Raja dan Empat Orang Istrinya

Sarkub Share:
Share

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki empat orang istri yang kesemuanya ditempatkan oleh raja tersebut di dalam istana bersamanya.

Kecintaan sang raja kepada istrinya yang keempat sangat besar sekali, ia sangat tergila-gila kepadanya. Apapun yang diinginkan oleh istri yang keempat tersebut, pasti akan diusahakan dan dipenuhi oleh sang raja.

Kecintaan sang raja pada istrinya yang ketiga sama dengan kecintaannya pada istrinya yang keempat, hanya saja sang raja selalu dihinggapi rasa kawatir jika saja istrinya yang ketiga tersebut direbut oleh orang lain.

Istri sang raja yang kedua adalah seorang wanita yang selalu ada jika sang raja dalam kesulitan, selalu mendengarkan apa yang diinginkan raja, dan selalu hadir jika sang raja sedang sedih.

Dan Istri sang raja yang pertama adalah seorang wanita yang selalu disia-siakan olehnya, hak-haknya pun jarang dipenuhi. Sangat kurang sekali perhatian sang raja kepadanya, dan tidak jarang dengan santai sang raja menolak dengan tegas permintaan istri pertamanya tersebut. Walaupun sebenarnya, kecintaan istri pertama sang raja lah yang paling besar kepadanya, dibandingkan istri-istri sang raja yang lain.

Karena kelelahan sebab kesibukannya yang banyak untuk menjaga dan mengurusi kerajaannya yang cukup besar,  tiba-tiba sang raja jatuh sakit yang dari hari-kehari semakin parah dan raja sendiri merasa sakitnya tersebut akan menyampaikan kepada kematian. Sang raja berfikir lalu berkata;

“Saat ini saya memiliki empat orang istri dan saya tidak mau jika nanti saya mati, saya kesepian dalam kubur seorang diri”.

Terdorong kegelisahan akan bayangan kesepian seorang diri di dalam kubur, sang raja mendatangi istrinya yang keempat lalu berkata; “Aku mencintaimu melebihi kecintaanku pada istri-istriku yang lain, setiap kamu minta sesuatu apapun pasti aku turuti, maukah kamu nanti menemaniku di dalam kubur jika aku mati?”.

Mendengar perkataan sang raja, istri keempatnya tersebut berkata; “Mustahil sekali permintaanmu tersebut wahai raja?!”.

Setelah berkata demikian, istri keempat raja tersebut segera berlalu meninggalkan sang raja seorang diri sembari menunjukkan sikap acuh dan sangat tidak mengenakkan sekali.

Lalu raja mendatangi istrinya yang ketiga dan berkata kepadanya; “Aku mencintaimu sepanjang hidupku, maukah kamu menemaiku di dalam kubur jika aku mati kelak?”.

Mendengar perkataan sang raja tersebut istri ketinganya berkata; “Apa kamu pikir hidup ini tidak menyenangkan, sehingga aku mau menemanimu di dalam kubur?!, jika kamu mati kelak, aku akan menikah lagi dengan lelaki lain yang lebih baik darimu”.

Lalu raja mendatangi istrinya yang kedua dan berkata kepadanya; “Aku selalu ada untukmu baik dalam keadaan susah ataupun senang, bahkan aku terkadang tertimpa kesusahan demi menyenangkan kamu, maukah kamu menemaniku di dalam kaubur jika kelak aku mati?”.

Mendengar perkataan sang raja, istri keduanya tersebut menjawab; “Mohon maaf sekali wahai suamiku, kali ini aku tidak dapat memenuhi permintaanmu, paling banyak yang bisa aku lakukan jika kamu mati kelak adalah mengantarkanmu sampai ke kubur”.

Mendengar jawaban penolakan dari ketiga istrinya atas permintaannya tersebut, sang raja sangat sedih dan susah sekali. Ketika sang raja masih larut dalam kesedihannya, tiba-tiba ia mendengar suara dari jarak yang cukup jauh berkata; “Aku akan menemanimu di dalam kuburmu, aku akan selalu menyertaimu kemanapun engkau pergi”.

Mendengar perkataan yang cukup menggembirakan tersebut, sang raja segera menoleh, dan ternyata yang berkata demikian adalah istrinya yang pertama. Istri raja yang sangat setia tersebut terlihat sangat kurus, lemah, dan sakit akibat sering dibiarkan dan tidak diperhatikan oleh suaminya.  Tersadar akan kesalahannya, sang raja sangat menyesal sekali atas buruknya pergaulan yang ia lakukan kepada istri pertamanya tersebut sepanjang hidupnya.

Terlihat sangat menyesal sekali, dengan nada sendu sang raja berkata; “Seharusnya, engkaulah yang mestinya lebih aku perhatikan dari pada istri-istriku yang lain. Seandainya waktu bisa kembali, aku pasti akan memberikan perhatian yang lebih besar untukmu dari pada yang lain”.

Ini adalah kisah yang mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita menjalani hidup. Pada hakekatnya, masing-masing dari kita mempunyai empat orang istri.

Istri keempat kita adalah jasad kita. Bagaimanapun baiknya kita memperhatikan kebutuhan jasad kita, memenuhi keinginan-keinginannya pada akhirnya kita akan meninggalkannya sesaat setelah kematian kita.

Istri ketiga kita adalah harta benda yang kita miliki. Ketika kita mati kelak, kita pasti akan meninggalkan semuanya, semahal atau sebagus apapun itu. Segera setelah kematian kita, harta benda yang kita miliki akan berpindah tangan menjadi milik orang lain.

Istri kedua kita adalah saudara-saudara dan teman-teman kita. Bagaimanapun sibuknya kita mengurus dan memperhatikan mereka, paling banyak mereka hanya akan mengantarkan kita sampai kubur saja ketika kita mati.

Dan istri pertama kita adalah amal kesalehan kita. Kita sering terlupakan untuk mengurus dan memperhatikan amal kesalehan kita. Itu semua disebabkan karena kita sangat tersibukkan dengan perhatian kita terhadap jasad kita, harta benda kita ataupun saudara dan teman-teman kita. Padahal kalau kita mau merenung dan menyadari, hanya amal-amal kesalehan kitalah yang kelak akan menjadi teman dan pengibur kita di dalam kubur ketika kita sudah mati.

* cerita ini diterjemahkan dari cerita berbahasa arab yang berjudul “Arba’u Zaujat” yang berasal dari http://alharary.com/vb/, oleh Kang As’ad   Semoga bermanfaat…

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

3 Responses

  1. devi raska19/04/2012 at 17:25Reply

    ceritanya bagus sekali sangat menyentuh hati, dari semuanya bait terakhir yang paling aku suka

  2. pabro02/05/2012 at 01:05Reply

    muantap

Tinggalkan Balasan