Kenikmatan Ibadah “Angin Segar Sebagai Kabar Gembira”

Sarkub Share:
Share

Mursyidku pernah menjelaskan kenapa dalam Al-Quran ada ayat yang menjelaskan bahwa Allah menjadikan angin sebagai kabar gembira (busran). Kenapa? Kita tentu tahu sedikit soal atmosfir di bumi kita. Dahulu kala, orang berlayar dengan kapal yang menggunakan layar. Angin adalah hal yang vital agar kapal itu bisa bergerak mengarungi lautan. Nah, yang paling ditakuti oleh para pelaut di masa lalu adalah dead calm. Apa itu dead calm? Ketika para pelaut terkatung-katung di tengah laut tanpa angin yang bisa menggerakkan kapalnya, dan itu bisa berlangsung berminggu-minggu. Sementara bahan makanan menipis. Akhirnya mereka bisa mati kelaparan di atas laut.

Nah begitu pulalah manusia. Jika Allah tak menghembuskan ke dalam hatinya dorongan untuk bahkan sekadar menjerit dan berdoa kepada Allah, maka habislah sudah. Apa lagi yang tersisa? Maka, bagi siapa pun yang memahami hal ini, ketika tiba-tiba dirinya menjadi malas beribadah, malas bahkan untuk sekadar berdoa, maka menjeritlah segera kepada Allah agar Dia Ta'ala berkenan menghembuskan kembali “angin sebagai kabar gembira” yang bisa menggerakkan hati kita agar mau kembali beribadah dan bersegera dalam berjalan kembali kepada-Nya.

Begitu pula dengan shalat sebagai tiang agama, karena bahkan keinginan untuk shalat sekali pun, kalau tidak karena Dia kehendaki agar hati dan badan kita terdorong menegakkannya, kalau sudah seperti yang Al-Quran tegaskan bagaimana Dia mengunci mati hati seseorang, maka sungguh kita tak akan tergerak untuk shalat. Jadi, kalau sampai saat ini kita masih tergerak untuk beribadah dan berdoa kepada-Nya, seburuk apa pun kualitasnya, syukurilah hal itu, karena bagaimana pun itu isyarat bahwa Dia masih menghembuskan "angin sebagai kabar gembira" ke hati kita. Bahkan mintalah kepada-Nya agar kita semakin tergerak lebih mencintai-Nya lagi dan lagi.

Syech Rumi pernah berkata kurang lebih begini: "Jika ada kilat cinta di hati yang ini, maka niscaya ada kilat cinta di hati yang lain." Dan di bagian lain Rumi berkata: "Dulu aku mengira bahwa antara Cinta dan Pecinta itu dua hal yang berbeda; ternyata aku salah. Keduanya sama."

Maksudnya, kalau tidak karena Allah berkenan mencintai kita maka tak mungkin kita pun akan tergerak untuk mulai bisa mencintai-Nya. Jadi, kalau pun kita malas shalat, maka segeralah menjerit dan berdoa kepada-Nya agar diberi hati yang gandrung menunggu waktu shalat. Menjeritlah:

"Ya Allah, celaka aku kalau seperti ini terus menerus…" Karena kalau tak Dia hembuskan "angin sebagai kabar gembira" ke hati kita, habislah sudah…

Coba lihatlah, betapa beruntungnya bapak ini meskipun miskin dan bekerja sebagai pemulung, namun Allah masih berkenan menghembuskan ‘angin sebagai kabar gembira’ ke dalam hatinya sehingga dia pun tetap menegakkan ibadah shalat di mana pun. Bukankah dia sangat beruntung bila dibandingkan dengan orang kaya yang tak tergerak untuk menegakkan shalat sama sekali karena Allah tidak berkenan menghembuskan 'angin sebagai kabar gembira' ke dalam hatinya?

La hawla walla quwwata illa billah….

 

SUMBER : Ustadz Alfathri Adlin

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan