Pakar Astronomi Arab Saudi Sowan ke Pakar Astronomi NU

Sarkub Share:
Share

Masih ingatkah ketika dunia Arab menertawakan Indonesia yang menetapkan 1 Syawal pada Tanggal 31 Agustus 2011. Tapi akhirnya Kerajaan Arab Saudi memerintahkan kepada rakyat dan masyarakat Arab Saudi untuk meng-qodho’ atau mengganti puasa satu hari karena ternyata ada kesalahan di dalam menentukan satu syawal bertepatan hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011 M. Dan meralat dengan menentukan hari Rabu (31 Agustus 2011 M) sebagai 1 syawal 1432 H. (Sumber Televisi Al-Jazirah)

Dalam penentuan hari raya idul fitri , tercatat sudah ke-20 kalinya negri Arab Saudi salah di dalam Menentukan 1 Syawal.. (klik sini)

Jakarta, NU Online.  Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) menerima kunjungan pakar astronomi Arab Saudi Sholeh bin Muhamad Al-Sha’ab dari King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST), Sabtu (10/3).

Ketua LFNU KH Ghozali Masroeri dan para pengurus LFNU dari berbagai daerah, menerima Sholeh Al-Sha’ab di ruang pertemuan lantai 4 gedung PBNU, Jakarta.

Kedua perwakilan lembaga bertukar pikiran tentang perkembangan ilmu astronomi dan metode hisab rukyah di lembaga masing-masing. ”Kami dari Nahdlatul Ulama, menetapkan awal bulan jika hilal berada dua derajat di atas ufuk pada saat matahari terbenam dan dapat dirukyat,” ungkap Kiai Ghazali.

“Ya, itu memang ikhtilaf diantara kita,” ucap Sholeh yang juga mantan direktur pusat astronomi nasional di KACST ini dengan santai.

Dalam menentukan awal bulan, Arab Saudi juga bertolak dari hisab dan rukyah. Yang menjadi acuan di Arab Saudi tetap rukyah, namun tidak ditentukan ukuran dua derajat di atas ufuk.

Selain itu, kedua belah pihak bercerita tentang kendala-kendala saat melakukan rukyah. Di Arab Saudi yang menjadi kendala adalah badai debu sementara di Indonesia awan mendung.

Pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut diakhiri dengan penyerahan cendera mata dari kedua belah pihak. Sholeh Al-Sha’ab menyerahkan buah karyanya, Nawafid Hilal, sebuah alat sederhana untuk menentukan posisi hilal.

“Perlu diuji lagi keakuratannya, sebab diterapkan di wilayah berbeda,” ungkap penikmat durian ini merendah.

Sementara itu, LFNU menyerahkan almanak buatan LFNU, kaos NUMO (Nahdlatul Ulama Mobile Observatory), buku Penentuan Awal Bulan Qomariyah Persepektif NU karya KH Ghazali Masroeri dan Membaca Langit karya Hendro Setyanto.

Sebelumnya, ia dihadiahi kopiah hitam khas kiai NU. Sholeh Al-Sha’ab langsung mengenakannya dengan senyum.

(http://nu.or.id/page/)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

4 Responses

  1. elwafi11/03/2012 at 17:30Reply

    heee

    hedehhhh
    NU TOP MARKOTOP Dah

  2. Juned30/03/2012 at 22:31Reply

    Muftinya pade gmane neeh..? Masa salah mpe 20 kali bgono..?
    Jangan lgi obral kate2 bid’ah dah..lha ntu netepin Idul Fitri ja mleset,pdahal kurang canggih gimane teknologi..? Kurang pinter gimane pakar & ulama dsono..?

  3. muhammad syakur24/07/2012 at 19:55Reply

    Sebenarnya hasil Ijtihad yg salah tsb tdk perlu mengulang puasa/qodlo’ ,sebab yg namanya ijtihad kalau sudah lewat ya sudah.Bagaimana jadinya kalau kesalahan adalah pada penentuan bulan haji (hari tgl 9 dzul hijjah),apakah hajinya umat sedunia disuruh mengulang ??

  4. Kang Nur17/02/2014 at 01:48Reply

    Alhamdulillah… bentuk silaturahmi yg ilmiah…

Tinggalkan Balasan