Kelak suatu hari ribath (pesantren) ini akan ditutup, dan kalian semua (para santri) akan kembali ke asal kalian. Akan kembali Yaman ini seperti zaman penjajahan dahulu, kalian semua akan saksikan nanti. Kalian tidak akan mendengar lagi nama Abu Bakr al-Masyhur atau habaib lainnya lagi.
Maka ambillah kesempatan sekarang ini, jangan buang-buang waktumu. Akan kami sampaikan kepada kalian peninggalan kecil para salafussaleh terdahulu. Akan kami tunjukkan ulah-ulah Iblis yang telah nampak di tengah manusia yang mengatasnamakan agama. Kami tujukan kalam kami kepada kalian karena kami adalah peninggalan yang terakhir.
Kami ajarkan kepada kalian fiqh tahawwulat, kalian tidak paham. Kami berteriak-teriak di atas mimbar, orang-orang tidak paham. Kami duduk bersama pemerintah, mereka tidak paham. Jadi kami harus bagaimana lagi?
Adapun bagi mereka yang menuduh bahwa kita adalah musyrikin, kita doakan semoga mereka mendapat hidayah dari Allah, itu saja cukup. Karena hanya hidayahlah yang dibutuhkan. Tiada gunanya memperdebatkan perbedaan dengan mereka.
Satu pihak mengamalkan maulid, pihak yang lain menolaknya. Satu pihak berziarah kubur, lain pihak menentangnya. Itu semua permainan Iblis, sehingga melalaikan pada hal-hal yang penting, menjadikan umat Islam hanya seperti sandal di depan pintu itu. Ya, hanya sampai di situ.
Kalau kalian paham terhadap apa yang kami katakan ini, maka kalian tidak akan rela buang waktu untuk berkonflik. Kalian tidak akan mau ribut dengan sesama muslim meski berbeda pandangan. Kami tidak pernah dengki kepada sesama orang Islam yang melakukan shalat, Namun kami merasa sangat sedih melihat orang Islam yang tidak shalat.
Tatkala kami melihat orang mencatut nama orang-orang alim untuk mencaci orang lain, tatkala kami melihat orang-orang mengatasnamakan agama untuk membuat konflik di tengah umat, itulah perkara yang menyesakkan napas kami.
SUMBER : Oleh: Al-Alim al-Alamah al-’Arif Billah al-Mufakkir Islami ad-Daie Ilallah al-Habib Abu Bakar al-Adni bin Ali al-Masyhur Ba`Alawi, Pimpinan Lembaga Pendidikan Arbithoh Attarbiyah al-Islamiyah Yaman, yang juga Guru dari al-Habib Umar bin Hafidz, al-Habib Ali al-Jufri, al-Habib Kadzim as-Seqqaf, al-Habib Muhammad bin Abdurrahman as-Seqqaf, dll. Ditulis ulang oleh Ahmad Fauzi Muliji, Pengabdi di Yayasan Pendidikan Tarbiyatus Shibyan, Pontianak, Kalimantan Barat.
http://www.elhooda.net/2015/04/habib-abubakar-al-masyhur-jangan-buang-waktumu-mengikuti-permainan-iblis/
ali turmudzi14/04/2015 at 08:29
Mereka memunculkan itu denhgan sendirinya, walau sebenarnya masih terlalu banyak kekurangan kita tentang agama