Keteladanan Ummul Mukminin  Saudah binti Zam’ah

Sarkub Share:
Share

Ummul Mukminin Saudah Binti Zam’ah

Siapa yang tak kenal dengan Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah?

Sepeninggal Sayidatuna Khadijah, para sahabat prihatin ingin Rasulullah SAW menikah lagi untuk menghibur kesendiriannya. Akan tetapi siapa yang berani bicara kepadanya?

Adalah  Khaulah binti Hakim yang memberanikan diri untuk mendatangi rumah Zam’ah atas izin Rasulullah SAW.

Dia (Zam’ah) menemui putrinya, Saudah, dan berkata:

“Kebaikan dan berkah apa yang dimasukkan Allah kepadamu, wahai Saudah?”

 Saudah bertanya karena tidak tahu maksudnya;

“Apakah itu, wahai Khaulah”

Khaulah menjawab,

“Rasulullah SAW mengutus aku untuk meminangmu”

Saudah gemetar dan berkata :

“Kau berharap engkau bicara kepada ayahku dan ceritakan hal itu kepadanya”

Maka terjadi kesepakatan dan berlangsunglah pernikahan.

Siapakah Saudah binti Sam’ah?

Saudah adalah wanita Muhajir mukmin, yang dahulunya telah hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan agama bersama suami, putra pamannya, kemudian suaminya wafat sebagai muhajir dan saudah tinggal sendirian. Saudah menjadi janda yang hidup di perantauan sebelum tiba di ummul Qura’.

Bagaimana Kehidupan Rumahtangganya Dengan Rasulullah?

Rasul SAW terkesan dengan wanita mukmin muhajir, dan janda itu setuju dinikahi oleh Rasul SAW. Saudah mengalami situasi yang sangat sulit yang menyebabkab Rasul SAW mengulurkan tangannya yang penyayang untuk menolong masa tua dan meringankan kekerasan hidup yang dirasakannya.

Ummul Mukminin Saudah menjadi ibu Rumah Tangga Rasul SAW, sangat memperhatikan urusan perjuangan Nabi SAW, melayani dan merawat putri-putrinya Rasul SAW.

Saudah tinggal bersama Nabi SAW sampai sayidatuna A’isyah datang ke rumah kenabian, beliau sangat mengerti kedudukan A’isyah di hati Nabi SAW, sehingga diberikannya hari-harinya kepada putri Sayidina Abu Bakar ra, melapangkan tempat pertama baginya di dalam rumah.

Setelah menginjak masa tua Ummul mukminin Saudah dari bany ady bin Najjar mengutarakan niatnya kepada Rasulullah SAW untuk tetap menjadi istri Rasulullah SAW di dunia dan akhirat serta tidak diharamkan dari kemuliaan yang besar ini, sekalipun dia berikan hari-harinya kepada Siti A’isayah setelah merasa bahwa tidak ada lagi keinginan apa yang diinginkan oleh kaum wanita pada umumnya kepada suaminya.

Ummul Mukminin Saudah hidup dan bekerja keras dalam mengurus Rumahtangga kenabian, sementara hatinya penuh dengan keridloan dan Iman hingga Nabi SAW dipanggil menghadap Allah SWT. Beliau wafat dalam masa khilafah Umar bin Khatab ra.

Keutamaan Ummul Mukminin Saudah Selama Hidupnya

Sayidatuna A’isyah sangat terkesan dengan madunya Sayidatuna Saudah, dikatakan

“Tidak seorangpun yang lebih aku sukai dalam dirinya Saudah binti Zam’ah, hanya saja dia agak keras watakny” (Dalam kita Al-Isti’aab 4/1867)

Rasulullah  SAW pernah berpesan kepada Ibnu Abbas ra, “Apabila kamu melihat suatu tanda, maka sujudlah”

Dan tanda mana yang lebih besar daripada kewafatan istri-istri Nabi SAW, Oleh karena itu ketika Ummul Mukminin Saudah wafat Ibnu Abas sujud.

Ummul Mukminin  Saudah telah meriwayatkan lima hadist dari Rasulullah SAW, diantaranya satu hadist diriwayatkan shohihain. Dalam suatu  riwayat, bahwa Imam Bukhori meriwayatkan dari Saudah ra dua hadist.

Beliau Saudah ra menyukai sedekah dan berbudi luhur, semoga Allah merahmatinya.

Dari Aisyah ra, berkata :

“Bahwa sebagian istri-istri Nabi SAW berkata : Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang paling cepat menyusulmu?”

Nabi SAW menjawab :

“Yang terpanjang tangannya diantara kalian. Kemudian mereka mengambil tongkat untuk mengukur tangan mereka”

Ternyata, Saudah adalah orang terpanjang tangannya diantara mereka. Kemudian kami mengetahui bahwa maksud dari panjang tangannya adalah GEMAR SEDEKAH.

“Saudah ra memang gemar bersedekah dan beliau paling cepat menyusulnya diantara kami” (HR. Syaikhan dan Nasai)

Demikianlah kisah ummul mukminin Saudah yang bisa kita ambil Hikmahnya, sebagai seorang istri Nabi SAW yang bisa mengemban amanah dalam rumahtangga Nabi SAW dan bisa menerima dan ikhlas menyambut kehadiran madunya. Tentunya sikap ini bisa diteladani oleh wanita dan ibu yang ingin mendapatkan keridloan Allah SWT di dunia dan akhirat. Guru kulo ngendiko suargo meniko larang regane (guru saya mengatakan surga itu mahal harganya), Jarang sekali ada istri pertama menerima kehadiran istri kedua dengan hati yang legowo (lapang).

Wallahu ‘alam bishshowab

Sumber : Tim Sarkub, dikutip dari buku Tokoh-Tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW, Muhammad Ibrahim Salim

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan