Istiqomah Dalam kebaikan Pokok Dasar Manusia

Sarkub Share:
Share

Ditulis oleh : KH.  Thobary Syadzily

Dalam kehidupan manusia istiqomah dalam kebaikan sangat penting dilakukan, namun sangat sulit sekali. Meskipun demikian, kita harus tetap berusaha melakukannya sesuai dengan kemampuan kita di bidangnya masing-masing. Berbahagialah orang yang sudah bisa menjalani istiqomah dalam kehidupannya, baik itu istiqamah dalam beraqidah, istiqamah dalam menjalankan syari’at Islam, istiqamah dalam berakhlak mulia, maupun istiqamah dalam perjuangan ! Hal itu diterangkan dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 112:

فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطۡغَوۡاْ‌ۚ إِنَّهُ ۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬

Artinya:
=====

“Maka tetaplah engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas ! Sungguh, Dia Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Hud: 112)

Di dalam kitab tafsir “Fakhrurrozi” yang terkenal dengan nama “At-Tafsir Al-Kabir wa Mafatihul Ghaib” jilid 9 juz 18 halaman 72-73 (http://www.facebook.com/photo.php?fbid=369043579806942&set=a.369043446473622.84625.100001039095629&type=3&theater) diterangkan sebagai berikut:

Ayat ini merupakan pokok dasar di dalam syari’at Islam. Karena, ketika sudah diberlakukan perintahan Allah SWT di dalam Al-Qur’an tentang amal-amal (pelaksanaan-pelaksanaan) wudhu, maka wajib harus dilakukan secara tertib. Begitupula, ketika sudah diberlakukan perintahan melaksanakan zakat unta harus dengan unta, zakat sapi harus dengan sapi, maka wajib harus dijadikan sebagai pelajaran perintahan tersebut.

Dalam kaitannya dengan istiqamah. menurut Imam Fakhruddin ar-Rozi, orang kafir wajib kembali kepada Islam dari kekufurannya dan orang fasiq (orang yang suka melanggar syari’at Islam) wajib kembali dari kefasikannya. Jadi, tidak boleh orang kafir istiqamah dengan kekufurannya dan tidak boleh orang fasik istiqomah dengan kefasikannnya.

Adapun orang yang bertaubat dari kekufuran dan kefasikannya, menurut Imam Fakhruddin ar-Rozi, harus menyibuki dirinya dengan istiqamah di jalan agama Allah (Islam) dan harus tetap langgeng berada di jalan yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah kepada Allah SWT (‘ubudiyah).

Ibnu Abbas, seorang mufassir (fakar tafsir Al-Qur’an) dari golongan sahabat Nabi SAW, dalam menafsirkan “dan janganlah kamu melampau batas !” yaitu: “Tawadhu atau rendah dirilah kamu kepada Allah SWT dan janganlah kamu sombong kepada orang lain (baik kepada muslim maupun non muslim) !”

Menurut mufassir lain bahwa “dan janganlah kamu melampau batas (و لا بطغوا)” ditafsirkan: “dan janganlah kamu menghalalkan barang yang haram dan jangan pula kamu mengharamkan barang yang halal”.

1. ISTIQAMAH DALAM AQIDAH
===================

Ketika seseorang telah mengakui bahwa Allah SWT sebagai Tuhannya, maka dia harus terikat dengan segala prinsip-prinsip hidupnya yang telah digariskan oleh Allah SWT. Manakala orang lain melakukan penyimpangan-penyimpangan di dalam masalah aqidah karena tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran-ajaran aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah (http://www.facebook.com/media/set/?set=a.344146938963273.79508.100001039095629&type=3), kita pun tidak boleh ragu-ragu untuk meluruskan dan menganggapnya sebagai orang yang salah dalam beraqidah. Firman Allah SWT,

فَلَا تَكُ فِى مِرۡيَةٍ۬ مِّمَّا يَعۡبُدُ هَـٰٓؤُلَآءِ‌ۚ مَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا كَمَا يَعۡبُدُ ءَابَآؤُهُم مِّن قَبۡلُ‌ۚ وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمۡ نَصِيبَہُمۡ غَيۡرَ مَنقُوصٍ۬

Artinya:
=====

“Maka janganlah engkau (Muhammad) ragu-ragu tentang apa yang mereka sembah. Mereka menyembah sebagaimana nenek moyang mereka dahulu menyembah. Kami pasti akan menyempurnakan pembalasan (terhadap) mereka tanpa dikurangi sedikit pun.” (Hud: 109)

2. ISTIQAMAH DALAM MENJALANKAN SYARI’AT ISLAM DAN AKHLAK MULIA

Sebagai konsekuensi dari keislaman yang sudah kita nyatakan, maka kita harus menyadari dan melaksanakan tuntutan syari’at Islam dan ketentuan akhlak mulia di dalam Islam. Firman Allah SWT,

ثُمَّ جَعَلۡنَـٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ

Artinya:
=====

Kemudian, Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syari’at (peraturan) dari agama itu dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.” (al-Jatsiyah: 18)

Istiqamah dalam syari’at dan akhlak mulia juga bisa kita pahami dari firman Allah SWT,

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٲطِى مُسۡتَقِيمً۬ا فَٱتَّبِعُوهُ‌ۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦ‌ۚ ذَٲلِكُمۡ وَصَّٮٰكُم بِهِۦ لَعَلَّڪُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya:
=====

“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka, ikutilah ! Janganlah kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (al-An’am: 153)

3. ISTIQAMAH DALAM PERJUANGAN

Perjuangan di jalan Allah SWT sudah barangtentu akan berhadapan dengan berbagai macam tantangan, rintangan dan kesulitan yang sangat berat. Hal itu harus dihadapi dengan jalan istiqamah ! Nabi SAW pun pernah dingatkan dalam masalah ini ketika menghadapi kaum kafir kota Mekkah, sebagaimana firman Allah SWT,

فَلَعَلَّكَ تَارِكُۢ بَعۡضَ مَا يُوحَىٰٓ إِلَيۡكَ وَضَآٮِٕقُۢ بِهِۦ صَدۡرُكَ أَن يَقُولُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ كَنزٌ أَوۡ جَآءَ مَعَهُ ۥ مَلَكٌ‌ۚ إِنَّمَآ أَنتَ نَذِيرٌ۬‌ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ وَڪِيلٌ

Artinya:
=====

“Maka, boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu sempit karenya, karena mereka akan mengatakan; ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta benda (kekayaan) atau datang bersamanya malaikat?’ Sungguh, engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara segala sesuatu.” (Hud: 12)

Istiqamah memang sangat berat dilakukan, tetapi bukan berarti kita tidak bisa mencapainya. Karena, hal itu sesuatu yang mungkin, bukan sesuatu yang mustahil. Allah SWT memberikan jaminan perlindungan dan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang bisa melakukan dan mencapainya, sebagaimana firman-Nya,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ (٣٠) نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ‌ۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِىٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

Artinya:
=====

Sesungguhnya, orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka para malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akherat; di dalam (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.” (Fushshilat: 30-31)

Sebagai akhir tulisan singkat ini, ada pepatah ulama mengatakan:

الأستقامة خير من ألف كرامة

Artinya:
=====

“Istiqamah (berpendirian teguh pada jalan yang lurus) lebih baik daripada seribu karomah (kemuliaan).”

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan