Berjima’ di Siang Hari Bulan Ramadhan Dan Sangsinya

Sarkub Share:
Share

Larangan Berjima' di Siang Hari Bulan Ramadhan

 على من جامع في نهار رمضان وهو صائم صوما واجبا الكفارة، أعني كفارة الظهار مع وجوب قضاء اليوم، والتوبة إلى الله سبحانه مما وقع منه. أما إن كان مسافرا أو مريضا مرضا يبيح له الفطر فلا كفارة عليه ولا حرج عليه، وعليه قضاء اليوم الذي جامع فيه؛ لأن المريض والمسافر يباح لهما الفطر بالجماع وغيره، كما قال الله سبحانه: {فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} وحكم المرأة في هذا حكم الرجل إن كان صومها واجبا وجبت عليها الكفارة مع القضاء، وإن كانت مسافرة أو مريضة مرضا يشق معه الصوم فلا كفارة عليها.

Wajib bagi mereka yg melakukan jima’ pada siang hari Ramadhan berpuasa sebagai kafarah yaitu sebagaimana kafarah dzihar (salah satunya yaitu puasa dua bulan berturut-turut) dan wajib juga meng-qhada puasa saat itu (total wajibnya, 2 bulan berturut-turut dan 1 hari). Wajib bertaubat kepada Allah subanahu atas apa yang terjadi padanya.

Adapun jika ia adalah seorang musafir atau sedang sakit, yang sakitnya membolehkan berbuka maka tidak ada kafarah serta tidak masalah baginya (berjima’ di siang hari ramadhan). Ia wajib meng-qhada puasa pada hari itu. Karena orang yang sakit dan musafir boleh berbuka (membatalkan puasa) dengan jima’ atau yang lain (misalnya makan-minum).

 

Sangsi berjima' di Siang Hari Bulan Ramadhan 


 Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ . قَالَ « مَا لَكَ » . قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَأَنَا صَائِمٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا » . قَالَ لاَ . قَالَ « فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ » . قَالَ لاَ . فَقَالَ « فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا » . قَالَ لاَ . قَالَ فَمَكَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِىَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – قَالَ « أَيْنَ السَّائِلُ » . فَقَالَ أَنَا . قَالَ « خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ » . فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا – يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ – أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى ، فَضَحِكَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ « أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ »

“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.”

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?”

 

Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.”

 

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?”

 

Pria tadi menjawab, “Tidak”.

 

Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”

 

Pria tadi menjawab, “Tidak”.

 

Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?”

 

Pria tadi juga menjawab, “Tidak”.

 

Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?”

 

Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.”

 

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.”

 

Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ”

 

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.”

(HR. Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111)

 

 

Dalam pemberian sangsi di atas kita simak Rasulullah SAW memberi petunjuk sangsinya sesuai dengan keadaan si penanya, andaikata yang bertanya orang kaya, maka bila diberi sangsi memberi makan 60 orang miskin tentulah dia mampu. Jadi bila keadaannya demikian maka orang tersebut diberi sangsi puasa 2 bulan berturut-turut..

 

SUMBER : DR KH Asimun Mas'ud, MKub

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan