Keutamaan Memaafkan Dan Menahan Marah

Sarkub Share:
Share

khodamAbu Dawud dan Ibn Abid Dunia meriwayatkan : Nabi s.a.w. bersabda :

من كظم غيظ وهو يقد ر عل ا نفا ذه ملا الله قلبه ا منا و ايما نا

"Siapa yang dapat menahan marahnya, padahal ia kuasa untuk melampiaskan  marahnya itu, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan iman dan rasa aman ketenangan."

Ibn Asakir meriwayatkan : Nabi s.a.w. bersabda :

و جبت محبة ِالله عل من اغضب فحلم

Pasti mendapat kasih sayang Allah, orang yang mengalami sesuatu yang memarahkannya, tetapi ia tetap sabar (tidak marah).

Ibn Assunni meriwayatkan : "Tiada sesuatu yang dihubungkan dengan yang lain, yang lebih utama dari pada hubungan kesabaran kepada ilmu. (Yaitu ilmu itu bila disertai kesabaran, maka itulah seutama-utamanya)."

Ibn Syahin berkata : Allah tidak pernah memulyakan seseorang karena kebodohannya, Juga Allah tidak pernah menghina seseorang karena kesabarannya, demikian pula tidak akan berkurang harta karena disedekahkan.

Attirmidzi meriwayatkan : Nabi s.a.w. bersabda : الا اخبر كم بمن يحر م عليه ا لنا ر . قلنا بلا يا ر سو ل الله قال: تحرم عل كل قريب هين لين سحل

Sukakah saya beritakan padamu, orang yang diharamkan masuk neraka ? Jawab sahabat : Baiklah ya Rasulullah.

Bersabda Nabi s.a.w. : "Neraka itu haram atas tiap orang yang lunak, ramah, lapang dada dan mudah baik hubungannya."

Alkhathib meriwayatkan : Orang yang sabar itu mulya di dunia, dan juga mulya di akherat. Bahkan orang yang sabar itu hampir-hampir menjadi nabi.

Anas r.a. berkata : Ketika saya sedang berjalan bersama Nabi s.a.w. yang ketika itu memakai serban buatan Najran yang agak tebal pinggiran serban itu, tiba-tiba datang seorang Badwi yang menarik- serban Nabi s.a.w. itu dari belakang hingga berbekas pinggiran serban itu dileher Nabi s.a.w. karena sangat keras tarikan Badwi itu, lalu ia berkata :

Ya Muhammad berikan padaku dari harta Allah yang ada ditanganmu. Maka Nabi s.a.w. menoleh pada Badwi itu dan tersenyum, kemudian menyuruh sahabat yang menjaga baitul mal supaya memberi pada Badwi apa yang diminta.

Alyaafi'i menceritakan, ketika Guru Abu Usman Aljizi berjalan dijalanan pada waktu tengah hari, tiba-tiba ada orang menuangkan abu dari atas rumah tingkatnya, dan tepat diatas kepala guru Abu Usman, maka kawan-kawan Abu Usman marah, dan mengumpat pada orang yang membuang abu itu, tiba-tiba Abu Usman berkata kepada kawan-kawannya itu  : "Jangan kamu mengumpat sedemikian, sebenarnya seorang yang layak dituangi api, lalu mendapat keringanan hanya dituangi abu, maka tidak boleh marah. Bahkan harus syukur atas keringanan itu.

Ada seorang sholeh mempunyai seekor kambing, tiba-tiba pada suatu  hari, ia melilnat kambingnya berkaki tiga, lalu ia bertanya Siapakah berbuat sedemikian terhadap kambingnya itu ? Jawab budak yang menggembala kambing itu : Saya.

Lalu ditanya : Mengapakah anda berbuat itu ? Jawabnya : Untuk merisaukan hatimu.

Dijawab oleh orang sholeh itu : Aku akan menjengkelkan syaithan yang menyuruhmu berbuat sedemikian, lalu ia berkata pada hambanya itu : Pergilah anda telah aku merdekakan.

Al Ahnaf bin Gays ketika ditanya : Dari siapakah anda belajar budi luhur itu ? Jawabnya : Dari Qays bin Aashim Almundziri.

Ditanya ; Bagaimana budi luhurnya ? Jawabnya : Pada suatu hari ketika ia duduk ditengah rumahnya,tiba-tiba datang budaknya membawa panggangan daging, tiba-tiba panggangan itu jatuh diatas anaknya, dan mati seketika anak kecil itu, maka tercenganglah ketakutan budak itu, lalu dikatakan oleh Qays : Tidak usah takut, anda kini aku merdekakan karena Allah. Kami mohon kepada Allah yang maha murah semoga membersihkan hati kami dari dosa-dosa yang samar, dan memberi pada kami akhlak dan budi yang baik. Aamiin.

Dikutip dari Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrasyad

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan