Mengapa Hasil Rukyat Cakung Dianulir?

Sarkub Share:
Share

Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazalie Masroeri meragukan kualitas rukyat di Cakung. Bukan hanya meragukan, tapi mengatakan hasil rukyat di Cakung itu tidak sah dan meminta Kementerian Agama menertibkan tim rukyat di sana.

Ada empat hal, kata Kiai Ghazalie yang menyebabkan hasil rukyat di Cakung tidak shahih menurut ilmu falak.

Pertama hilal dilaporkan berhasil diamati pada pukul 17.53 WIB, sebelum waktu maghrib untuk wilayah Jakarta tiba. Padahal menurut ketentuan syariat dan berdasarkan pedoman ilmu astronomi hilal baru mungkin dilihat setelah ghurub, atau terbenam matahari. “Belum maghrib, mustahil mendapatkan hilal,” kata Kiai Ghazali.

Kedua, cuaca di Jakarta, tepatnya di Cakung pada saat diadakan rukyat dalam keadaan mendung. Sementara arah pengamatan hilal di lokasi rukyat Cakung saat ini sudah terhalang gedung-gedung tinggi Jakarta.

“Sudah lama kami mensurvei lokasi rukyat di Cakung. Tempatnya dan alat yang dipakai sangat sederhana. Sementara di barat sana terdapat gedung pencakar langit,” tambah Kiai Ghazalie.

Ketiga, tim rukyat yang menyatakan berhasil melihat hilal adalah orang yang itu-itu saja. Hakim yang menyumpah juga hakim yang itu-itu saja. Sangat kompak. “Tolong disampaikan hakim mana yang menyumpah dan dan di wilayah mana,” kata Kiai Ghazali,

Keempat, ahli falak NU itu mengingatkan, rukyat tidak bisa dilakukan oleh orang sembarangan, dan harus disertai ilmunya. Laporan hasil rukyat tidak cukup hanya dengan sumpah tetapi juga harus disertai data mengenai posisi matahari tenggelam, berapa jarak antara bulan dan matahari, serta bagaimana kondisi kemiringan hilal yang berhasil diamati.

Maka tegas Lajnah Falakiyah PBNU meminta pihak Kementeterian Agama segera mengadakan peninjauan kembali apakah layak Cakung digunakan untuk melakukan rukyat.

“Perlu ada tinjauan dari Kemenag agar tidak menjadi insiden terus-menerus. Ini bikan main-main. Saya minta hakim yang menyumpah dipanggil Mahkamah Agung untuk diperingatkan,” kata Kiai Ghazalie. NU Online juga menerima laporan dari berbagai daerah dan beberapa pesantren bahwa tim rukyat Cakung menyebarkan hasil rukyatnya sehingga membuat gelisah warga.

Semoga tulisan ini dapat menjernihkan polemik yang terjadi serta menepis isu dan tuduhan miring kepada pemerintah & ormas-ormas  yang menetapkan 1 ramadhan jatuh hari sabtu 21 juli 2012. Sehingga kita lebih cerdas bersikap dan lebih khusyu dalam beribadah.  Selamat Menjalankan Ibadah Puasa.

(Sumber: http://nu.or.id/)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

15 Responses

  1. rayden20/07/2012 at 21:40Reply

    betul mbah Ghozalie….ben kuapoook

  2. Kokok Beluk21/07/2012 at 04:06Reply

    Ayatnyakan cuma, faman syahida minkumu al syahro falyashumhu. cukup tho… jadi syaratnya cuma Islam sudah baligh apalagi disumpah pula.

  3. Mpu-Elcom21/07/2012 at 11:09Reply

    @Kokok Beluk : maaf ikut komen..kalau menurut saya bukan masalah dasar hukum:faman syahida minkumu al syahro falyashumhu.
    Masalahnya syahida bermakna benar-benar melihat ( menyaksikan ) bukan pura-pura melihat.Sifat jujur dijaman sekarang sulit didapat… 🙂
    Bayangkan kalau hari kamis ada yang mengaku melihat hilal…. 🙂 apa harus kita percaya…

  4. arifin nur21/07/2012 at 13:43Reply

    semua serba ke pura”an…kepalsuan yg akan di dapat.

  5. bani21/07/2012 at 20:08Reply

    Kalau begitu, memang sudah yakin hilal tidak bakal terlihat, ya tidak usah rukyat. Toh yang mengaku lihat pun tidak diterima sumpahnya. Buat apa repot2 rukyat lagi?

    Buat menjalani sunnah nabi? Pan dulu ketika nabi dan para sahabat tidak melihat, tapi ada orang badui (orang kampung yang mestinya ilmunya ga ada apa-apanya) mengaku melihat, dan berani disumpah, maka langsung berbuka. Maaf lupa haditsnya.

    Tapi kan ketika ada orang yang ilmunya juga tidak ada apa-apanya dibandingkan perukyat NU ada yang mengatakan melihat hilal, dan sudah disumpah, tidak diterima. Ya ga nyunnah juga kalau begitu. Masih setengah-setengah.

    Kalau sumpahnya tidak diterima karena tidak sesuai dengan ilmu hisab, kenapa tidak pakai ilmu hisab secara komprehensif.Jadi kesannya menolak hisab dengan dalil hadits, kemudian menolak sumpah sesuai hadits dengan dalil hisab.

    Maaf kalau komennya menganggu, hanya pendapat dari orang bodoh belaka.

    • jadul gunawan22/07/2012 at 08:59Reply

      Orang badui itu bukan orang bodoh, orang badui itu dari suku pinggiran yg memang scr etika dianggap `kurang sopan` = blak-blakan, ceplas-ceplos sementara sahabat nabi msh sungkan2.

      Orang pinggiran malah justru lbh mengenal bentang alam dan selalu memperhatikan tanda-tanda alam dibanding orang kota.

      • jadul gunawan22/07/2012 at 09:05Reply

        Observasi itu tidak hanya terkait dg keyakinan tapi juga kajian.

        Inilah akibat jika hanya berdasarkan keyakinan, yakin tanpa reserve tidak verified siapa yg bersumpah tidak perlu observasi inilah yg menjadikan jumud stagnan, bagaimana orang bs lbh pandai, berwawasan tanpa melakukan observasi mendasarkan teori comot sana-sini disambung2kan tanpa melihat latar belakang riset yg direfernsi.

        Jika ada orang bersumpah bahwa didepan adalah jalan datar sedangkan dg nyata2 didepan adalah jurang 300m apakah anda jg akan terus berjalan kedepan?

        Paradox, disisi lain menginginkan umat islam maju termasuk dlm astronomi. Namun disilain jumud tidak melakukan observasi, mana ada astronom yg tidak melakukan observasi???

    • hilal28/07/2012 at 08:23Reply

      betul mas, kalo hilal ga mungkin dapat dilihat & pasti kesaksiannya pasti ditolak karena menurut hitungan hilal masih dibawah 2° ngapain dirukyat… ngapain ada sidang isbat, itu namanya PEMBOROSAN DUIT NEGARA, kemenag tinggal umumin awal puasa tgl sekian dah… ga banyakan cingcong

  6. AntiRayap22/07/2012 at 01:26Reply

    Sudah lama kami mensurvei lokasi rukyat di Cakung. Tempatnya dan alat yang dipakai sangat sederhana. Sementara di barat sana terdapat gedung pencakar langit,” tambah Kiai Ghazalie.
    Supaya hasil rukyat di cakung itu sesuai dengan keinginan Kiai Gh ini kenapa belaiu tidak mengutus orang kepercaan beliau untuk mendampingi rukyat di sana (Cakung)?

    • jadul gunawan22/07/2012 at 08:57Reply

      Pengamatan hilal tgl 19 juli 2012 memerlukan visibilitas untuk melihat horison. Mustahil orang yg tidak dpt melihat horison dpt merukyat karena pasti terhalang! hilal sangat rendah mendekati horison lagtime hanya 8 mnt! sudah bs dibayangkan kondisinya bahkan dlm kondisi yg sangat clear sekalipun.

      Jadi kalau pantauan sulawesi yg cuaca cerah pun tidak mendapatkan hasil positif itu memang apa adanya dan itu bs dibuktikan dg video, foto. Data-data pengataman sebelumnya pun baik di indonesia maupun lainnya memang menghasilkan kondisi yg spt ini. Dalam jarak tersebut tidak mungkin obyek pemantul menjadi lebih terang dibanding sumbernya.

  7. Imam Nawawi22/07/2012 at 05:52Reply

    memang di Cakung selalu bermasalah… ^_^ ana sejuta persen tidak percaya dg hasil rukyah di cakung kamis kemarin, walaupun dg sumpah sejuta kali.

    Kalau memang berhasil merukyah, seharusnya buktikan dong dg foto atau video, jangan hanya sumpah belaka… ^_^

  8. ruud van java22/07/2012 at 11:30Reply

    bener mas jadul, saya pikir saudara bani terlalu taklid dalam beragama sehingga mengabaikan fakta2 ilmiah dan hanya mengambil hasil rukyat cakung yang meragukan, dhaif dan tidak shahih. smentara fakta rukyat lain diabaikan. Taklid buta ini lah yang harus diberantas.

  9. pakjo24/07/2012 at 10:48Reply

    nak ra ngerti takok ahline. ojo muk ngerti hadis rangerti sababe.nak raiso takok wis angger anut ahline…mesti ra kesasar, nak jeh kliru yo serahno pengeran. Gitu aja kok……repot.

  10. kaka24/07/2012 at 13:48Reply

    Buat lajnah falakiyah NU, saya punya usul mulai tgl 29 romadhon ini dan tiap tgl 29 sampai bulan sya’ban taun depan coba diadakan rukyat ataupun sidang isbat sekalian, sementara kesampingkan dulu hisab, kalau di tgl 29 tdk bisa melihat hilal apapun alasannya genapkan 30 hr, begitu seterusnya sampai sya’ban taun depan, mari sama2 kita lihat dg dasar rukyat tok berapa jumlah hr dalam setahun, apakah tiap bulan selang seling 29 – 30 hr atau malah 30 hr semua, sekalian membuktikan kevalidan rukyat bila tanpa hisab, apakah rukyat dan hisab seiring sejalan

  11. Abdullah17/08/2012 at 20:44Reply

    kita punya metode dan pengamatan hilal yang berbeda-beda antara metode klasik dan kontemporer, yang mengatakan pengamatan hilal di cakung adalah salah atau tidak sesuai dengan ilmu hisab, hal itu adalah hasil perhitungan mereka, tapi tidak buat cakung.
    orang-orang yang ada di cakung adalah orang yang sangat berkompeten di bidang falak sejak puluhan tahun silam dan terus turun menurun kepada generasi berikutnya.
    jadi mereka faham betul tentang kondisi hilal saat di ru’yah.
    selama ini kita berbeda metode hisab, dan hal ini sulit untuk dipadukan, oleh karena itu yang kita perlukan hanyalah kedewasan pola fikir ilmiyah, belajar menikmati perbedaan, karena sudah merupakan keniscayaan bahwa manusia diciptakan dalam kedaan berbeda.
    “walaa yazaaluna mukhtalifina”

Tinggalkan Balasan