Dulu di masa Rasulullah, di dalam Masjid Nabawi yang mulia, ada sebatang pohon kurma tepat di bagian depannya. Di batang pohon kurma ini jika Rasulullah khutbah, taklim atau membacakan wahyu, beliau sering bersandar, bertelekan, atau memeluknya. Sampai kemudian para sahabat membangunkan untuk beliau sebuah mimbar, agar Rasulullah bisa berbicara dengan posisi yang lebih baik menurut sahabat. Setelah beberapa waktu beliau berceramah di atas mimbar, suatu ketika Rasulullah melewati pohon kurma ini untuk menuju mimbar.
Dan apa yang terjadi? Pohon kurma ini terdengar menangis merintih sedih. Ini salah satu mukjizat nabi. Pohon kurma menangis karena rindu nabi, Pohon kurma ini menangis tak terdiamkan. Lalu Rasulullah turun dari mimbar dan memeluknya, melepas urai kerinduan pohon kurma pada beliau. Kata Rasulullah, "Sungguh jika aku tak memeluknya, niscaya tangisnya akan terdengar sampai hari kiamat datang."
Duhai, betapa rindunya kurma itu! Sungguh, kita kaum Muslimin jauh lebih berhak dan wajib merindukan Rasulullah dibanding sepucuk pohon kurma. Sudahkah kita merindukan beliau, jauh melebihi kerinduan pohon kurma itu?
Tsauban seorang pembantu nabi, suatu hari nampak sangat bersedih dan wajahnya murung sekali. Kemudian Rasullah bertanya, kenapa Tsauban? Lalu Tsauban berkata dengan nada penuh iba. “Jika engkau wafat nanti, duhai nabi. Engkau akan diangkat ke surga oleh yang Maha Tinggi, kemudian engkau akan dikumpulkan dengan setiap para nabi. Sementara aku hanya pembantu sederhanamu. Mungkinkah kita bertemu lagi?” Tsauban sudah merindukan nabi, bahkan saat dia belum berpisah lagi. Tsauban takut tak akan berjumpa lagi, meski saat itu masih bersama beliau! Lalu Rasulullah mendoakan Tsauban memasuki surga dan berkumpul kelak bersama Rasulillah.
Duhai Rasulullah, kami juga ingin bersamamu kelak, mungkinkah?
Bilal, menjelang wafatnya didampingi istrinya yang menangis sedih. Tapi raut muka Bilal yang indah, justru nampak berbahagia. Istrinya sedih karena merasa akan berpisah dengan Bilal, selamanya. Sementara Bilal berbahagia, karena dia merasa akan segera berjumpa dan bertemu dengan kekasihnya, manusia mulia yang tercinta: Rasulullah Saw. Istri Bilal mengulang-ulang kata, “Alangkah sedih. Alangkah sedihnya.” Sementara Bilal menjawab dengan bahagia, “Tidak, aku sangat berbahagia, akan segera bertemu nabi kekasihku, juga para sahabatnya. Aku bahagia!”
Duhai diri lecutlah diri untuk merindukanmu Yaa Rasulullah. Selalu Kami rindu padamu ya Rasulullah, sangat rindu padamu
Sahabat Abubakar yang mulia pernah berkata, Jika aku mati nanti, tak seorang pun akan melihatku. Sungguh bagiku malam-malam yang paling bahagia bagiku adalah malam kematianku. Karena aku segera bertemu denganmu, duhai Rasulullah.(HR Ahmad). Bagi Abubakar ra, kerinduan pada Rasulullah benar-benar memanggang dan membakar dirinya. Belahan jiwanya itu telah berpisah. karenanya Al Wasithi pernah menuliskan, “Penyebab kematian Abubakar adalah wafatnya Nabi Saw.” Sepeninggal beliau, Abubakar selalu dirundung rindu Rasulullah.
Allahuma shalli 'ala Sayidina Muhammad, kami rindu padamu ya Rasulullah, sangat rindu. Kutulis ini dengan genang air mata rindu yang tak tertahan oleh pelupuknya.
Anas bin Malik pembantu dan sahabat mulia Rasulullah juga berkata, “Tak ada yang dicintai dan dirindui para sahabat nabi melebihi Rasulillah.” Anas bin Malik adalah pembantu beliau yang diberikan seorang sahabat Anshar Abu Thalhah pada Rasulullah. sejak saat itu Anas tak mau berpisah! Meski belia, Anas sudah tahu betul apa arti dan rasa rindunya pada Rasulullah Saw. Hari-hari pertama tak pernah dilepasnya tangan Rasulillah.
Pembantu nabi lain adalah bekas pembantu Ummu Salamah, namanya Safinah. Beliau senang sekali diberi nama Safinah oleh Rasulullah. Sejak saat itu beliau akan marah jika dipanggil bukan dengan sebutan nama pemberian Rasulullah. Duhai besar nian cintanya. Safinah telah dibebas-merdekakan oleh Rasulillah. Tapi Safinah tak sanggup pergi dari beliau, karena hatinya selalu digulung rindu pada Rasulullah.
Abdullah ibn Mas’ud punya cara tersendiri untuk mencintai dan membunuh rindunya pada Rasulullah Saw. cara hebat nan dahsyat. Ibnu Mas’ud selalu membawa sandal Rasulullah. Tidaklah sandal Rasulullah dilepas kecuali selalu dibawa dan dikempit di antara lengannya.
Ada seorang sahabat bernama Jabir bin Abdillah Bajali, ketika majelis nabi disesaki jamaah dia hanya mendapat duduk di luar pintu masjid. Rasulullah melihatnya. lalu Rasulullah melipat jubahnya, berjalan ke arah Jabir dan menyerahkan jubah agar dijadikan alas duduknya. Lalu Jabir menerimanya, kemudian jubah Rasulullah itu diciuminya dengan penuh rindu. Penuh rindu yang meletup-letupkan dada. Lalu Jabir kemudian berdoa, “Semoga engkau selalu dimuliakan seperti engkau memuliakan aku ya Rasulullah.”
Sudahkah kalian merindukan Sang Kekasih seperti Para Sahabat-sahabatnya? Duhai betapa dahsyatnya rindu itu.
Sumber : Kumpulan Cerita Nabi Muhammad SAW (Cinta Rasul) oleh Tim Sarkub, Universitas Menyan Indonesia
Fauzi Lapender Ramadan24/01/2015 at 10:06
Allah Hu Akbar
Ema Rahman Punya24/05/2015 at 11:21
Ya Allah..jika aku meninggal nanti..pertemukan aku dengan Rasullullah….
Insani Adina Fahada YK02/07/2015 at 06:53
alangkah indahnya hidup ini andai kudapat tatap wajahmu wahai Rasulullah