Rahasia Dahsyat Qasidah Burdah: Fadhilah Kesembuhan Nyata

qasidah burdah majelis Ketapang
Sarkub Share:
Share

Ceramah: Fadhilah Qasidah Burdah

(Saduran Ceramah Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri)

Kata Burdah berarti “mantel”. Nama ini juga dikenal sebagai Bur’ah, yang bermakna shifa (kesembuhan). Qasidah Burdah dikarang oleh Imam al-Bushiri, seorang penyair yang semula sering memuji raja-raja demi mendapatkan imbalan.

Pada suatu masa, beliau terserang penyakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh meski telah berobat ke berbagai dokter. Dalam keadaan putus asa, beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW, yang memerintahkannya untuk menyusun syair pujian kepada beliau.

Maka, Imam al-Bushiri pun mengarang syair Qasidah Burdah dalam 10 pasal sekitar abad ke-7 H. Setelah selesai, beliau kembali bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang menyelimutinya dengan burdah (mantel). Saat terbangun, penyakit lumpuhnya langsung sembuh.

Sejak saat itu, Qasidah Burdah menyebar ke seluruh penjuru dunia, dari Timur hingga Barat. Bahkan, karya ini telah disyarah (diberi penjelasan) oleh sekitar 20 ulama, di antaranya yang paling terkenal adalah Imam Syaburkhiti dan Imam Baijuri.

 

Kisah-Kisah Qasidah Burdah

1. Qasidah Burdah Lebih Utama dari Dalail al-Khoirot

Habib Husein bin Muhammad Al-Habsyi (saudara kandung Habib Ali Al-Habsyi, penyusun Maulid Simtud Durar) biasa memimpin pembacaan Dalail al-Khoirot di Mekkah. Suatu ketika, beliau bermimpi bertemu Baginda Rasulullah SAW yang memerintahkan agar dia membaca Qadidah Burdah dalam majelis tersebut.

Dalam mimpi itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda:

“Membaca Burdah sekali lebih utama daripada membaca Dalail al-Khoirot 70 kali.”

 

2. Perlindungan dari Binatang Buas

Ketika Hadramaut dilanda paceklik hingga binatang buas berkeliaran di jalanan, Habib Abdulrahman Al-Masyhur memerintahkan setiap rumah tangga untuk membaca Qosidah Burdah. Alhamdulillah, sejak itu rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas berkah fadhilah qasidah burdah

 

3. Koreksi Terhadap I’rab Pujian

Beberapa penyair di masa itu mengkritik isi Burdah. Mereka berpendapat, tidak pantas memuji Rasulullah dengan kalimat yang diakhiri kasroh (kata dalam keadaan khofadh), karena kedudukan beliau mulia dan tinggi (rofa’).

Menanggapi hal ini, Imam al-Bushiri kemudian menyusun Qosidah al-Humaziyah, yang seluruh baitnya diakhiri dengan dhommah (marfu’), sebagai bentuk penghormatan sesuai kaidah bahasa.

 

4. Sholawat yang Tak Mampu Dihitung Malaikat

Imam al-Bushiri juga menyusun Qosidah al-Mudhoriyah. Di dalamnya terdapat bait yang berbunyi:

“Aku bershalawat kepada Rasulullah sebanyak jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah.”

Dalam mimpinya, beliau melihat Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya malaikat tidak mampu menulis pahala shalawat tersebut.”

 

5. Peringatan untuk Penyair yang Ingkar Janji

Habib Salim juga menceritakan kisah seorang penyair yang berjanji hanya akan menyusun syair untuk memuji Allah dan Rasul-Nya. Namun suatu hari, karena kepepet kebutuhan, ia terpaksa memuji raja demi uang.

Ia pun bermimpi Rasulullah SAW berkata:

“Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan Rasul-Nya? Aku akan memotong tanganmu…”

Kemudian datang Sayyidina Abu Bakar RA yang memohon syafaat untuknya, dan permohonan itu dikabulkan. Saat terbangun, ia langsung bertobat. Ajaibnya, di tangannya terdapat bekas luka seperti bekas potongan, dan cahaya memancar dari sana.

 

Syarat Membaca Qasidah Burdah agar Mustajab

Menurut Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri, Qasidah Burdah sangat mustajab untuk mengabulkan hajat, dengan izin Allah, asalkan memenuhi syarat-syarat berikut:

  1. Memiliki sanad (rangkaian ijazah) yang tersambung hingga Imam al-Bushiri.
  2. Mengulang-ulang bait:
    “Mawlā ya ṣalli wa sallim dā’iman abadan…”
  3. Dalam keadaan suci (berwudhu).
  4. Menghadap kiblat saat membaca.
  5. Memahami makna setiap bait.
  6. Dibaca dengan himmah (tekad dan konsentrasi tinggi).
  7. Menjaga adab dan kesopanan.
  8. Memakai wewangian (minyak wangi).

Habib Salim menekankan:

“Tidak seperti kebanyakan orang sekarang—membaca Burdah, tapi badannya bau rokok. Padahal, para salaf telah sepakat mengharamkan rokok.”

 

Peringatan bagi yang Meninggalkan Jalan Salaf

Di akhir ceramahnya, Habib Salim menyampaikan peringatan keras:

“Barangsiapa tidak menapaki thariqah salaf, maka ia dikhawatirkan mengalami tiga hal:

    1. Umurnya dipersingkat
    2. Hidup dalam kebingungan atau akalnya kacau.
    3. Tidak dihargai oleh masyarakat

 

Ceramah ini disampaikan dalam Majelis Burdah bersama Habib Neon Alaydrus, di Jl. Ketapang Kecil, Surabaya.

 📙

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

One Response

  1. Dunyo Moyo19/02/2014 at 07:36Reply

    Assalamu'alaikum..
    Menarik sekali ulasannya, semakin menambah pengetahuan..

    Admin, kalo boleh saya usul, mohon di ulas soal sholat lengkap dengan dalil-dalilnya.. misalnya tentang takbir, posisi tangan bagaimana dan apa dalil-dalil yang mendukungnya.. baik dalil yang kuat ataupun yang lemah..

    Sebab kita tau bahwa sekarang ini mulai banyak variasi dalam sholat..
    Ide ini saya dapatkan setelah saya membaca di FB bahwa ternyata posisi tangan sedekap di dada adalah hadis dhoif..
    Entah benar atau tidak ulasan tersebut, makanya saya ingin TIM Sarkub mengulas masalah sholat ini dengan meyertakan dalil-dalilnya.

    Tambahan PENTING!! Yang dipelosok dan jauh dari pesantren ini sangat membutuhkan ulasan lengkap seperti itu..

    Semoga usul ini diterima, terima kasih sebelumnya..

Tinggalkan Balasan