KH Abdurrahman Wahid Ditetapkan Sebagai Pahlawan

Sarkub Share:
Share

Percakapan Antara Gus Dur dan Supirnya
“Pak Dur, kaca mata saya harus ganti. Saya belum punya uang.”
“Piro regane, Yan?,” kata Gus Dur.
“Satu juta dua ratus ribu, Pak Dur.”

“Hwaduuu, duitku tinggal 200 ribu,” kata Gus Dur sambil mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan diberikan kepada Yani sopir pribadinya.

“Nanti tanggal 31 aku ke Tebu Ireng, disana nanti ramai banyak Kyai datang. Ada Mbah Liem, Mbah Maimun juga datang. Nanti tak kasih uang buat beli kaca matamu.”

Dalam bathinku, Ya Allah, mantan Presiden kok uangnya tinggal Rp. 200.000,-???

Sepenggal kisah pertemuan dan pembicaraan terakhirnya dengan Gus Dur, yang diceritakan Yani di depan dalem kasepuhan Tebu Ireng pada 31 Desember 2009 saat menanti kedatangan jenazah Gus Dur yang sedang dalam perjalanan menuju pemakaman Tebu Ireng.

Menurut Yani, pertemuannya dengan Gus Dur adalah ketika Gus Dur mengalami drop dan harus dirujuk ke Graha Amertha RSUD. Dr. Sutomo Surabaya.

Setelah dirayu untuk mau dirujuk ke Rumah Sakit terbesar di Surabaya, akhirnya Gus Dur mau berangkat.
Namun ketika sampai di Mojokerto, Gus Dur tiba-tiba memerintah Yani untuk mampir makan soto langganannya. Dan terjadi perdebatan antara Bu Shinta Nuriyah dengan Gus Dur. Karena Bu Shinta ingin agar perjalanan segera sampai ke Surabaya, mengingat kondisi Gus Dur yang sangat mempeihatinkan. Tapi karena keinginannya makan soto, akhirnya Bu Shinta luluh dan mengikuti maunya Gus Dur.

Dan kekhawatiran Gus Dur berubah pikiran ternyata benar. Setelah makan soto selesai, Gus Dur menolak ke Surabaya dan minta kembali Denanyar.

Yani yang kebingunngan, akhirnya menuruti Gus Dur memutar balik mobilnya dan kembali ke Jombang.

Kisah ini ditulis berdasarkan kisah yang dialami Yani bersama Gus Dur.
Keikhlasan Gus Dur memang luar biasa. Seorang Presiden RI, uangnya cuma tinggal 200 ribu saja. Padahal kalau mau Gus Dur kapan saja bisa minta dan dapat uang banyak. Namun Gus Dur tidak pernah peduli dengan uang.

Ketika banyak orang mempolitisir kasus Bulog gate dan Brunei gate. Itu hanya cara yang dicari-cari untuk mengkriminalisasi Gus Dur dan agar mudah dilengserkan.

Maka, hari ini adalah pembuktian bahwa Gus Dur layak untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional. Gus Dur itu lambang ke ikhlasan, Gus Dur adalah pribadi yang selalu tulus berkorban untuk orang lain. Gus Dur rela disalahkan dan dicaci demi orang lain.
Semoga hari ini bisa menjelaskan tentang pribadi Gus Dur yang begitu tulus berjuang untuk rakyat Indonesia.

Sumber : Kyai  Masyamsul Huda

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan