
Rahasia Al-Fatihah untuk Guru: Kunci Membuka Ilmu Masyayikh dan Mualif
Mengapa Membaca Al-Fatihah untuk Guru?
Topik tentang tawasul Al-Fatihah untuk guru. Bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan Islam tradisional, tentu sudah tidak asing lagi dengan kebiasaan membaca Al-Fatihah sebelum memulai pelajaran atau membaca kitab. Kebiasaan ini tidak hanya berlaku untuk mendoakan guru yang telah wafat, tetapi juga memiliki rahasia spiritual yang mendalam.
Kebanyakan dari kita mengira ini hanyalah sekadar penghormatan atau bakti. Namun, ulama besar seperti Syekh Abdul Hadi Naja al-Ibyari (w. 1305 H) mengungkapkan adanya koneksi ruhiah yang jauh lebih besar di baliknya.
Syekh Abdul Hadi al-Ibyari menjelaskan bahwa kebiasaan ini berfungsi sebagai kunci pembuka ilmu. Dengan membaca Al-Fatihah untuk guru, seorang murid sedang menguatkan ikatan spiritualnya dengan sumber ilmu. Ini adalah proses untuk menarik keberkahan dan pengetahuan.
Hubungan Ruhiah dalam Proses Belajar
Inti dari rahasia ini terletak pada kekuatan ruh insani. Menurut Syekh Abdul Hadi, yang mengutip tafsir Imam Fakhruddin Ar-Razi, ruh manusia yang dihiasi dengan pengetahuan (ma’arif) dan akhlak mulia akan menjadi kuat. Kekuatan ini kemudian menciptakan keterikatan yang erat antara satu ruh dengan ruh lainnya.
Ruh yang kuat ibarat cermin yang bersinar terang. Ketika cermin-cermin yang bersinar ini saling berhadapan, cahaya dari satu cermin akan terpantul pada cermin lainnya. Konsep inilah yang menjelaskan mengapa membaca Al-Fatihah untuk guru sangat penting. Ini bukan hanya tentang doa, melainkan tentang membangun saluran spiritual.
Al-Fatihah Sebagai Jembatan Cahaya Ilmu
Lalu, bagaimana Al-Fatihah berperan sebagai jembatan? Ketika seorang murid membaca surat Al-Fatihah untuk guru dan mendoakannya, saat itu juga ia sedang menguatkan hubungan antara ruhnya dengan ruh gurunya. Doa dengan Al-Fatihah berfungsi sebagai katalisator.
Begitu ikatan ini menguat, proses selanjutnya adalah perpindahan cahaya ilmu. Murid akan mendapatkan bagian dari cahaya ruh gurunya dan jejak-jejak keberkahan dari ilmu yang dimiliki sang guru. Limpahan nur ruh ini mengalir kepada murid. Akibatnya, ruh si murid menjadi lebih kuat. Kekuatan ruh ini memudahkannya untuk memahami pengetahuan dan ilmu yang sedang ia pelajari.
Kekuatan Madad dan Keterbukaan Hati
Penting untuk dipahami bahwa limpahan cahaya spiritual ini disebut sebagai Madad. Adapun Madad adalah bantuan spiritual atau keberkahan yang mengalir dari ruh yang lebih tinggi kepada ruh yang lebih rendah (murid). Murid yang membaca Al-Fatihah seolah-olah membuka hati dan ruhnya.
Ketika hati telah terbuka dan ruh telah diperkuat oleh Madad, maka proses belajar menjadi jauh lebih efektif. Ilmu yang awalnya terasa sulit dan rumit akan menjadi lebih mudah dicerna. Ini karena rahasia Al-Fatihah telah bekerja, membersihkan penghalang spiritual antara murid dan ilmu yang ingin ia kuasai. Ini adalah etika spiritual yang harus dijaga.
Penerapan Rahasia Al-Fatihah untuk Nabi Muhammad ﷺ
Syekh Abdul Hadi al-Ibyari kemudian menegaskan bahwa prinsip yang sama juga berlaku secara universal. Jika membaca Al-Fatihah untuk guru dapat membuka saluran ilmu, maka hal itu juga berlaku untuk Sayyidul Anbiya’ wal Mursalin, Nabi Muhammad ﷺ.
Membaca Al-Fatihah dan bersalawat untuk Rasulullah ﷺ adalah bentuk penguatan koneksi spiritual tertinggi. Beliau adalah sumber segala ilmu. Dengan menjaga koneksi ruhiah ini, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga membuka pintu limpahan rahmat dan cahaya pengetahuan secara langsung dari mata air utamanya. Ini menunjukkan betapa besar makna Al-Fatihah dalam seluruh rantai keilmuan Islam.
Kesimpulan: Al-Fatihah Bukan Sekadar Doa
Jelaslah bahwa kebiasaan ulama membaca Al-Fatihah untuk guru sebelum belajar jauh melampaui sekadar adab. Ini adalah praktik spiritual yang terstruktur, bertujuan untuk menguatkan ruh dan membuka pemahaman ilmu. Kunci utama dalam proses ini adalah koneksi ruhiah dan limpahan cahaya (nur) yang mengalir dari guru kepada murid. Oleh karena itu, mari kita jaga tradisi mulia ini, bukan hanya sebagai penghormatan, tetapi sebagai strategi spiritual untuk mencapai kedalaman ilmu yang hakiki.
Teks Kalam Syekh Abdul Hadi Naja al-Ibyari
فَائِدَةٌ فِي سِرِّ الْفَاتِحَةِ لِلْمَشَايِخِ عِنْدَ قِرَاءَةِ الْكُتُبِ
قَالَ الشَّيْخُ الْعَلَّامَةُ السَّيِّدُ عَبْدُ الْهَادِي نَجَا الْإِبْيَارِي (ت ١٣٠٥هـ) رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: أَدْرَكْتُ الْمَشَايِخَ حَالَ ابْتِدَائِهِمْ قِرَاءَةَ كُتُبِ الْعِلْمِ، يَقْرَؤُونَ الْفَاتِحَةَ لِأَشْيَاخِهِمْ، وَكُنْتُ أَظُنُّ أَنَّ ذَلِكَ لِمُجَرَّدِ بِرِّهِمْ بَعْدَ مَوْتِهِمْ، وَمُكَافَأَةً عَلَى تَعْلِيمِهِمْ، وَمَا كُنْتُ أَظُنُّ أَنَّ لَهُ سِرًّا آخَرَ حَتَّى رَأَيْتُ لِلْفَخْرِ الرَّازِي فِي تَفْسِيرِ قَوْلِهِ تَعَالَى: (وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ) سِرًّا لَطِيفًا لِذَلِكَ. وَهُوَ أَنَّ الْأَرْوَاحَ الْإِنْسَانِيَّةَ إِذَا اتَّصَفَتْ بِالْمَعَارِفِ وَالْأَخْلَاقِ الْفَاضِلَةِ قَوِيَتْ، وَقَوِيَ تَعَلُّقُ بَعْضِهَا بِبَعْضٍ، فَتَنْعَكِسُ أَنْوَارُ بَعْضِهَا عَلَى بَعْضٍ كَالْمِرْآةِ الْمُشْرِقَةِ الْمُتَقَابِلَةِ مَعَ غَيْرِهَا. فَإِذَا قَرَأَ الْإِنْسَانُ لِأُسْتَاذِهِ الْفَاتِحَةَ، وَدَعَا لَهُ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضَا مَثَلًا، ثُمَّ شَرَعَ فِي الْقِرَاءَةِ، قَوِيَ التَّعَلُّقُ بَيْنَ رُوحِهِ وَرُوحِ شَيْخِهِ، فَيَنَالُهُ شَيْءٌ مِنْ أَنْوَارِ رُوحِ الشَّيْخِ وَآثَارِهِ، وَيَفِيضُ مِنْ نُورِ رُوحِهِ عَلَيْهِ، فَتَقْوَى رُوحُهُ بِمَدَدِ ذَلِكَ الْفَيْضِ عَلَى إِدْرَاكِ الْمَعَارِفِ وَالْعُلُومِ. وَكَذَا إِذَا قَرَأَ الْفَاتِحَةَ لِسَيِّدِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. انْتَهَى
Terjemahan
FAEDAH TENTANG RAHASIA AL-FATIHAH UNTUK PARA SYEKH KETIKA MEMBACA KITAB.
Berkata As-Syekh al-‘Allamah as-Sayyid Abdul Hadi Naja al-Ibyari (w. 1305 H) rahimahullah ta’ala:
“Aku mendapati para syekh (guru) pada saat mereka mulai membaca kitab-kitab ilmu, mereka membaca Al-Fatihah untuk guru-guru mereka. Aku mengira bahwa itu hanyalah semata-mata untuk berbakti kepada mereka setelah wafatnya dan sebagai balasan atas pengajaran mereka. Aku tidak menduga bahwa di dalamnya terdapat rahasia lain, hingga aku melihat ada rahasia yang lembut tentang hal itu yang disebutkan oleh Al-Fakhr Ar-Razi dalam tafsirnya mengenai firman Allah Ta’ala: (Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menimbulkan) ketenangan jiwa bagi mereka) [QS. At-Taubah: 103].
Rahasia itu adalah bahwa ketika ruh-ruh insani telah memiliki sifat pengetahuan (ma’arif) dan akhlak yang mulia, maka ruh itu menjadi kuat, dan kuat pula keterikatan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Sehingga, cahaya sebagian ruh akan terpantul pada sebagian yang lain, seperti cermin yang bersinar dan saling berhadapan.
Maka, apabila seseorang membaca Al-Fatihah untuk gurunya, dan mendoakan gurunya dengan rahmat dan keridhaan, misalnya, lalu ia mulai membaca (kitab), maka keterikatan antara ruhnya dan ruh gurunya akan menjadi kuat. Oleh karena itu, ia akan mendapatkan sesuatu dari cahaya ruh sang guru dan pengaruh-pengaruhnya. Cahaya dari ruh guru akan melimpah kepadanya, sehingga ruhnya menjadi kuat dengan bantuan limpahan tersebut untuk memahami pengetahuan dan ilmu-ilmu.
Demikian pula apabila ia membaca Al-Fatihah untuk Pemimpin para Nabi dan Rasul, Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selesai.
Pustaka Menyan
No Responses