Perkelahian Yang Menyebabkan Masuk Neraka

Sarkub Share:
Share

Fenomena perkelahian dan tawuran, baik antar siswa maupun antar mahasiswa, membuat kita cemas dan khawatir. Tidak hanya itu tapi juga nasib bangsa ini sungguh mengkhawatirkan jika generasi penerus bangsa, memiliki perilaku yang sangat jauh dari manusiawi. Rentetan kejadian itu tidak bisa dipandang sepele. Kata “miris” rasanya tak lagi cukup untuk mengungkapkan perasaan kita atas meninggalnya dua pelajar SMA di Jakarta terkait dengan tawuran. Tak berapa lama kemudian tawuran yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa kembali terjadi. Kali ini terjadi di Makassar Sulawesi Selatan yang melibatkan mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Dua mahasiswa tewas dibacok oleh teman se-kampusnya sendiri.

Entah perasaan apa yang bisa secara utuh mengekspresikan kegelisahan, kegundahan, kesedihan, sekaligus kemarahan publik terhadap perilaku siswa yang terlibat tawuran itu.  Demikian pula akal sehat dan logika manusia tak bisa menjangkau untuk memahami tawuran antarmahasiswa di beberapa kampus di Makassar. Bagaimana mungkin mereka yang tergolong kelompok eksklusif secara intelektual, menunjukkan perilaku yang jauh dari akal sehat.

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

( الرعد : 28 )

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( QS. Ar Ra’d : 28 )

Jika banyak orang yang tidak mengingat Allah, maka akan semakin banyak pula hati yang tidak merasa tenang, sehingga semakin banyak terjadi keributan, semakin banyak terjadi tawuran, semakin banyak terjadi perkelahian dan perselisihan karena sedikit dalam mengingat Allah subhanahu wata’ala. Kita ketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk yang paling berani namun beliau juga adalah makhluk yang paling berlemah lembut, baik kepada teman atau kepada musuh sekalipun, bahkan kepada hewan dan tumbuhan.

Sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, yaitu :

عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ : ذَهَبْتُ لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قُلْتُ أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ قَالَ ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ، بِسَيْفَيْهِمَا، فَالْقَاتِلُ، وَالْمَقْتُولُ، فِي النَّارِ، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ؟ : قَالَ إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ

(صحيح البخاري)

Berkata Ahnaf bin Qeis ra: Aku berangkat (dengan pedang terhunus) untuk menolong seseorang, lalu kutemu Abu Bakrah ra berkata: kau akan kemana?, kujawab: ingin menolong pria itu..!, maka berkata Abu Bakrah ra: Pulanglah..!, aku mendengar Rasul saw bersabda: “Jika berkelahi dua kelompok muslimin dengan senjata mereka, maka yang membunuh dan yang dibunuh masuk neraka”. Lalu kubertanya: Wahai Rasulullah (SAW), aku mengerti kalau yang membunuh masuk neraka, tapi apa salahnya yang dibunuh (masuk neraka pula)?, sabda Rasul SAW: “Karena sebelum ia terbunuh ia sudah siap (menghunus pedang) untuk membunuh temannya itu”(Shahih Bukhari)

Maka pembunuh dan yang dibunuh keduanya sama-sama di dalam neraka, oleh karena itu jangan memilih kedua-duanya. Jika melihat ada perkelahian maka segera mundur dan laporkan pada aparat keamanan yang berwenang, tetapi jika kedatanganmu dalam perkelahian itu akan meredam dan menghentikan perkelahian tersebut maka datangilah, namun jika tidak demikian maka jangan pula ikut menyaksikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Al Bukhari :

لَا يُشِيرُ أَحَدُكُمْ إِلَى أَخِيهِ بِالسِّلاحِ ، فَإِنَّهُ لا يَدْرِي أَحَدُكُمْ لَعَلَّ الشَّيْطَانَ أَنْ يَنْزِعَ فِي يَدِهِ ، فَيَقَعَ فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ

“Janganlah seseorang diantara kalian mengacungkan senjata kepada saudaranya, karena sesungguhnya kalian tidak tau bisa jadi syaithan merenggut (nyawanya) melalui tangannya sehingga mengakibatkannya masuk ke lubang api neraka”

Maka janganlah seeorang diantara kalian mengacungkan senjata kepada muslim yang lain, karena terkadang tanpa disadari syaithan akan membimbing tangannya sehingga ia melukainya atau bahkan membunuhnya, sehingga hal itu menjatuhkannya ke dalam api neraka. Sehingga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah melarang untuk menghunuskan pedang atau mengeluarkan anak panah dari busurnya di masjid-masjid atau di pasar karena khawatir akan melukai orang lain, seperti itulah perhatian Rasulullah dalam menjaga kedamaian. Maka kita sesama muslim janganlah saling hantam satu sama lain karena musuh-musuh kita akan mentertawakannya. Dan sebagai warga yang baik, tidaklah salah jika membela temannya yang terdhalimi, namun cara membelanya lah yang perlu kita benahi.

Hakikat kehidupan ini adalah kematian dan sesudahnya, dan hakikat orang yang paling berani adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya, dan orang yang selalu bersabar dan bersabar dialah orang yang paling berbahaya jika ia telah marah, karena jika ia adalah seorang yang sabar maka Allah akan turut marah dengan kemarahannya, dan jika Allah telah murka maka tidak akan ada yang bisa menahan kemurkaan itu.

Dijelaskan oleh para salafusshalih bahwa api neraka bukanlah tempat kemurkaan Allah, karena api neraka yang begitu dahsyat itu pun tidak akan mampu menampung kemurkaan Allah subhanahu wata’ala bahkan ia akan hancur dan lebur jika ia menampung kemurkaan Allah yang hakiki, namun neraka hanyalah tempat untuk hamba-hamba Allah yang dimurkai. Maka dalam kehidupan ini kita harus melewati banyak pintu ibadah, adapun salah satu pintu ibadah yang sangat mulia adalah berbakti kepada orang tua.

Diriwayatkan dalam kitab Adabul Mufrad oleh Al Imam Al Bukhari bahwa seseorang datang kepada sayyidina Abdullah bin Abbas RadhiyaAllahu ‘anhuma dan mengadukan bahwa ia telah banyak berbuat dosa dan kesalahan, maka ia bertanya apakah yang dapat ia lakukan sebagai penghapus dosa-dosa itu, kemudian sayyidina Abdullah bin Abbas Ra berkata: “apakah ibumu masih hidup”?, namun ternyata ibunya telah wafat, maka sayyidina Abdullah bin Abbas berkata : “perbanyaklah bertobat dan berdoa kepada Allah”, maka setelah orang itu pergi, seseorang bertanya kepada sayyidina Abdullah bin Abbas RA akan pertanyaan beliau tentang ibu orang tadi, apa kaitannya antara dosanya dengan ibunya, maka sayyidina Abdullah bin Abbas RA berkata : “tidak aku temukan amalan yang lebih cepat mengakibatkan seseorang untuk mendapat ridha Allah dan pengampunan-Nya kecuali berbakti kepada orang tua”.

Dijelaskan oleh sayyidina Abdullah Ibn Abbas RA bahwa jika seseorang mempunyai kedua orang tua maka ia telah mempunyai dua pintu sorga, dan jika kedua orang tua itu ridha kepadanya maka kedua pintu sorga itu terbuka untuknya, namun jika salah satu dari keduanya murka kepadanya maka kedua pintu sorga itu tidak akan dibuka oleh Allah bahkan Allah akan murka dan kemurkaan itu tidak akan hilang jika orang tua tetap murka. Diriwayatkan pula dari sayyidina Abdullah bin Abbas RA, bahwa ketika kedua orang tua atau salah satunya menangis sedih atau kecewa karena perbuatan anaknya, maka di saat seperti itu Allah subhanahu wata’ala sangat murka.

Diriwayatkan dalam Adabul Mufrad bahwa ketika salah seorang sahabat bertanya kepada sayyidina Abdullah bin Umar RA tentang bagaimana agar cepat masuk sorga, maka sayyidina Abdullah bin Umar RA menjawab yaitu dengan berlemah lembut kepada ibu, dan memberikan apa yang ia sukai, itulah cara agar masuk sorga dengan mudah.

(Dikutip oleh TIM SARKUB dari tausiyah Habib Munzir Al-Musawa dengan perubahan seperlunya)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan