Kita dapat mengambil ibrah (pelajaran) dari nama-nama para leluhur Habaib. Ungkapkan singkat yang memiliki makna yang sangat dalam, mari kita renungkan bersama.
Alaikum bi “AL HADDAD“ (Jadilah pandai besi). Artinya orang yang selalu menempa diri agar menjadi lebih baik, menjauhkan diri dari maksiat, dan menghiasi diri dengan taat.
Alaikum bi “Al ATHTHOS“, Al Atas ( Orang yang bersin ). Bukan hanya fisik yang di tempa, namun kotoran-kotoran yang ada dalam diri kita yang berupa penyakit-penyakit hati, kita keluarkan dari tubuh kita.
Alaikum bi “AL FAQIH“ (Orang yang pandai dalam ilmu agama). Jikalau kita telah menguasai ilmu agama dan memahaminya dengan benar tentulah akan mudah bagi kita untuk mencapai ridho Allah.
Alaikum bi “BA‘ABUD“ (Ahli Ibadah). Tujuan dari Tafaqquh fid Din (Belajar agama) adalah untuk diamalkan, dengan bekal ilmu, kita dapat mengerjakan ibadah dengan benar dan sesuai yang diharapkan.
Alaikum bi “JAMALULLAIL“ (Keindahan malam). Belum sempurna ibadah seorang hamba bila belum mampu merasakan dan membiasakan untuk bangun diwaktu malam dan menghidupkannya dengan sholat tahajjud dan tafakkur.
Alaikum bi “AL IDRUS“ (Orang yang selalu belajar). Mu’min yang sejati adalah orang yang selalu belajar, bukan hanya belajar secara formal, namun juga mengambil Ibroh (pelajaran) dari segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita.
Alaikum bi “YAHYA“ ( Orang yang hidup). Jikalau semua hal tersebut sudah dapat kita kerjakan, maka kita akan menjadi orang yang benar-benar hidup.
Alaikum bi “SYIHAB“ (Obor). Seseorang yang telah menguasai ilmu agama, mampu mengamalkannya dan peka terhadap lingkungan sekitar tentu akan menjadi pelita bagi ummat, yang menerangi sekaligus menunjukkan jalan yang benar.
Alaikum bi “SAQQOF“ (Atap). Pemimpin bukan hanya sekedar orang yang mampu memberi pengajaran pada umat, namun juga siap mengayomi semua umat, memberi keteduhan dari panasnya terik matahari dan hujan. Pemimpin adalah orang yang bersedia berkorban demi kepentingan umum. (Fahmi Ali NH / Tim Sarkub)
Sumber : Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Hadziq Al Fahmi16/01/2017 at 08:11
tanya mbah kyai… kalo memberikan nama anak yang bukan habaib, bolehkah mengambil nama para habaib tersebut sebagai tafa’ulan??? contoh nama Muhammad Jindan… Terimakasih