Kisah Anak Laki-laki yang Mengabaikan Panggilan Ibunya

Sarkub Share:
Share

Suatu kisah nyata yang terjadi pada masa sebelum Rasululloh, tepatnya di jaman Nabi Isa AS, yang patut diambil sebagai ibroh bagi orang-orang yang beriman. Dahulu, ada tiga orang bayi yang bisa berbicara. Salah satunya adalah seorang bayi yang hidup pada masa Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah, dia memiliki sebuah tempat ibadah yang sekaligus jadi tempat tinggalnya.

Suatu ketika Juraij sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba ibunya datang memanggilnya: “Wahai Juraij”. Dalam hatinya, Juraij bergumam: “Wahai Robbku, apakah yang harus aku dahulukan? meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?”. Dalam kebimbangan, dia tetap meneruskan sholatnya. Akhirnya sang ibu pulang.

Esok harinya, sang ibu datang lagi dan memanggil: “Wahai Juraij!”. Juraij yang saat itu pun sedang sholat bergumam dalam hatinya: “Wahai Robbku, apakah aku harus meneruskan sholatku? Ataukah (memenuhi) panggilan ibuku?”. Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.

Sang ibu kembali pulang untuk-kedua kalinya. Ketiga kalinya, ibunya datang lagi seraya memanggil: “Wahai Juraij!”. Lagi-lagi Juraij sedang menjalankan sholat. Dalam hatinya, ia bergumam: “Wahai Robbku, haruskah aku memilih meneruskan sholatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?”. Tetapi dia tetap meneruskan sholatnya.

Akhirnya, dengan kecewa setelah tiga kali panggilannya tidak mendapat sahutan Bari anaknya, sang ibu berdoa: “Ya Alloh, janganlah engkau matikan Juraij hingga dia melihat wajah wanita pelacur”.
Orang-orang Bani Israil (ketika itu) sering menyebut-nyebut nama Juraij serta ketekunan ibadahnya, sehingga ada seorang wanita pelacur berparas cantik jelita mengatakan: Jika kalian mau, aku akan menggodanya (Juraij). Wanita pelacur itupun kemudian merayu dan menawarkan diri kepada Juraij. Tetapi sedikitpun Juraij tak memperdulikannya. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh wanita itu? Ia mendatangi seseorang yang tengah menggembala di sekitar tempat ibadah Juraij. Lalu demi terlaksananya tipu muslihat, wanitu itu kemudian merayunya.
Maka terjadilah perzinaan antara dia dengan penggembala itu. Hingga akhirnya wanita itu hamil. Dan manakala bayinya telah lahir, dia membuat pengakuan palsu dengan berkata kepada orang-orang: “Bayi ini adalah anak Juraij.” Mendengar hal itu, masyarakat percaya dan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Juraij, memaksanya turun, merusak tempat ibadahnya dan memukulinya.

Juraij yang tidak tahu masalahnya bertanya dengan heran: “Ada apa dengan kalian?”. “Kamu telah berzina dengan wanita pelacur lalu dia sekarang melahirkan anakmu”, jawab mereka. Maka, tahulah Juraij bahwa ini adalah makar wanita lacur itu. Lantas bertanya: “Dimana bayinya?”. Merekapun membawa bayinya. Juraij berkata: “Biarkan saya melakukan sholat dulu”, kemudian dia berdiri sholat.
Seusai menunaikan sholat, dia menghampiri si bayi lalu mencubit perutnya seraya bertanya: “Wahai bayi, siapakah ayahmu?”
Si bayi menjawab: “Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala”. Akhirnya, masyarakat bergegas menghampiri Juraij, mencium dan mengusapnya. Mereka minta maaf dan berkata: “Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas”. Juraij mengatakan: “Tidak, bangun saja seperti semula yaitu dari tanah liat”. Lalu merekapun mengerjakannya.

Hikmah yang dapat diambil dari cerita di atas, dalam suatu riwayat, Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah S.A.W.”Ibunya.” Maka merupakan suatu keasalahan bagi laki-laki sendiri maupun sudah beristri yang mengabaikan hak-hak ibunya.

Seyogyanya pula bagi kita kaum ibu bisa bersabar dan menjaga lisan agar anak-anak kita tidak mendapatkan masalah yang sulit.

Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada laki-laki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”

Dan perlu diwaspadai pula bahwa doa seorang ibu sungguh mustajab. Baik doa kebaikan ataupun doa buruk. Seperti diceritakan kisah tersebut di atas walaupun permasalahannya hanya sepele yaitu mengabaikan panggilan ibunya meskipun anak laki-laki tersebut sedang melakukan shalat 5 waktu. Wallahu bisshowab

(Berbagai Sumber)


Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

One Response

  1. schulamt mahkl15/09/2012 at 19:52Reply

    dlm versi lain juraij tidak mencubit perut bayi bahkan mendekati bayi yg digendong perempuan itupun tidak.. dari kejauhan juraij berkata :”wahai bayi, atas ijin allah katakanlah siapa sesungguhnya bapakmu.”

Tinggalkan Balasan