Sepenggal Kisah Tokoh Ulama’ Yatim

Sarkub Share:
Share

Dalam kesempatan yang baik, tanggal 27 Agustus yang lalu, lagi-lagi Tim Sarkub mengadakan santunan Yatim, yang disponsori oleh tiga donatur, yaitu satu dari Sidoarjo, dan dua lagi dari Jakarta. Seperti biasa acara dimulai dengan pembukaan, dan selanjutnya diisi dengan mauidhoh hasanah yang dibawakan oleh KH Muhammad Najmudin, beliau menceritakan beberapa tokoh ulama’ahlushshunnah waljama’ah yang berangkat dari kisah kecilnya sudah menjadi Yatim, ditinggalkan oleh ayahnya yang kemudian diasuh oleh ibunya..

Beberapa tokoh ulama’ yang akan diceritakan adalah sebagai berikut :

  1. Imam Muhammad bin Idris Syafi’i

Siapa yang tidak kenal dengan tokoh ulama’ Imam Syafi’i yang bernama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin as-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hisyam bin al-Mutallib bin Abdu Manaf bin Qushaiy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy bin Ghalib al-Qurasyi asy-Syafi’i. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah Saw. pada Abdu Manaf. Ayahnya meninggal ketika ia belum genap berusia dua tahun, kemudian hijrah ke tanah leluhurnya yaitu Makkah, dengan modal hafalan yang kuat dan kegigihannya sejak usia 6 tahun ia sudah hafal al Qur’an, sungguh sebuh prestasi yang sangat mengagumkan, kecerdasannya yang sangat luar biasa itu ia pun mampu menghafal banyak syair Arab dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan agama, tak heran jika diawal usia baligh yaitu 15 tahun ia sudah menjadi mufti di makkah.

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru ilmu fiqih kepada mufti kota suci itu, Muslim bin Khalid az-Zanji. Karena ketekunannya, semua ilmu fiqih dilalapnya dengan cepat. Ia juga cerdas dan benar-benar seorang yang berbakat menjadi mufti. Sekali lagi ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa, meski demikian ia tidak lekas puas, kemudian ia melanjutkan menuntut ilmu ke madinah, pada masa itu terdengar seorang alim pendiri Madzhab Maliki yakni Imam Malik bin Anas, kemudian ia berguru kepadanya, ia menghafal al-Muwaththa’, kitab tebal yang berisi ribuan hadits disusun oleh Imam Malik, dalam tempo sembilan hari ia hafalkan. Setelah menyerap ilmu dari Imam Malik, lantas pergi ke Yaman dan kemudian ke Baghdad mennimba ilmu ke Muhammad bin Hasan asy-Syaibani, ulama besar madzhab Hanafi dan murid langsung Imam Nu’man bin Tsabit al-Hanafi (Imam Abu Hanifah). Saking cerdasnya itulah sehingga Imam Ahmad bin Hanbal, murid Imam Syafi’i saat di Makkah memberikan testimoni, “Beliau adalah orang yang paling faqih dalam al-Quran dan as-Sunnah. Tidak seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di leher asy-Syafi’i.”

  1. Imam Sufyan Ats-Tsauri

Ayahnya meninggal pada saat beliau masih berusian 9 tahun, Ia lahir di Kuffah pada tahun 97 H/715 M. Kakeknya termasuk salah satu tabi’in terkemuka dan ikut bersama Sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal. Ayah Sufyan adalah salah satu ulama Kuffah. Hal ini yang mungkin menjadikan Imam Sufyan ats-Tsauri sudah menuntut ilmu ketika dirinya masih belia. Di bawah pengasuhan ibunya tidak lantas anak ini menjadi minder tetapi dengan arahan yang tepat kelak ia tumbuh menjadi ulama’ besar di Kuffah. Sejak kecil, Sufyan sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan sangat menonjol di dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terutama di bidang hadits dan fiqih, sehingga namanya melambung dalam dunia Islam khususnya, sejajar dengan ulama’ sekaliber Imam Malik sebagai ulama’-nya penduduk Madinah, Imam Abdurhman al-Auza’i di Syam, Imam Sufyan ats-Tsauri adalah ulama’nya penduduk Kuffah. Jumlah hadits yang diriwayatkan Imam Sufyan tak kurang dari 30 ribu hadits.

Diceritakan oleh Yahya bin Yaman, ia telah meriwayatkan 20 ribuan hadits yang melalui Sufyan ats-Tsauri. Sedangkan dalam bidang fiqh Sufyan Tsauri terkenal dengan kemampuan berijtihadnya yang banyak mengandalkan logika qiyas, beliau sangat berhati hati dalam memutuskan masalah, tak jarang orang orang harus menunggu lama dalam meminta fatwanya karena saking hati-hatinya, yang pasti tidak seperti ustadz badrol yang terkesan lebih dekat dengan dunia infotainmen ketimbang keilmuan dan keulamaannya.

  1. Imam Bukhory

Imam Bukhari merupakan anak yatim, dibesarkan dan dididik oleh ibunya. Sewaktu masih kecil, Muhammad bin Ismail -yang kelak lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari- mengalami sakit mata hingga mengakibatkan kebutaan.Sang ibunda merupakan muslimah yang shalihah dan taat beribadah. Ibadahnya semakin banyak tatkala buah hatinya mengalami kebutaan. Ia memperbanyak doa siang dan malam. Ketika siang ia sering berdoa dalam kondisi berpuasa. Sedang malamnya, ia tak luput dari qiyamul lail dan berdoa dengan penuh harap; munajat penuh khusyu’ hingga berderai air mata. Demikian hari demi hari dilalui ibunda Imam Bukhari dengan penuh doa seraya berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hingga suatu malam ia bermimpi, didatangi oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. “Wahai muslimah, sungguh Allah telah mengembalikan kedua penglihatan putramu karena engkau sering berdoa kepadaNya,” kata Nabi Ibrahim dalam mimpi itu. Paginya, keajaiban terjadi. Persis seperti mimpi itu. Dengan izin Allah, Imam Bukhari bisa melihat. Tak terbayang betapa perasaan bahagia memenuhi jiwa ibunda Imam Bukhari dan putranya. Mereka memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas nikmat tak terkira itu.
Bagaimana tidak, beberapa tahun kemudian anak itu tumbuh menjadi seorang ulama hadits terbaik. Imamnya para muhadditsin. Yang mampu menghafal 100.000 hadits shahih berikut sanad lengkapnya. Juga mampu menghafal 200.000 lebih hadits dhaif. Yang tak kalah menakjubkan, ia bisa menghafal isi kitab dengan sekali baca dan bisa menghafal hadits dan ucapan ulama dalam sekali dengar.

Dari ketiga tokoh ulama’ besar di atas bahwa anak yatim bukan merupakan anak yang tidak punya kesempatan yang sama dengan anak pada umumnya, justru dari dibalik kekurangannya Allah memberi anugerah potensi kekuatan yang di dalamnya terdapat Hikmah yang besar yang menghantarkan mereka menjadi tokoh besar dan dibutuhkan fatwa keilmuannya sampai sekarang..Ada pepatah mengatakan, Jangan putus asa, maju terus pantang mundur, bila ada kemauan di situ ada jalan..

Semoga ketiga cerita ini menjadi sumber inspiratif bagi anak-anak kita yang terlahir sebagai anak yatim.

Semoga bermanfaat..

Sumber : KH Najmudin, Bogor dan nara sumber lain

 

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan