Ibnu Qayyim al-Jauziyah Berdusta Atas Nama Imam Al-Baihaqi

Sarkub Share:
Share

ibn qoyyimIbn Qayyim al-Jauziyyah ini adalah Muhammad ibn Abi Bakr az-Zar’i (w 751 H) murid dari Ibn Taimiyah yang dalam keyakinannya persis sama dengan Ibn Taimiyah sendirI. Dalam Tauhidnya/Aqidah, ia bertaqlid kepada gurunya tersebut Ibnu Taimiyyah sehingga sering kali nyeleneh dari Aqidah mayoritas umat Muslim.

Kerap kali ditemukan bukti-bukti ulama wahabi melakukan penipuan dan kecurangan di dalam beristidal,berargumentasi dan berhujjah dalam kitab-kitabnya. Ada yang memelintir atau memanipulasi ucapan para ulama Ahlus sunnah untuk dipaksakan sesuai dengan keinginan nafsunya, ada yang mereduksi dan memotong ucapan para ulama, ada pula yang mendistorsinya bahkan berdusta atas nama Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabat. Allah al-Musta’aan..

 

Saya tidak tahu apakah berdusta dan menipu itu diwajibkan dalam ajaran mereka atau memang mereka sengaja melakukan itu tanpa rasa takut kepada Allah sama sekali dalam dada mereka.

Berikut ini bukti kedustaan seorang ulama besar yang menjadi panutan dan rujukan kaum wahhabi-salafi, murid dari Ibnu Taimiyyah yaitu Ibnul Qayyim yang telah dengan jelas melakukan kedustaan atas nama al-Hafidz al-Baihaqi :

 

Ibnul Qayyim mengatakan 

 


 

 “ Pendapat imam muslimin yang dijuluki Penerjemah lisan al-Quran yaitu Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma: telah disebutkan oleh imam Baihaqi tentang firman Allah Ta’aala :

الرّحْمٰنُ  عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى

“ Ar-Rahman beristiwa di Arsy “ (QS. Thaha : 5)

Ibnu Abbasmenafsirkannya : “ Istaqarra / bersemayam “.[1]

 

 

Benarkah pengakuan Ibnul Qayyim tersebut ? Sekarang kita tengok langusng kitab al-Asmaa wa ash-Shifat imam al-Baihaqi, bagaimanakah komentar imam al-Baihaqi sendiri tentang riwayat sayyidina Abdullah bin Abbas tersebut ? kita simak scan redaksinya berikut :

 

 

 

“….Riwayat tersebut (yang mengatakan Abdullah bin Abbas menafsirkan istiwa dengan bersemayam) adalah mungkar …“.[2]

 

 

Imam al-Baihaqi memang menukil riwayat itu, tapi setelahnya beliau mengomentarinya bahwa riwayat itu mungkar dan tak layak dinisbatkan kepada Ibnu Abbas. Namun kenapa oleh Ibnul Qayyim komentar beliau tersebut tidak diikut sertakan dalam nukilannya dikitabnya Ijtima’ al-Juyusy ?? seolah-olah imam Al-Baihaqi menerima riwayat tersebut, padahal beliau menolaknya. Dan nukilan Ibnul Qayyim ini banyak dinukil pula oleh ulama wahabi setelahnya.

 

Sikap curang seperti ini pun terwariskan oleh para ulama wahabi setelahnya, di antaranya syaikh at-Tuwaijari di dalam menukil kalam imam Ibnu Hajar tentang hadits Khalqi Adam, dalam kitabnya, at-Tuwaijari tidak jujur menampilkan ucapan al-Hafidz Ibnu Hajar secara lengkap sebagaimana dilakukan Ibnul Qayyim di atas, bahkan Albani pun mencela perbuatan at-Tuwaijari tersebut dan mengatakan ia telah memanipulasi ucapan Ibnu Hajar, dan Albani mengatakan bahwa bukan hanya di situ saja at-Tuwaijari melakukan penipuan dan kecurangannya bahkan di kitab-kitab lainnya pun tidak lepas dari penipuan, perhatikan ucapan Albani tersebut :

 

 

“ Dalam kesempatan ini aku katakan : Sungguh telah berbuat buruk syaikh at-Tuwaijari terhadap akidah dan sunnah yang sahih secara bersamaan dengan karya tulisnya yang ia namai “ Aqidah ahli iman fii khlaqi Adam ‘alaa shuratir Rahman “, karena akidah itu tidak boleh kecuali harus dengan hadits yang sahih..” kemudian Albani mengatakan setelahnya : “ Bagaimana at-Tuwaijari mensahihkan hadits itu, sedangan ia tahu bahwa Ibnu Luhai’ah adalah seorang rawi yang dhaif, dsamping itu at-Tuwaijari telah mendistorsi tautsiqnya (pada halaman 27) walaupun dengan merubah ucapan para ulama hafidz hadits dan memotong ucapa mereka. Dia (at-Tuwaijari) berkata : “ Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata di dalam kitab at-Taqrib : “ Dia adalah shaduq “, sedangkan di tidak menampilkan ucapan Ibnu Hajar secara lengkapnya berikut : “ Ia mengalami kesalahan setelah kitabnya terbakar, sedangkan riwayat Ibnul Mubarak dan Ibnu Wahb lebih adil lainnya “, Hadits ini bukanlah dari riwayat salah satunya, apa yang pantas disebut bagi orang yang menukil ucapan secara sepotong-potong dan menyembunyikan sebagian yang lainnya ? perbuatan at-Tuwaijari semacam ini sangat banyak tidak cukup menjelaskannya di ta’liq ini “.[3]

 

 

Demikianlah para ulama wahabi melakukan kecurangan dan penipuannya mulai dari ulama terdahulunya yang menjadi panutan di kalangan wahabi hingga sampai ulama kontemporernya, demi menyebarkan doktrin menyimpangnya. Naudzu billahi min dzaalik…

 

Semoga kita selalu istiqamah menjalankan manhaj para ulama salaf dan memberantas bid'ah-bid'ah dholalah para pelaku bid'ah seperti wahabi, syi'ah dan lainnya..


 

Ibnu Abdillah Al-Katibiy

Kota Santri, 30-04-2013

 

 

[1]  Ijtima’ al-Juyusyal-Islamiyyah, Ibnul Qayyim : 2/249, edisi tahqiq Dr. ‘AwadAbdullah, cetakan pertama, tt; 1988 M.

[2]  Al-Asmaa wa ash-Shifat, imam al-Baihaqi : 383, maktabah al-Azhar li at-Turats

[3]  Sahih al-Adab al-Mufrad , Albani : 375

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

11 Responses

  1. zahdanrazzaq01/05/2013 at 10:35Reply

    Berarti itu BUKTI ya bahwa syaikh Albani tidak fanatik golongan, jika ada ulama yg keliru walau mungkin sm dari wahhabi tetap ia tegur kesalahannya.

    Susah mencari ulama seperti syaikh Albani di zaman sekarang.

    Kebanyakan kalo kelompok lain yang salah langsung jegar-jeger di hujat tapi giliran dari KELOMPOKNYA langsung pada DIAM SEMUA (contohnya SARKUB ini), atau langsung aja disebut WALI (biar gak ada yg berani kritik kali ye).
    lucunya negeri ini.

    • Cok01/05/2013 at 14:41Reply

      Ya berarti kalo tidak fanatik harusnya kalian (wahabi dkk) meralat pendapat istawa yang kalian pegang..kenyataannya kan tidak diralat..yang ada adalah sikap tak mau kalah seperti ente ini.. percuma kebenaran ditampakkan didepan mata..tidak memberi manfaat sama sekali bagi kaum wahabi ini…kedustaan ini dalam aqidah lagi.

      Itu cuma satu bukti kedustaan..banyak kedustaan lainnya.. kalo satu kebenaran saja ditunjukan tidak bisa rujuk, gimana mau ngaku ahli tauhid dan sembarangan memvonis yang lain ahli bid’ah.

  2. syaikh google al saudi bin usa01/05/2013 at 16:37Reply

    Menyimak…( sambil ngelus2 jenggot (cuma 27 helai) )

  3. salim al-Jufri08/05/2013 at 17:53Reply

    semoga Allah merahmati Ibnul Qayyim…perbedaan kutipan, akan berpengaruh pada perbedaan mempersepsi masalah, selanjutnya berpengaruh pd perbedaan cetakakan. Semua ini tdk layak untuk kita perdebtkan…..HARAP TDK TERPROPOKASI DGN TRILOGI IDAHRAM YG SYIAH DN MENGADUDOMBA ASWAJA…

  4. nakar kemenyan08/05/2013 at 20:17Reply

    Ulama Wahhabi yaitu al-’Utsaimin sangat marah kepada al-Albani, sehingga dalam salah satu kitabnya menyinggung al-Albani dengan sangat keras dan menilainya tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali:

    “ثم يأتي رجل في هذا العصر، ليس عنده من العلم شيء، ويقول: أذان الجمعة الأول بدعة، لأنه ليس معروفاً على عهد الرسول صلي الله عليه وسلم، ويجب أن نقتصر على الأذان الثاني فقط ! فنقول له: إن سنة عثمان رضي الله عنه سنة متبعة إذا لم تخالف سنة رسول الله صلي الله عليه وسلم، ولم يقم أحد من الصحابة الذين هم أعلم منك وأغير على دين الله بمعارضته، وهو من الخلفاء الراشدين المهديين، الذين أمر رسول الله صلي الله عليه وسلم باتباعهم.”

    “ada seorang laki-laki dewasa ini yang tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali mengatakan, bahwa azan Jumaat yang pertama adalah bid’ah, kerana tidak dikenal pada masa Rasul , dan kita harus membatasi pada azan kedua saja! Kita katakan pada laki-laki tersebut: sesungguhnya sunahnya Utsman R.A adalah sunah yang harus diikuti apabila tidak menyalahi sunah Rasul SAW dan tidak di tentang oleh seorangpun dari kalangan sahabat yang lebih mengetahui dan lebih ghirah terhadap agama Allah dari pada kamu (al-Albani). Beliau (Utsman R.A) termasuk Khulafaur Rasyidin yang memperoleh pentunjuk, dan diperintahkan oleh Rasullah SAW untuk diikuti”. Lihat: al-‘Utsaimin, Syarh al-’Aqidah al- Wasîthiyyah (Riyadl: Dar al-Tsurayya, 2003) hal 638.

    Pernyataan al-‘Utsamin yang menilai al-Albani, “tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali”, menunjukkan bahwa al-Albani adalah bukanlah seorang yang ahli hadis bahkan bukan dari golongan ulama yang alim. Golongan Wahabi sendiri menetapkan hal itu.

  5. Ridho13/05/2013 at 11:18Reply

    Aswaja ala NU (sesuai AD/ART NU) adalah aswaja yang sifatnya tidak “sempit” , atau terlalu membatasi pendapat. Inilah keunggulan aswaja. ini mainstream. Aswaja sekarang tidak hanya didasarkan karena perbedaan furu’ dalam ilmu kalam (sebagaimana jaman dulu).

    contoh dalil tentang dzikir tahlil (tahlilan) pun banyak mengambil dari pendapat ibnu qoyyim juga.
    cek buku –> http://tokobukumenarakudus.com/index.php?route=product/product&manufacturer_id=126&product_id=611

  6. Alkatibiy16/05/2013 at 11:14Reply

    Ibnul Qayyim menukil tahqiiq imam al-Baihaqi, lalu kenapa hanya dibawakan sepotong saja, dan tidak menyebutkannya secara sempurna bahkan inti dari tahqiq imam Biahaqi tdk disebutkan?? ingat, ibnul qayyim menukil tahqiq imam Baihaqi bukan menukil riwayat hadits. Dan kita tahu bahwa imam Baihaqi menyebutkan riwayat itu bertujuan ingin menunjukkan bahwa riwayat itu dusta dan palsu yg mengatasnamakan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu. Maka jelas ibn qayyim tidka amanah alias penipu, dengan tujuan membela akidahnya.

  7. zilal26/07/2013 at 20:26Reply

    ni apa apaan ni,,,,,orang yang ngikuti sunnah di hina..astaghfirullah…sedang yang jelas jelas nyeleweng malah di bela gus dur contohnya…..jangan menutupi kebenaran …..belajarlah mengenal lebih dalam lagi sejarah umat islam….serta pelajari sunnah yang benar..ngaku ahlusunnah wal jama’ah jenggot g’ punya,,kumis tebal…ada orang islam berjenggot di musuhi…trus mana sunnahnya…

    • Author

      Tim Sarkub27/07/2013 at 00:00Reply

      keimanan seseorang tidak bisa diukur hanya dengan jenggot. jangan merasa ahli surga ketika anda baru punya jenggot. lalu menyalahkan orang yang gak punya jenggot. na’udzubillah

  8. Bidadari Pemberantas Bid'ah01/10/2013 at 15:42Reply

    subhanallaah niat bener muqallid Indonesia raya ini dalam mengulik illat ulama?
    cuma saya orientasinya demi mempertahankan kebid’ahannya sehingga nampak kebenaran dengan wujud kebatilan dan kebatilan nampak dengan wujud kebenaran.

    setriliyun artikel macam ini tidak akan merubah ke-tsabit’an seorang ahlussunnah ‘ala fahmi salafina shalih insya Allah. Sebab perangai anda-anda di negeri ini sudah jelas, dan dakwah anda terlalu mulus berjalan sehingga berjauhan sekali dengan matan hadits yang mengindikasikan Al-Ghuraba.

    Tim Sarkub said:
    keimanan seseorang tidak bisa diukur hanya dengan jenggot. jangan merasa ahli surga ketika anda baru punya jenggot. lalu menyalahkan orang yang gak punya jenggot. na’udzubillah

    I say:
    Iya, ahsan berjenggot daripada berkumis kaya Pak. Idrus Ramli, mirip banget dengan Pak. Raden, kalau saja Pak. Idrus pakai belangkon sudahlah pas mirip pak. Raden, lalu apakah dia seorang yang dikatakan Ustadz tidak mengetahui hadits tentang tasyabbuh ? hadits tentang jenggot? ironis sekali, hal sepele saja dipersulit untuk diaplikasikan bagaimana dengan hal yang lebih besar lagi, maka aplikasinya semakin sulit sajalah.

    Panteslah, kalau ini negeri tidak punya tolak ukur, separoh Shufi, Separoh Syi’ah, Separoh Asy’ariyyah & Maturidiyyah, lalu dikombinasikan jadi satu. Subhanallaah.

    Inconsistent bgt yah !!!

    NB:
    Komentar, Silahkan Tulis Jimat !

    gaya bahasanya tasyabbuh banget sieh Tim Sarkub (Sarjana Kuburan) ini !!!
    gak seneng kali yah dengan bahasa-bahasa Islami, atau keislamiannya hanya demi kepentingan saja !! Waliya’udzubillaah.

    terpaksalah, di submit dengan gaya kuburiyun

  9. nurim04/01/2014 at 08:35Reply

    Topiknya artikel di atas adalah membahas masalah kata-kata ulama yang dipelintir. Itu dulu yang dikomentarin jangan lari-lari ke masalah yang lain. Akui saja salah kalau itu salah, karena dari cara berfikir awam pun memelintir perkataan orang lain merupakan tindakan tidak terpuji. Subhanallah, kesucian hanyalah milik Allah SWT.

Tinggalkan Balasan