Doa Mustajab | Rangkaian Doa Para Nabi

Doa Mustajab | Rangkaian Doa Para Nabi
Sarkub Share:
Share

Doa Mustajab yang disusun dari beberapa ayat Al-Quran dan doa-doa nabi yang disebutkan di dalamnya. Doa ini tidak berasal dari satu sumber tunggal, melainkan gabungan dari permohonan yang dilantunkan oleh:

  • Nabi Ya’qub ketika menyerahkan urusannya kepada Allah.
  • Nabi Ayyub saat memohon kesembuhan dari penyakitnya.
  • Nabi Yunus ketika berada dalam kegelapan perut ikan.
  • Nabi Yusuf saat menerima anugerah dan takdir baik dari Allah.

Doa mustajab ini merupakan rangkaian permohonan yang menyatukan kesulitan, kepasrahan, dan harapan, yang semuanya dicontohkan melalui kisah-kisah para nabi tersebut. Jadi, doa ini adalah kompilasi yang menyentuh berbagai aspek kehidupan dan masalah, yang inspirasinya diambil dari doa-doa para nabi.

 

Teks Doa Mustajab

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ قَدْ طَرَقْتُ بَابَكَ بِدُعَآئِيْ، وَأَنْتَ الْمُجِيْبُ وَلَا مُجِيْبَ غَيْرُكَ، إِنِّيْ تَرَكْتُ مَعَ أَدْعِيَتِيْ كَرْبًا لَا تَنْفَكُّ إِلَّا بِإِذْنِكَ، وَأَثْقَالًا جَثَمَتْ عَلَى صَدْرِيْ، وَمَخَاوِفًا لَا يُبَدِّلُهَا أَمَانًا إِلَّا أَنْتَ جَلَّ جَلَالُكَ

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَتْرُكُ مَعَ اِبْتِهَالَاتِيْ كُلَّ مَا أَثْقَلَ صَدْرِيْ، وَكُلَّ مَا ضَيَّقَ الْخَنَاقَ عَلَى قَلْبِيْ. جِئْتُكَ هَذَا الْيَوْمَ طَالِبًـا مَغْفِرَتَكَ، طَامِعًا فِيْ كَرَمِكَ، جِئْتُكَ مُفَوِّضًا إِلَيْكَ أَمْرِيْ كَمَا يَعْقُوبُ، أَدْعُوْكَ أَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ كَمَا أَيُّوبُ. طَالِبًا مَغْفِرَتَكَ كَمَا يُوْنُسُ أَنْ لَا إِلَـهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. أَسْأَلُكَ يَا اللّٰهُ جَزَاءً طَيِّبًا كَمَا مَنَحْتَ يُوْسُفَ. أَسْأَلُكَ قُـرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ، وَطُمَأْنِيْنَـةً لَا تَنْفَذُ، وَقَلْبًا مُعَلَّقًا بِكَ، وَأَلَّا تَقْبِضَنِيْ إِلَّا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنِّيْ

( وَمَـنْ اِنْتَـهَى فَـلْيَحُوْقِـلْ )

 

Terjemahan 
Ya Allah, sesungguhnya aku telah mengetuk pintu-Mu dengan doaku, dan Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan, tidak ada yang mengabulkan selain-Mu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan bersama doaku kesulitan yang tidak akan terlepas kecuali dengan izin-Mu, beban yang menimpa dadaku, dan ketakutan yang tidak akan terganti menjadi rasa aman kecuali oleh-Mu, Maha Agung Engkau.

Ya Allah, sesungguhnya aku tinggalkan bersama permohonanku semua yang memberatkan dadaku, dan semua yang menyesakkan hatiku. Aku datang kepada-Mu hari ini, memohon ampunan-Mu, dan sangat mengharapkan kemurahan-Mu. Aku datang kepada-Mu dengan menyerahkan urusanku kepada-Mu sebagaimana Ya’qub. Aku memohon kepada-Mu, ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa kemudaratan, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara para penyayang,’ sebagaimana Ayub.

Aku memohon ampunan-Mu sebagaimana Yunus (yang berkata), ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.’ Aku memohon kepada-Mu, ya Allah, balasan yang baik sebagaimana Engkau berikan kepada Yusuf. Aku memohon kepada-Mu ketenangan hati yang tidak terputus, ketentraman yang tidak habis, dan hati yang selalu terikat dengan-Mu. Dan (aku memohon) agar Engkau tidak mencabut nyawaku kecuali Engkau dalam keadaan rida kepadaku.”

(Dan barang siapa yang selesai (membaca doa ini), hendaklah mengucapkan “La Hawla wa La Quwwata Illa Billah”)

 

Penjelasan Doa Mustajab

Doa mustajab ini memiliki kandungan makna yang sangat dalam, mencakup beberapa aspek penting dalam hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.

  1. Pengakuan Keterbatasan Diri dan Kekuasaan Allah.
    Doa ini dimulai dengan pengakuan seorang hamba yang lemah di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Bagian “Ya Allah, sesungguhnya aku telah mengetuk pintu-Mu dengan doaku, dan Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan, tidak ada yang mengabulkan selain-Mu” menunjukkan tauhid yang kuat. Pemohon menyadari bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Dzat yang mampu menghilangkan kesulitan, kegundahan, dan ketakutan yang ada di dalam hati.
  2. Memohon Pertolongan dengan Kerendahan Hati
    Pemohon menggambarkan beban yang dirasakan sebagai “kesulitan yang tidak akan terlepas kecuali dengan izin-Mu,” dan “beban yang menimpa dadaku.” Ungkapan ini menunjukkan kepasrahan total kepada Allah. Alih-alih mengeluh atau putus asa, doa ini mengajak kita untuk menyerahkan segala masalah, sekecil atau sebesar apa pun, hanya kepada Allah. Ini adalah inti dari tawakkal (berserah diri).
  3. Mengambil Pelajaran dari Kisah Para Nabi
    Bagian ini adalah inti utama dari doa ini, di mana pemohon menjadikan doa dan kepasrahan para nabi sebagai teladan:

    • Nabi Ya’qub: Menyerahkan sepenuhnya urusan dirinya dan keluarganya kepada Allah. Ini mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada kekuatan sendiri, melainkan pada takdir dan pertolongan Ilahi.
    • Nabi Ayyub: Beliau tidak mengeluh tentang penyakitnya yang parah, melainkan hanya berkata, “Sesungguhnya aku telah ditimpa kemudaratan, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.” Ini mengajarkan kesabaran dan adab dalam memohon kepada Allah, tanpa menuntut atau berputus asa.
    • Nabi Yunus: Mengakui kesalahan dan dosa-dosanya dengan berkata, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” Ini adalah contoh istighfar (memohon ampunan) yang sempurna, di mana pengakuan dosa dilakukan dengan kerendahan hati.
  4. Permohonan untuk Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
    Doa ini tidak hanya berisi permohonan untuk menghilangkan kesedihan, tetapi juga memohon kebahagiaan yang abadi:
    • Ketenangan hati yang tidak terputus dan “ketentraman yang tidak habis, menunjukkan permohonan untuk kebahagiaan batin yang hakiki.
    • Hati yang selalu terikat dengan-Mu adalah permohonan untuk istiqamah dan selalu berada dalam ketaatan.
    • Puncaknya adalah permohonan agar Allah mencabut nyawa dalam keadaan “Engkau ridla kepadaku.” Ini menunjukkan bahwa tujuan akhir seorang Muslim bukanlah kebahagiaan dunia semata, melainkan keridaan Allah yang akan mengantarkannya ke surga.

Secara keseluruhan, doa ini adalah rangkuman dari tiga pilar ibadah: pengakuan tauhid, berserah diri (tawakkal), dan permohonan ampunan (istighfar).

Doa ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap kesulitan, kita harus selalu kembali kepada Allah, meneladani keteguhan para nabi, dan memohon bukan hanya solusi masalah, tetapi juga ketenangan hati dan keridaan-Nya.

 

Saluran Menyan

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan