nisan.  Dibangun sejak masa pemerintahan Syarif Abdurahman Alkadrie (1711 – 1808). Terdapat surau di depan bangunan kompleks pemakaman Batu Layang yang terletak di pinggir Sungai Kapuas, sehingga kita dapat khusyuk berdoa mendengar suara alam yang masih sangat alami. 
 
Untuk dapat berziarah ke makam Syarif Abdurahman Alkadrie, peziarah harus memasuki bangunan besar Batu Layang. Makam Beliau terletak di tengah di kamar khusus dijaga oleh keturunan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie secara bergiliran. Kompleks makam tersebut terjaga kebersihan dan keasriannya, karena semua wajib melepas alas kaki bila hendak berziarah. Bagi peziarah yang hendak ke sana, dapat dipersiapkan uang koin untuk dapat dibagi-bagikan. Seandainya tidak berkenan, maka lebih baik menyumbang di tempat sumbangan yang disediakan. 
 
Lapangan Parkir yang Tersedia Luas di Batu Layang
A. Selayang Pandang

Makam Batu Layang adalah kompleks permakaman para sultan Kesultanan Kadriah sejak sultan pertama, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, hingga sultan terakhir, Sultan Hamid II Alkadrie. Di kompleks permakaman ini, juga dimakamkan para permaisuri dan pangeran Kesultanan Kadriah Pontianak.

Permakaman Batu Layang telah dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (1771-1808 Masehi). Keberadaan makam ini tidak bisa dilepaskan dari didirikannya Kota Pontianak oleh Syarief Abdurrahman Alkadrie.

Para pengunjung yang akan memasuki makam harus melewati gapura yang dicat dengan warna kuning. Warna kuning ini juga terdapat pada pagar semen yang mengelilingi kompleks permakaman. Setelah melewati gapura dan menunju pintu masuk, pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki.

Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Kadriah Pontianak, terlihat menjadi sentral dari areal permakaman ini. Makam ini terletak di tengah, lurus dengan jalan ketika para pengunjung akan memasuki kompleks permakaman.

Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ditempatkan di ruangan tersendiri yang mirip dengan bunker kecil sehingga para pengunjung yang akan memasuki makam tersebut harus menundukkan kepala. Pembuatan tempat semacam ini lebih bermakna simbolis, yaitu dengan maksud agar para pengunjung yang akan masuk menundukkan kepala sebagai wujud penghormatan kepada sang pendiri Kesultanan Kadriah Pontianak.

Makam para sultan di sini kebanyakan mempunyai warna nisan yang sama, yaitu berwarna emas. Selain itu, nisan-nisan di permakaman ini juga ditulisi huruf Arab yang melambangkan bahwa Kesultanan Kadriah Pontianak memang bernafaskan Islam. Hal ini sesuai dengan sejarah pendirian Kesultanan Kadriah Pontianak oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang merupakan seorang ulama dari daerah yang bernama Hadramaut, Yaman Selatan.


Makam para sultan

Perpaduan warna kuning (emas) yang melambangkan warna khas Melayu dipadu dengan tulisan Arab yang bernuansa Islam menunjukkan bahwa Kesultanan Kadriah Pontianak dibangun berdasarkan percampuran budaya, setidaknya didominasi oleh dua kebudayaan, yaitu Arab dan Melayu. Cerminan perpaduan kebudayaan ini bahkan terbawa pada bentuk nisan dan makam yang ada di Batu Layang ini.

Di luar kompleks permakaman, tampak gundukan batu yang dicat dengan warna hijau. Gundukan inilah yang disebut sebagai Batu Layang. Di dekat Batu Layang, terdapat sebuah meriam yang dicat dengan warna kuning.

Inilah yang disebut Batu Layang

Makam Batu Layang biasa ramai dikunjungi menjelang atau pada saat hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain.

B. Keistimewaan

Makam Batu Layang adalah tempat permakaman bagi para sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak. Tempat ini menyimpan bukti sejarah tentang kebesaran Kesultanan Kadriah dan cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Arsitektur bangunan (nisan) yang merupakan perpaduan budaya Islam dan Melayu jelas terlihat di makam ini.

C. Lokasi

Makam para sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak terletak di daerah yang bernama Batu Layang, kira-kira berjarak 15 kilometer dari muara Sungai Kapuas atau 2 kilometer dari Tugu Khatulistiwa di Batu Layang, Pontianak.

D. Harga Tiket

Pengunjung yang akan berziarah ke Makam Batu Layang tidak dipungut biaya masuk.

E. Akses

Makam Batu Layang bisa dicapai dengan menggunakan mobil sekitar 15 menit dari Tugu Khatulistiwa. Bisa pula ditempuh dengan menggunakan transportasi air berupa sampan dari Pelabuhan Kota Pontianak dengan tarif Rp 10.000,00 sekali jalan.

F. Fasilitas dan Akomodasi Lainnya

Di luar kompleks permakaman, terdapat surau yang bisa digunakan untuk sholat sekaligus mendoakan arwah para sultan dan keluarga sultan yang telah dimakamkan di Makam Batu Layang. Selain surau, di sekitar makam juga terdapat warung-warung kecil yang menyediakan berbagai makanan dan minuman untuk melayani para pengunjung yang ingin makan dan minum.

__________

Sumber Foto: Koleksi BKPBM (Fotografer: Aam Ito Tistomo)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan