Tamu Adalah Salah Satu Kunci Pintu Surga

Sarkub Share:
Share

Ada sebuah ruangan di rumah kita yang menyimpan potensi keberkahan yang besar apabila kita bisa memanfaatkannya. Ruangan apakah itu? Ya, ruang itu adalah ruang tamu. Keberkahan itu muncul karena ada dua amal yang berhubungan dengan ruang tamu. Dan kedua amal itu Allah iming-imingi dengan balasan rezeki, keberkahan dan ampunan. Dua amal yang sering dilakukan di ruang tamu itu adalah: Bertamu/silaturahim dan Memuliakan Tamu.

Silaturahim

Ada banyak dalil yang memerintahkan kita untuk silaturahim. Salah satu diantaranya: Diriwayatkan dari Anas r.a., “Barangsiapa senang diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim” (Muttafaq Alaih)

Ada yang memberi penjelasan mengapa silaturahim dapat meluaskan rezeki. Karena silaturahim memperluas dan mengukuhkan relasi. Relasi itu penting dalam bisnis. Dengan relasi, maka kita mudah memasarkan produk atau memperkokoh jaringan bisnis.

Ya, itu salah satu hikmahnya. Sewaktu kecil, saya juga mendapatkan hikmah tersendiri dari silaturahim. Biasanya kalau saya silaturahim ke rumah om/tante/kakek, saya diberi uang saat hendak pulang. Lumayan

Kalau kita bersilaturahim dengan orang yang punya hubungan baik dengan kita, itu baik. Kita sebut dengan “memelihara silaturahim”. Tapi di atas amal itu, ada yang lebih baik. Yaitu menyambung silaturahim. Apa definisinya? Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

“Orang yang menyambung silaturahim itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahim ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. (Muttafaqun ‘alaihi).

Dalam hadits lain, ada seorang sahabat yang mengadu pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” (Muttafaq ‘alaihi).

Subhanallah besar sekali manfaat silaturahim, amal yang terlaksana di sebuah ruang dalam rumah yang disebut ruang tamu. Dengan catatan kalau tamunya disuruh masuk oleh empunya rumah. Kalau tidak disuruh masuk, walau pun di teras, tetap saja namanya silaturahim.

Memuliakan Tamu.

Memuliakan tamu, sebagaimana silaturahim, adalah bukti keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahmi. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik-baik saja atau hendaklah ia diam” (HR Bukhari Muslim)

Menarik dari hadits di atas, ada tiga hal yang disebut beriringan: memuliakan tamu, silaturahim, dan berkata baik. Kita bisa sambung dari tiga hal itu: dalam menyambut tamu dan bersilaturahim, hendaklah jaga perkataan baik, karena persaudaraan yang terjalin apik oleh silaturahim itu bisa terganggu oleh perkataan yang tidak baik.

Apabila tamu datang, janganlah menggerutu karena takut rezki kita berkurang. Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang tamu memasuki (rumah) suatu kaum, ia masuk dengan membawa rezekinya sendiri. Jika ia keluar (pulang), maka ia keluar dengan membawa ampunan bagi mereka”.(Hr. Ad Dailami)

Bila kita anak kos, kemudian datang kawan untuk bertamu ke rumah, jangan ragu untuk mengambil sedikit uang kiriman orang tua untuk kita belikan kue atau minuman untuk kawan kita itu. Karena rezeki kita tidak akan berkurang. Makanan yang kita berikan itu menjadi amal bagi kita dan kemudian yang sesungguhnya terjadi adalah kita menyerahkan rezeki milik tamu kita itu tanpa mengurangi rezeki kita. Begitu yang dipahami dari hadits Ad-Dailami di atas.

Dan dari hadits di atas juga ada kabar gembira bagi yang mampu memuliakan tamu: ampunan dari Allah Azza wa Jalla. Itu lah keberkahan yang hadir dari ruang tamu bagi pemilik rumah.

Seorang sahabat mempunyai cara yang unik untuk memperoleh rahmat melalui amal memuliakan tamu. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, At Tirmizi dan An Nasa’i dari Abu Hurairah, ia berkata: “Seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah SAW. Ia berkata: “Aku lapar”. Maka Rasulullah mengutus kepada istri-istrinya (menanyakan makanan), tapi tidak ada, beliau bersabda: “Adakah orang yang mau menerima orang ini sebagai tamu malam ini ? Ketahuilah bahwa orang yang mau menerima laki-laki ini sebagai tamu (dan memberi makan) malam ini akan diberi rahmat oleh Allah”. Berkata seorang dari golongan Ansar (Abu Talhah): “Saya ya Rasulullah”. Maka ia pergi menemui istrinya dan berkata “Hormatilah tamu Rasulullah”. Istrinya menjawab: “Demi Allah tidak ada makanan kecuali makanan untuk anak-anak kita. Suaminya berkata: “Apabila anak-anak hendak makan malam, tidurkanlah mereka, padamkanlah lampu biarlah kita menahan lapar pada malam ini, agar kita dapat menjamu tamu Rasulullah”. Maka hal itu dilakukan istrinya. Pagi-pagi esoknya Abu Talhah menghadap Rasulullah SAW. menceritakan peristiwa malam itu dan beliau bersabda: “Allah SWT benar-benar kagum malam itu terhadap perbuatan kalian berdua.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Ketika para sahabat Rasul SAW berkumpul untuk menulis tafsir Al-Quran di masjid Beliau, maka masuk seorang badui dan berkata, “Wahai sahabat Rasululullah kalian telah mengatakan bahwa “Tamu itu kuncinya SURGA?” yaa betul, kami mendengar dari Rasulullah SAW. Dan beliau bersabda, “Apabila datang tamu seorang muslim maka bersamanya malaikat yang mencatat untuk tuan rumah kebaikan dan menulisnya untuk setiap sesuap makanan yang dimakan oleh tamu dengan 100.000 kebaikan, dan juga menghapus 100.000 kejelekan, dan juga diangkat derajatnya dengan 100.000 derajat. Dan tidak ditulis kejelekan baginya kecuali setelah tamu itu pergi 40 hari, dan itu semua diberikan oleh Allah SWT”

Dan orang Badui itu mengatakan, aku mendengarkan sabda Rasul SAW, “Barangsiapa memberi makan kepada tamu sebisanya, maka dia akan dikumpulkan di hari kiamat bersama Nabi Ibrahim AS, di bawah naungan Allah SWT, dan dia akan diberi hidangan di surga. Dan ketika orang-orang dihisab, dia akan selamat dari hidup dan aman dari siksa dan dia akan mendapat keamanan dari api neraka, dan akan melewati siroth seperti kilat”

Rentang Waktu yang Wajar Dalam Menjaring Keberkahan

Ada batas waktu bertamu yang wajar yang dalam rentang waktu itu seorang muslim diperintahkan untuk memuliakan tamunya. Di luar batas waktu itu, dikhawatirkan tuan rumah mulai terbebani dan kebaikan silaturahim mulai luntur. Batas waktu itu adalah tiga hari. Rasulullah memerintahkan tuan rumah untuk memuliakan seorang tamu dalam waktu tiga hari itu.

Abu Syuraih khuwailid bin ‘Am ia berkata: “saya mendengar rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya pada saat istimewanya”. Para sahabat bertanya: “wahai rasulullah, apakah saat istimewanya itu?, beliau bersabda: hari dan malam pertamanya, bertamu itu adalah tiga hari. Kalau lebih dari tiga hari. Maka itu adalah sedekah”. (HR bukhari dan Muslim)

(Sumber : Menguak Mutiara Terpendam, Syekh Muhammad Shodiq Al-Qohhawi)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

One Response

  1. Nur Rofiq24/12/2015 at 09:19Reply

    assalamualaikum, klau bisa di kasih teks arab, mturswun

Tinggalkan Balasan