Mengamalkan Dzikir Tharekat tanpa Berbai’at?

Sarkub Share:
Share

baiatTANYA JAWAB BERSAMA HABIB LUTHFI BIN YAHYA

(Ra'is 'Am idarah 'aliyah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah)

Pertanyaan :

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Habib Luthfi yang saya hormati, apakah semua thariqah memiliki dzikir masing-masing? Dan apakah saya, yang belum berbai'at, boleh mengamalkannya?

Selama ini, saya mengamalkan istighfar, tasbih, dan shalawat sebanyak seratus kali ba'da shalat fardhu namun tanpa ijazah. Bagaimana menurut Habib Lutfi? Mohon penjelasan dan saran.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

 

Jawaban :

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Thariqah adalah jalan menuju Allah SWT. Berbicara mengenai trariqah, memang ada beberapa syarat dan ketentuan yang perlu diperhatikan. Salah satunya, dzikir. Pada umumnya, kalimah dzikir dalam satu ajaran thariqah berbeda dengan dzikir dalam thariqah lainnya. Kemudian, seorang penganut thariqah sudah seyogyanya berbai'at dengan mursyid dan selanjutnya diperintahkan untuk mengamal­kan wirid dan dzikir thariqah tersebut. Dan dalam hat ini perlu ada seorang guru thariqah yang membimbingnya.

Namun mengenai dzikir, sesungguhnya, tidak ada larangan dalam berdzikir. Bahkan mengucapkan kalimah dzikir seperti "Laa ilaha illallah" sangat dianjurkan kepada seluruh umat Islam, di mana pun dan kapan pun, meskipun bukan penganut ajaran thariqah tertentu dan tanpa ijazah, untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Dzikir merupakan salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, selain amalan-amalan wajib lainnya seperti shalat lima waktu. Mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak terbatas ruang dan waktu. Jelas, selesai mengerjakan kewajiban kita sebagai seorang hamba, sa­ngat diperbolehkan mengerjakan yang sunnah, karena hubungan kita kepada Allah SWT tidak hanya di waktu-waktu shalat. Selepas shalat, kita mengamalkan dzikir, wirid, atau amalan lain, tentu sangat bagus.

Rasulullah S/W mencontohkan bertasbih sebanyak 33 kali, namun apakah tidak boleh kita melakukan lebih banyak? Jelas amat sangat boleh. Masa, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dibatasi? Bukankah firman Allah SWTbegitu jelas, memerintahkan umat Islam untuk memperbanyak dzikir?

Hanya saja, berdzikir, yang notabene sebagai amalah sunnah, jangan sampai melakukannya dengan menafikan amalan yang wajib. Berburu yang sunnah namun mengabaikan yang wajib, itu amat sangat dibenci, bahkan hanya akan mendatangkan kemudharatan bagi orang tersebut.

Contohnya, sebagai seorang suami, jelas memiliki kewajiban untuk menafkahi anak dan istrinya. Untuk itu, tidak bisa ia meninggalkan kewajibannya bekerja untuk mencari rizqi yang halal dengan alasan untuk melakukan dzikir. Hanya berdzikir tanpa melakukan usaha, itu tidak benar.

Idealnya adalah melakukan kewajib­an sebagai seorang hamba dan juga memenuhi nafkah kebutuhan anak dan istri, untuk menjaga iman mereka, disamping juga mengamalkan amalan sunnah lainnya. Karena sesungguhnya kefakiran dekat dengan kekufuran.

Inti dari dzikir yaitu supaya kita selalu dekat kepada Allah SWT. Dan bila sudah merasa dekat kepada Allah, mungkinkah kita akan melakukan hal yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya? Tentu saja tidak. Jadi, kita akan selalu ingat bahwa tiada Dzat yang wajib disembah kecuali Allah SWT. Dan kita juga akan selalu ingat akan perintah dan larangan-Nya. Artinya, ber­dzikir akan menutup pintu kemaksiatan. Ketika kita menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya pun kita kembalikan kepada Allah SWT. Sehingga muncullah keikhlasan dalam setiap perilaku kita.

 

(Disadur oleh Tim Sarkub dari Majalah Alkisah No. 05/ 7-20 Maret 2011 halaman 108-109)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

5 Responses

  1. Cipta Wening02/05/2014 at 08:06Reply

    assalammualaikum kyai saya mau bertanya tentang dzikir dan wirit,sperti halnya saudara kita yang bertanya sebelum saya tadi,saya pun melakukan nya tanpa bimbingan seorang mursyid,pada saat saya berwirit dan berzikir saya melihat hal2 yang belum pernah saya temui,tp insya alloh itu positif bagi saya, yang mau saya tanyakn kyai apakah hal sperti itu bisa membahayakan atau gmana kyai,mohon bimbingan nya untuk di jelaskan trimakasih

  2. M Samsul Anwar05/04/2015 at 05:14Reply

    cinta ALLAH SWT BAN ROSUL

  3. M Samsul Anwar05/04/2015 at 05:15Reply

    CINTA ALLAH, ROSUL DAN ULAMA

  4. kamal amat24/08/2015 at 20:35Reply

    Assalammualaikum wr.wb.
    Habib lutfi yang saya hormati ,maaf terlebih dahulu dari saya jika soalan saya tidak sopan dan teratur .
    Saya ada mengamalkan ratibb al habshi , ratibb al attos, wirit al latiff, wirit al sakran, berbagai selawat dan lain2 nya di masa yang berbeza beza.
    Soalan saya boleh atau salahkan saya mengamalkan tanpa di ijazah oleh Ulama’ ?
    Terima kaseh kerana membaca soalan saya Ya Habib .
    Assalammualaikum.wr.wb.

  5. muh adi25/12/2015 at 03:50Reply

    assalamualaikum warahtullahi wabarokatuh.
    Habib luthfi yang terhormat dan semoga diberkahi ,dirahmati dan dipanjangkan umur agar dapat melayani ummat.
    saya mau naya ya Habib…apakah boleh seorang mengirim fatehah kepada ulamak yg masih hidup?
    Saya juha minta ijazah amalan dari habib agar diselamatkan Allah didunia dan diakherat.

Tinggalkan Balasan