Engkau Akan Bersama Dengan Orang Yang Kau Cintai

Sarkub Share:
Share

Tidak beriman seseorang sehingga aku lebih ia cintai ketimbang dirinya sendiri …………….
[HR Bukhari dan Muslim]

Suatu ketika, Nabi Isa a.s berdakwah di sebuah kota kecil. Orang orang meminta beliau menunjukkan mukjizatnya. “Mukjizat apa yang kalian inginkan?” tanya Nabi Isa. Mereka menjawab, “Hidupkanlah orang yang sudah mati”

Mereka pun pergi ke makam kota dan berhenti di sebuah kuburan. Sang Nabi pun berdoa kepada Tuhan agar orang yang sudah mati itu dihidupkan kembali. Orang mati tersebut bangkit dari kuburnya, melihat lihat sekelilingnya dan berteriak: “Keledaikau, mana keledaiku?”

Semua yang hadir heran. Nabi Isa menjelaskan, dia dahulunya orang miskin. Kekayaan yang sangat ia hargai adalah keledainya. Semasa hidupnya dia disibukkan dengan keledai itu. Beliau berpesan, “Apapun yang paling kau perhatikan akan menentukan apa yang akan terjadi padamu saat kebangkitan. Di akhirat, kalian akan bersama dengan apa yang kalian cintai”

Nah, kira kira apa yang bakal kita teriakkan kelak kala kita dibangkitkan? Kita bisa menebaknya sekarang. Mungkin uang, mobil atau rumah baru. Boleh jadi penyanyi idola kita. Mungkin juga partai atau kursi kekuasaan. Ya, apapun yang mendominasi hari – hari kita, itulah yang bakal kita damba kelak, baik kita sadari atau tidak.
Dalam wacana psikologi mutakhir, begitulah hukum tarik menarik [law of attraction] terjadi. Segala sesuatu yang kita pikirkan dengan segenap perhatian, energi dan konsentrasi, baik hal positif maupun negatif, akan datang dalam kehidupan kita.

Dan menurut hukum ini pula, sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya. Kemiripan menarik kemiripan. Orang baik akan berkumpul dengan orang baik. Orang jahat akan bersatu sesama orang jahat.

JIwa anda akan bersama jiwa orang yang anda cintai. Rasulullah menganjurkan kita untuk mencintai beliau dan ahli baitnya. Karena bila kita mencintainya dengan tulus maka prilaku kita akan sesuai dengan prilaku Rasulullah dan keluarganya. Kita akan bertingkah laku seperti apa yang dikehendaki Rasulullah. Seluruh kejadian yang menimpa Rasulullah dan keluarganya akan mempengaruhi emosi dan perasaan kita.

Namun, coba jernihkan pikiran kita sejenak. Biarkan hati kita tetirah sesaat dari hiruk pikuk kesibukan kita. Maka, jauh dari relung kesadaran kita terbersit secercah harapan: kelak kita ingin digabungkan dengan khafilah Rasulullah. Meminjam bahasa firman Tuhan, kita ingin ……..”bersama sama dengan orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah: para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang shaleh. Dan merekalah sebaik baik teman … [QS An Nisa: 4:69]

Seorang laki laki Arab dusun datang menemui Nabi dan bertanya: “Kapan kiamat itu?”
Mendapat pertanyaan itu, Nabi balik bertanya: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk itu?”
Dia menjawab: “Demi Allah, saya tidak mempersiapkan amal yang banyak baik berupa shalat atau puasa. Hanya saja saya mencintai Allah dan Rasulnya”

Nabi bersabda: ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai’

Kata Anas bin malik: “Aku belum pernah melihat kaum muslim berbahagia setelah masuk Islam karena sesuatu seperti bahagianya mereka ketika mendengar sabda Nabi itu” [HR Bukhari]

Sebagaimana orang arab dusun itu, sungguh kita akan mempersiapkan bekal buat hari kiamat nanti. Kecuali kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Kita ingin Allah menghimpun kita bersama orang orang yang kita cintai.
Tetapi, apakah bukti bahwa kita mencintai Rasulullah?

Mencintai dengan Meneladani

Alkisah di negeri Arab ada seorang janda miskin yang mempunyai anak. Karena anaknya menangis kelaparan, janda itu terpaksa harus keluar rumah untuk mencari uang.

Di depan sebuah masjid, dia bertemu seorang muslim dan meminta bantuannya, “Anakku yatim dan kelaparan, aku minta pertolonganmu” kata janda itu menghiba.
“Mana buktinya?” tanya lelaki muslim itu.
Janda itu tidak dapat membuktikan karena dia sendiri orang asing di tempat itu. Akhirnya lelaki itu tidak menolongnya.

Setelah itu, janda miskin itu bertemu dnegna orang Majusi. Dia pun meminta bantuannya. Orang Majusi itu mengajak ke rumahnya, memuliakannya dan memberinya uang dan pakaian.

Pada malam harinya, lelaki muslim yang menolak menolong itu bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Semua orang mendatangi Nabi dan beliau menyambut mereka dnegan baik. Ketika tiba giliran lelaki itu menghadap Rasulullah, beliau mengusirnya dan menyuruhnya pergi. Lelaki itu berteriak, “Ya Rasulullah, aku ini umatmu yang mencintaimu juga”
Rasulullah bertanya, “Mana buktinya?”

Lelaki itu tersadar, Rasulullah menyindirnya karena dia telah meminta bukti saat dimintai pertolongan. Dia menangis, Rasulullah lalu menunjukkan sebuah taman indah dan hunian indah di surga.
“Lihat ini,” tutur Rasulullah. “Seharusnya semua ini kuberikan kepada mu. Tetapi karena kau tidak menolong janda dan anak yatim itu, kuberikan semua ini pada seorang Majusi”

Pagi harinya lelaki itu terbangun. DIa mencari janda miskin itu. Ternyata dia menemukannya sedang berada di rumah seorang Majusi. “Ikutlah kau bersamaku,” pinta lelaki itu pada si janda. Tetapi orang Majusi tidak mau menyerahkannya. AKu akan beri kau ribuan dinar asal kau mau menyerahkannya,” pinta si lelaki muslim. Orang Majusi itu tetap tidak mau. Lelaki itu akhirnya jengkel dan berkata. “Janda ini orang Islam. Seharusnya yang menolongnya sesame muslim juga!”

Orang Majusi itu lalu bercerita, “Tadi malam aku bermimpi bertemu Rasulullah. Dia mengatakan akan memberikan kepadaku surga yang semula akan diberikan kepadamu. Ketahuilah, pagi ini ketika aku terbangun, aku langsung masuk Islam dan menjadi pengikutnya karean aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang pencintanya”

Begitulah. Cinta laksana air mengalir yang memindahkan seluruh sifat dan karakter kekasih kepada yang mencintainya. Bukti nyata kita mencintai Rasulullah adalah meneladani akhlaknya dan setia mengikuti sunnahnya.

Rasulullah bersabda, “Orang yang paling aku cintai dan paling dekat kepadaku di antara kalian di akhirat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang paling kubenci dan paling jauh dariku di akhirat adalah orang yang paling buruk akhlaknya, yaitu orang yang banyak bicara, suka ngobrol dan suka melecehkan orang lain” (HR Ahmad)

Dalam riwayat Anas bin Mlaik, Nabi bersabda: “Anakku! Jika kamu mampu pada pagi dan sore hari, dan dihatimu tidak ada kedengkian pada seseorang maka lakukanlah itu”
Lalu Nabi bersabda lagi, “Anakku! Yang demikian itu adalah diantara sunnahku. Siapa saja yang menghidupkan sunnahku maka dia sungguh telah mencintaiku. Siapa saja yang mencintaiku maka dia akan bersamaku di surga kelak” (HR Tirmidzi)

“Katakan, (wahai Muhammad), ‘JIka kalian (benar benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang” (QS Al Imran, 3:31)

Al Quran menuturkan, “Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kalanganmu sendiri. Berat baginya apa yang kamu derita, sangat ingin agar kamu mendapatkan kebahagiaan. DIa sangat pengasih dan penyayang (raufur rahim) kepada orang orang yang beriman” (QS At Taubah 9:128).

Bagaimana kita dapat ikut merasakan penderitaan orang-orang di sekitar kita? Bagaimana kita menjadi orang yang berusaha agar orang lain hidup bahagia dan memperoleh petunjuk Allah? Bagaimana kita menumbuhkan sikap raufur rahim didalam diri kita seperti Rasulullah mencontohkan kepada kita?

Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah tetapi dia tidak mencintai RasulNya, bohonglah orang yang mengaku mencintai RasulNya tetapi dia tidak mencintai kaum fakir dan miskin. Dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi dia tidak mau menaati Allah SWT. Demikian ditegaskan Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulum al Din.

Jiwa kita akan bersama dengan orang yang kita cintai. Rasulullah menganjurkan kita untuk mencintai beliau dan ahli baitnya. Karena bila kita mencintainya dengan tulus maka prilaku kita akan sesuai dengan prilaku Rasulullah dan keluarganya. Kita akan bertingkah laku seperti apa yang dikehendaki Rasulullah. Seluruh kejadian yang menimpa Rasulullah dan keluarganya akan mempengaruhi emosi dan perasaan kita.
Kita tidak dapat mengandalkan amal kita yang terbatas. Kita sangat tergantung dan mendambakan rahmat Allah. Siapa lagi yang menjadi rahmat bagi semua alam selain Rasulullah?~~

http://nabimuhammad.info
Written by: Ibnu Muhammad Salim

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

5 Responses

  1. Santri kluthuk07/05/2012 at 22:19Reply

    Allohumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammad,wa alaa aalihi wa ashhabihi wa dzurriyatihiy wa ahliy baytihi..wa sholli wa salim wa baarik alayhi…

  2. kang ndeso17/05/2012 at 18:06Reply

    mas bro izin tak letakkan di blogq. sebelumnya makasih.

  3. Zein23/08/2015 at 22:53Reply

    Mohon izin share copas..

Tinggalkan Balasan