Nabi Musa dan Bangkai Seekor Anjing

Sarkub Share:
Share

bangkai anjingBismillahirrahmaanirrahiim

Sebagaimana tergambar dalam berbagai ayat Al-Quran, Nabi Musa As. merupakan Nabi yang paling banyak bercakap-cakap langsung dengan Allah Swt. Sekaligus, Nabi yang diberikan padanya Kitab Taurat itu konon juga menjadi yang paling banyak ditegur Tuhan.

Alkisah,

Allah suatu kali berfirman, "Musa, temukan seseorang atau sesuatu yang lebih rendah derajatnya darimu, dan bawalah ia padaKu."

Memenuhi perintah Allah itu, Nabi Musa pun mulai berkeliling mencari, namun apa dikata, sulit sekali baginya menemukan orang atau benda yang derajatnya lebih rendah dari dirinya. Setiap kali bertemu orang, Nabi Musa berpikir: "Tak mungkin ia lebih rendah dariku. Pasti ia punya banyak kebaikan, sedang aku masih memiliki banyak kelemahan."

Begitupun setiap kali akan mengambil sebuah benda, selalu terbetik dalam benak Nabi Musa bahwa benda itu pasti memiliki manfaat, jadi tak mungkin derajatnya lebih rendah darinya. Akhirnya Nabi Musa memutuskan untuk kembali menghadap Allah Swt. dengan tangan hampa, untuk melapor pada Sang Maha Agung bahwa ia tak menemukan orang atau benda yang lebih rendah darinya.

Dalam perjalanan menghadap Allah itulah, di tengah jalan Nabi Musa menemukan bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan berbau menyengat. Sejenak Nabi Musa sempat berpikir, "Bangkai anjing ini pasti lebih rendah derajatnya dariku," tetapi kemudian bangkai itu dilepaskannya kembali.

Nabi Musa pun meneruskan perjalanan menghadap Allah, dan melaporkan kegagalannya, "Hamba tak mampu menemukan satu pun makhluk di dunia ini yang lebih rendah derajatnya daripada hamba."

"Bahkan bangkai anjing pun hamba rasa masih lebih baik dari hamba," lanjut Nabi Musa.

Mendengar perkataan rasulNya itu Allah berfirman: "Musa, andai tadi jadi kau pungut bangkai anjing itu dan membawanya padaKu sebagai yang lebih rendah derajatnya darimu, maka akan Kucabut kenabian darimu."

Bayangkan, bahkan Allah Swt. pun melarang seorang nabi (seorang Nabi!) merasa lebih tinggi dari bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan bau. Lantas bagaimana mungkin kita yang hanya manusia biasa, berhak mengatakan bahwa diri kita lebih tinggi ketimbang sesama makhluk Tuhan yang lain?

Kisah Guru Sufi Junaid barangkali relevan untuk melengkapi Kisah Nabi Musa dan Bangkai Anjing ini.

Pada suatu hari, Junaid berpapasan dengan seekor anjing, dan Guru Sufi itu menepi untuk memberi jalan lebih dulu pada binatang itu.

Melihat sikap gurunya, murid-murid Junaid memprotes, "Engkau seorang Guru Sufi yang mulia, mengapa menyisih dan memberi jalan pada seekor binatang najis?"

Dengan tenang Junaid menjawab, "Saat berpapasan tadi, anjing itu bertanya padaku, 'apa dosaku di awal penciptaan hingga diciptakan jadi seekor anjing, dan apa jasa atau kebaikanmu di awal penciptaan hingga kau dijadikan manusia?' Aku tak mampu menjawabnya, maka aku beri ia jalan lewat terlebih dahulu."

Begitulah, kisah-kisah yang barangkali membawa kita pada firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa….” (QS. 49:13)

Sumber : http://islamindonesia.co.id/detail/1245-Nabi-Musa-dan-Bangkai-Seekor-Anjing

 

 

Sebagaimana tergambar dalam berbagai ayat Al-Quran, Nabi Musa As. merupakan Nabi yang paling banyak bercakap-cakap langsung dengan Allah Swt. Sekaligus, Nabi yang diberikan padanya Kitab Taurat itu konon juga menjadi yang paling banyak ditegurTuhan.

Alkisah, Allah suatu kali berfirman, "Musa, temukan seseorang atau sesuatu yang lebih rendah derajatnya darimu, dan bawalah ia padaKu."

Memenuhi perintah Allah itu, Nabi Musa pun mulai berkeliling mencari, namun apa dikata, sulit sekali baginya menemukan orang atau benda yang derajatnya lebih rendah dari dirinya. Setiap kali bertemu orang, Nabi Musa berpikir: "Tak mungkin ia lebih rendah dariku. Pasti ia punya banyak kebaikan, sedang aku masih memiliki banyak kelemahan."

Begitupun setiap kali akan mengambil sebuah benda, selalu terbetik dalam benak Nabi Musa bahwa benda itu pasti memiliki manfaat, jadi tak mungkin derajatnya lebih rendah darinya. Akhirnya Nabi Musa memutuskan untuk kembali menghadap Allah Swt. dengan tangan hampa, untuk melapor pada Sang Maha Agung bahwa ia tak menemukan orang atau benda yang lebih rendah darinya.

Dalam perjalanan menghadap Allah itulah, di tengah jalan Nabi Musa menemukan bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan berbau menyengat. Sejenak Nabi Musa sempat berpikir, "Bangkai anjing ini pasti lebih rendah derajatnya dariku," tetapi kemudian bangkai itu dilepaskannya kembali.

Nabi Musa pun meneruskan perjalanan menghadap Allah, dan melaporkan kegagalannya, "Hamba tak mampu menemukan satu pun makhluk di dunia ini yang lebih rendah derajatnya daripada hamba."

"Bahkan bangkai anjing pun hamba rasa masih lebih baik dari hamba," lanjut Nabi Musa.

Mendengar perkataan rasulNya itu Allah berfirman: "Musa, andai tadi jadi kau pungut bangkai anjing itu dan membawanya padaKu sebagai yang lebih rendah derajatnya darimu, maka akan Kucabut kenabian darimu."

Bayangkan, bahkan Allah Swt. pun melarang seorang nabi (seorang Nabi!) merasa lebih tinggi dari bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan bau. Lantas bagaimana mungkin kita yang hanya manusia biasa, berhak mengatakan bahwa diri kita lebih tinggi ketimbang sesama makhluk Tuhan yang lain?

Kisah Guru Sufi Junaid barangkali relevan untuk melengkapi Kisah Nabi Musa dan Bangkai Anjing ini.

Pada suatu hari, Junaid berpapasan dengan seekor anjing, dan Guru Sufi itu menepi untuk memberi jalaan lebih dulu pada binatang itu.

Melihat sikap gurunya, murid-murid Junaid memprotes, "Engkau seorang Guru Sufi yang mulia, mengapa menyisih dan memberi jalan pada seekor binatang najis?"

Dengan tenang Junaid menjawab, "Saat berpapasan tadi, anjing itu bertanya padaku, 'apa dosaku di awal penciptaan hingga diciptakan jadi seekor anjing, dan apa jasa atau kebaikanmu di awal penciptaan hingga kau dijadikan manusia?' Aku tak mampu menjawabnya, maka aku beri ia jalan lewat terlebih dahulu."

Begitulah, kisah-kisah yang barangkali membawa kita pada firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa….” (QS. 49:13)

– See more at: http://islamindonesia.co.id/detail/1245-Nabi-Musa-dan-Bangkai-Seekor-Anjing#sthash.qsYpIqCR.dpuf

Sebagaimana tergambar dalam berbagai ayat Al-Quran, Nabi Musa As. merupakan Nabi yang paling banyak bercakap-cakap langsung dengan Allah Swt. Sekaligus, Nabi yang diberikan padanya Kitab Taurat itu konon juga menjadi yang paling banyak ditegurTuhan.

Alkisah, Allah suatu kali berfirman, "Musa, temukan seseorang atau sesuatu yang lebih rendah derajatnya darimu, dan bawalah ia padaKu."

Memenuhi perintah Allah itu, Nabi Musa pun mulai berkeliling mencari, namun apa dikata, sulit sekali baginya menemukan orang atau benda yang derajatnya lebih rendah dari dirinya. Setiap kali bertemu orang, Nabi Musa berpikir: "Tak mungkin ia lebih rendah dariku. Pasti ia punya banyak kebaikan, sedang aku masih memiliki banyak kelemahan."

Begitupun setiap kali akan mengambil sebuah benda, selalu terbetik dalam benak Nabi Musa bahwa benda itu pasti memiliki manfaat, jadi tak mungkin derajatnya lebih rendah darinya. Akhirnya Nabi Musa memutuskan untuk kembali menghadap Allah Swt. dengan tangan hampa, untuk melapor pada Sang Maha Agung bahwa ia tak menemukan orang atau benda yang lebih rendah darinya.

Dalam perjalanan menghadap Allah itulah, di tengah jalan Nabi Musa menemukan bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan berbau menyengat. Sejenak Nabi Musa sempat berpikir, "Bangkai anjing ini pasti lebih rendah derajatnya dariku," tetapi kemudian bangkai itu dilepaskannya kembali.

Nabi Musa pun meneruskan perjalanan menghadap Allah, dan melaporkan kegagalannya, "Hamba tak mampu menemukan satu pun makhluk di dunia ini yang lebih rendah derajatnya daripada hamba."

"Bahkan bangkai anjing pun hamba rasa masih lebih baik dari hamba," lanjut Nabi Musa.

Mendengar perkataan rasulNya itu Allah berfirman: "Musa, andai tadi jadi kau pungut bangkai anjing itu dan membawanya padaKu sebagai yang lebih rendah derajatnya darimu, maka akan Kucabut kenabian darimu."

Bayangkan, bahkan Allah Swt. pun melarang seorang nabi (seorang Nabi!) merasa lebih tinggi dari bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan bau. Lantas bagaimana mungkin kita yang hanya manusia biasa, berhak mengatakan bahwa diri kita lebih tinggi ketimbang sesama makhluk Tuhan yang lain?

Kisah Guru Sufi Junaid barangkali relevan untuk melengkapi Kisah Nabi Musa dan Bangkai Anjing ini.

Pada suatu hari, Junaid berpapasan dengan seekor anjing, dan Guru Sufi itu menepi untuk memberi jalaan lebih dulu pada binatang itu.

Melihat sikap gurunya, murid-murid Junaid memprotes, "Engkau seorang Guru Sufi yang mulia, mengapa menyisih dan memberi jalan pada seekor binatang najis?"

Dengan tenang Junaid menjawab, "Saat berpapasan tadi, anjing itu bertanya padaku, 'apa dosaku di awal penciptaan hingga diciptakan jadi seekor anjing, dan apa jasa atau kebaikanmu di awal penciptaan hingga kau dijadikan manusia?' Aku tak mampu menjawabnya, maka aku beri ia jalan lewat terlebih dahulu."

Begitulah, kisah-kisah yang barangkali membawa kita pada firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa….” (QS. 49:13)

– See more at: http://islamindonesia.co.id/detail/1245-Nabi-Musa-dan-Bangkai-Seekor-Anjing#sthash.qsYpIqCR.dpuf

Sebagaimana tergambar dalam berbagai ayat Al-Quran, Nabi Musa As. merupakan Nabi yang paling banyak bercakap-cakap langsung dengan Allah Swt. Sekaligus, Nabi yang diberikan padanya Kitab Taurat itu konon juga menjadi yang paling banyak ditegurTuhan.

Alkisah, Allah suatu kali berfirman, "Musa, temukan seseorang atau sesuatu yang lebih rendah derajatnya darimu, dan bawalah ia padaKu."

Memenuhi perintah Allah itu, Nabi Musa pun mulai berkeliling mencari, namun apa dikata, sulit sekali baginya menemukan orang atau benda yang derajatnya lebih rendah dari dirinya. Setiap kali bertemu orang, Nabi Musa berpikir: "Tak mungkin ia lebih rendah dariku. Pasti ia punya banyak kebaikan, sedang aku masih memiliki banyak kelemahan."

Begitupun setiap kali akan mengambil sebuah benda, selalu terbetik dalam benak Nabi Musa bahwa benda itu pasti memiliki manfaat, jadi tak mungkin derajatnya lebih rendah darinya. Akhirnya Nabi Musa memutuskan untuk kembali menghadap Allah Swt. dengan tangan hampa, untuk melapor pada Sang Maha Agung bahwa ia tak menemukan orang atau benda yang lebih rendah darinya.

Dalam perjalanan menghadap Allah itulah, di tengah jalan Nabi Musa menemukan bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan berbau menyengat. Sejenak Nabi Musa sempat berpikir, "Bangkai anjing ini pasti lebih rendah derajatnya dariku," tetapi kemudian bangkai itu dilepaskannya kembali.

Nabi Musa pun meneruskan perjalanan menghadap Allah, dan melaporkan kegagalannya, "Hamba tak mampu menemukan satu pun makhluk di dunia ini yang lebih rendah derajatnya daripada hamba."

"Bahkan bangkai anjing pun hamba rasa masih lebih baik dari hamba," lanjut Nabi Musa.

Mendengar perkataan rasulNya itu Allah berfirman: "Musa, andai tadi jadi kau pungut bangkai anjing itu dan membawanya padaKu sebagai yang lebih rendah derajatnya darimu, maka akan Kucabut kenabian darimu."

Bayangkan, bahkan Allah Swt. pun melarang seorang nabi (seorang Nabi!) merasa lebih tinggi dari bangkai seekor anjing yang sudah hancur dan bau. Lantas bagaimana mungkin kita yang hanya manusia biasa, berhak mengatakan bahwa diri kita lebih tinggi ketimbang sesama makhluk Tuhan yang lain?

Kisah Guru Sufi Junaid barangkali relevan untuk melengkapi Kisah Nabi Musa dan Bangkai Anjing ini.

Pada suatu hari, Junaid berpapasan dengan seekor anjing, dan Guru Sufi itu menepi untuk memberi jalaan lebih dulu pada binatang itu.

Melihat sikap gurunya, murid-murid Junaid memprotes, "Engkau seorang Guru Sufi yang mulia, mengapa menyisih dan memberi jalan pada seekor binatang najis?"

Dengan tenang Junaid menjawab, "Saat berpapasan tadi, anjing itu bertanya padaku, 'apa dosaku di awal penciptaan hingga diciptakan jadi seekor anjing, dan apa jasa atau kebaikanmu di awal penciptaan hingga kau dijadikan manusia?' Aku tak mampu menjawabnya, maka aku beri ia jalan lewat terlebih dahulu."

Begitulah, kisah-kisah yang barangkali membawa kita pada firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa….” (QS. 49:13)

– See more at: http://islamindonesia.co.id/detail/1245-Nabi-Musa-dan-Bangkai-Seekor-Anjing#sthash.qsYpIqCR.dpuf

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

8 Responses

  1. Ulul Ilmie29/05/2014 at 09:33Reply

    Mas Sarkub tolong postingannya tentang Halal/Syubhat/Haram/? Bisnis/Komunitas MMM (Mavrodi Mondial Moneybox), karena membernya di claim sudah 35 Jt’an, dan sekarang lagi di gandrungi banyak masyarakat Indonesia termasuk umat Nahdlotul Ulama.

    Trims!

  2. Dias Aww Schorphio29/05/2014 at 02:41Reply

    Mas Sarkub tolong postingannya tentang Halal/Syubhat/Haram/? Bisnis/Komunitas MMM (Mavrodi Mondial Moneybox), karena membernya di claim sudah 35 Jt’an, dan sekarang lagi di gandrungi banyak masyarakat Indonesia termasuk umat Nahdlotul Ulama.

    Trims!

  3. Srijal Kithiphon29/05/2014 at 10:16Reply

    bisnis M3 Haram

  4. jual beli31/05/2014 at 17:23Reply

    terimakasih artikelnya memberi pencerahan

  5. Ulul Ilmie03/06/2014 at 06:19Reply

    to team SARKUB. “urgent”.

    Sekarang makin banyak Ummat Muslim yang ikut menjadi member MMM-2012. mereka berdalih bisnis/komunitas ini HALAL karena ada dalil2 yang mendukung (katanya).
    Dari pihak PBNU, PBMU dan MUI pun belum mengeluarkan FATWA tentang Komunitas MMM (Mereka tidak mau di bilang bisnis karena berdalih tolong menolong / jual beli point mavro antar member).
    Tolong dari pihak sarkub membuat artikel yang tegas tentang HALAL / HARAM menjadi member MMM beserta dalil2nya. Mohon di telilti dulu system MMM karena member tidak menyetor uang ke MMM tapi langsung transfer mentransfer antar member…

    Mereka member MMM tidak satu suara.
    Ada yang menamakan : TOLONG MENOLONG, JUAL-BELI, PINJAM-MEMINJAM, TRANSFER-MENTRANSER tanpa tujuan yang jelas DLL sesuai niat member masing2 (katanya-cuma yang paling sering mereka (member islam) mengatakan MMM adalah TOLONG MENOLONG dan JUAL BELI POINT MAVRO).

    Mohon team Sarkub di tunggu artikelnya.

    Satu artikel anda Insya Allah dapat menyelamatkan banyak Ummat Muslim di Indonesia.

    NB: Dalil e sg akeehhh masss, ben JOSSS!!!

  6. Doank13/06/2014 at 15:54Reply

    Saya juga di share link artikelnya team sarkub…makasih

  7. Rafi Rahman Casiopea17/06/2014 at 03:37Reply

    itu jelas penipuan alias money game,,,,dirusia itu jumlah korbannya mencapai ratusan ribu orang….jangan mau kemakan untung yang sesaat..

  8. Anonim03/03/2015 at 10:52Reply

    apa yg anda pikirkan tentang profesi ngemis?itulah bisnis M3 malah M3 ini lebih busuk dari ngemis

Tinggalkan Balasan