Bahaya Belajar Agama Lewat Internet / Buku Tanpa Guru

Sarkub Share:
Share

belajar_internet
ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﻒُ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻢٌ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ
ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟـﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ
ﻣَﺴْﺆُﻭﻻً )ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ : 36
)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Israa’:36)

Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib berkata, “Tidak akan didapat ilmu (yang bermanfa’at-pen) kecuali dengan enam perkara……yaitu harus CERDAS, SEMANGAT, BERSABAR, MEMILIKI BIAYA, MEMILIKI GURU PEMBIMBING DAN WAKTU YANG LAMA.”

Berkata Al-Kholil bin Ahmad,

ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺭﺟﻞ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ
ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻏﺎﻓﻞ ﻓﻨﺒﻬﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ
ﻭﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﺟﺎﻫﻞ ﻓﻌﻠﻤﻮﻩ
ﻭﺭﺟﻞ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻋﺎﻗﻞ
ﻓﺎﺗﺒﻌﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ
ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺎﺋﻖ ﻓﺎﺣﺬﺭﻭﻩ

“Orang-orang itu ada empat macam:

1. Seorang yang mengetahui dan tidak mengetahui bahwasanya ia mengetahui, itulah orang yang lalai maka ingatkalah ia

2. Dan seorang yang tidak tahu dan ia mengetahui bahwasanya ia tidak tahu, itulah orang yang jahil (bodoh) maka ajarilah ia.

3. Dan seorang yang mengetahui dan ia tahu bahwasanya ia mengetahui, itulah orang yang pandai maka ikutilah.

4. Dan seorang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwsanya ia tidak tahu, dan dia mengajarkan orang, itulah orang tolol maka jauhilah dia”          (Atsar riwayat Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ila As-Sunan Al-Kubro 1/441 no 828)

Sudah sejak lama Alfaqier ingin membahas tentang hal ini. Baru sekarang rupanya momen yang tepat. Alfaqier menulis ini bukan supaya pembaca jadi tidak pernah lagi kirim2an artikel Islami via email, browsing web2 religius, Fb , tapi sekedar untuk mengingatkan bahwa itu saja tidak cukup.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam belajar agama di internet ini,

1. Bahaya Dengan adanya sumber yang berlimpah, maka orang merasa sudah tahu, dan merasa tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang yang lebih tahu. Padahal seringkali apa yang kita baca di internet tidak sepenuhnya kita pahami sebagaimana yang diinginkan oleh penulisnya. Dan Pembaca juga gak tau SIAPA SI PENULIS.  Terutama jika situasi dan kondisi penulis tidak sama dengan situasi dan kondisi pembaca. Seperti Qur’an yang terkadang hanya bisa dipahami dari asbabun nuzulnya, bukan hanya dari apa yang tertulis saja…

2. Merasa tidak perlu menuntut Ilmu kepada Ulama. Ini juga menjadi penyakit yang sangat parah. Bersilaturrahiim kepada ulama tidak bisa digantikan dengan baca-baca buku dan browsing internet. Pahala duduk dalam majelis ilmu, fadhilah memandang wajah ulama, keutamaan duduk dalam majelis-majelis dzikir, manfaat mendengar bayan dan penjelasan ulama, jelas tidak bisa didapat dengan duduk berlama-lama memencet tuts keyboard dan meng-klik mouse. Dan, menghadiri majlis Ilmu ini bukan hanya sekedar saat kita ingin bertanya tentang masalah hukum agama saja. Silaturrahiim kepada ulama ini memang banyak fadhilahnya. Dan untuk menanyakan persoalanpun, sebenarnya tidak sopan kalau cuma sms-an, tapi akan lebih ber-adab jika berkunjung dan meminta nasehat langsung. Tentu saja, untuk saat-saat darurat, tidak
mengapa jika terpaksa menelepon atau kirim sms…

3. Internet tidak pandai memilah-milah karena Internet juga gak ada gurunya, makanya yang belajar via Internet atau buku itu sesat menyesatkan) mana yang penting dan mana yang tidak. Karena internet tidak pandai/tidak ada gurunya, lalu kemudian kita sendiri yang memilah-milah, bahan dan apa yang akan kita baca. Dan kemudian kita memilah-milah berdasarkan apa yang terjadi dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya adalah, terkadang, perkara yang amat penting itu tidak kita jumpai (baca: tidak kita rasakan) dalam kehidupan sehari-hari, padahal itu ada. Akhirnya terkadang kita jadi sibuk dengan membahas perkara2 yang sebenarnya biasa-biasa saja dan melupakan perkara-perkara lain yang lebih penting, karena hasil googling “I’m Feeling LuckyTM” membawa kita kesana.

4. Internet itu rimba belantara. Tidak ada sesiapapun yang mengontrol benar dan salah di internet. Sebagaimana di hutan dimana yang menjadi raja adalah yang paling kuat, di belantara internet, yang menjadi raja adalah yang paling tinggi rangking google rank-nya. Kalau dalam dunia bisnis dan dunia eknomi yang memang sehari-hari berkutat dengan internet sih tidak masalah. Karena pada saat itu, benar dan salah jadi tidak ada, yang ada hanya request and demand.

Tapi dalam hal agama, dimana ulama-ulama hakiki (ulama yang sesungguhnya) sedang sibuk dengan dzikir, muroqobah, dan murajaah, maka orang-orang yang merasa tahu menuliskan apa yang mereka rasa tahu dan dibaca oleh orang yang sama-sama tidak tahu, dan… begitulah. Mudahnya fasilitas forward dan copy paste juga membuat sebuah pendapat yang sebenarnya belum tentu benar, jadi terlihat benar karena ada dimana-mana. Duh..ba…ha…ya….

MENGAPA BELAJAR PERLU GURU ?
MANFAAT BERGURU adalah agar terhindar dari perkara-perkara yang SESAT & untuk mnghindari FITNAH.

Adapun fungsi GURU atau SANAD (sandaran) adalah mencegah manusia untuk berbicara semaunya /seenak Gue, atau bicara hanya berdasarkan dari kerangka otaknya doang.
DENGAN SANAD, maka Hal-hal yang diajarkan Rosululloh, terjaga keaslian isi ilmunya, tanpa ada yang dikurangi atau di tambah-tambah (DI MODIFIKASI MANUSIA).

( Kata Al-Imam Ali Zainal Abidin
“laula isnada ma qola sa’a ma sa’a”= jika tanpa isnad memang orang bisa berkata apa saja yang dikehendakinya. )

Belum ada dalam sejarah seorang ulama besar lahir dari belajar kepada buku atau dari internet. Yang Ada Qulama (Sesat jadi ulama)
Ilmu adalah keahlian dan setiap keahlian membutuhkan ahlinya, maka untuk mempelajarinya membutuhkan muallimnya yang ahli (guru pembimbing).

Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid berkata, “Ini hampir menjadi titik kesepakatan di antara para ulama kecuali yang menyimpang.” Ada ungkapan, “Barangsiapa masuk ke dalam ilmu sendirian maka dia keluar sendirian.”

Syaikh Bakr berkata, “Maksudnya barangsiapa masuk ke dalam ilmu tanpa syaikh maka dia keluar darinya tanpa ilmu, hanya mendapatkan kesesatan.”

Syaikh Bakr menukil ucapan ash-
Shafadi, “Jangan mengambil ilmu dari shahafi (ahli tajwid) dan jangan pula dari mushafi (org yg berpendat menurut dirinya sendiri), lalu Syaikh Bakr berkata, “Yakni jangan pelajari al-Qur`an kepada orang yang ahli membaca tapi pelajari dari Ahli ilmu (Ulama) dan jangan membaca hadits dan lainnya dari orang yang mengambilnya dari buku.”

Sebagian ulama berkata,

ﻓَﻴَﻘِﻴْﻨُﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻤُﺸْﻜِﻼَﺕِ ﻇُﻨُﻮْﻥُ ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ
ﻳُﺸَﺎﻓِﻪْ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﺑِﺄُﺻُﻮْﻟِﻪِ

Barangsiapa tidak mengambil dasar ilmu dari ulama, maka keyakinannya dalam perkara adalah TERTOLAK

Abu Hayyan berkata,

ﻳَﻈُﻦَّ ﺍﻟﻐَﻤْﺮُ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻜُﺘُﺐَ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﺃَﺧَﺎ ﻓَﻬْﻢٍ
ﻹِﺩْﺭَﺍﻙِ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡِ

Anak muda mengira bahwa buku membimbing orang yang mau memahami untuk mendapatkan ilmu

ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﺍﻟﺠَﻬُﻮْﻝُ ﺑِﺄَﻥَّ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻏَﻮَﺍﻣِﺾَ
ﺣَﻴَّﺮَﺕْ ﻋَﻘْﻞَ ﺍﻟﻔَﻬِﻴْﻢِ

Orang bodoh tidak mengetahui bahwa di dalamnya terdapat kesulitan yang membingungkan akal orang

ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻣْﺖَ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻴْﺦٍ ﺿَﻠَﻠْﺖَ ﻋَﻦِ
ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁِ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢْ

Jika kamu menginginkan ilmu tanpa syaikh, niscaya kamu tersesat dari jalan yang lurus

ﻭَﺗَﻠْﺘَﺒِﺲُ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺼِﻴْﺮَ ﺃَﺿَﻞَّ ﻣِﻦْ
ﺗُﻮْﻣَﺎ ﺍﻟﺤَﻜِﻴْﻢِ

Perkara-perkara menjadi rancu atasmu sehingga kamu kebih tersesat daripada Tuma al-Hakim Alfaqier yakin masih banyak nomor alasan lain akan bahaya ilmu tanpa guru.

Alfaqier hanya ingin sekedar mengingatkan diri Alfaqier sendiri dan semoga bermanfa’at untuk yang lain, agar kita sering-sering berkunjung kepada ulama, giat mengikuti Majelis-majelis Ilmu, belajar agama di the real world. “Cut your wire sometime” Wallohu ‘Alam.

 

Sumber : Ustadz Sulaiman Pengembara, Surabaya

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

16 Responses

  1. Yusri Widayani18/12/2013 at 22:34Reply

    ijin copas ya, makasih

  2. Armey Silviyanti19/12/2013 at 03:13Reply

    Yang no 2.Merasa tidak perlu menuntut Ilmu kepada Ulama. Ini juga menjadi penyakit yang sangat parah.

    wah,orang jaman sekarang emang banyak yg suka belajar lwt baca buku drpd berguru pd ulama….alasannya,baca buku kan bisa

  3. Armey Silviyanti19/12/2013 at 04:18Reply

    Ringkasan
    Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam belajar agama di internet ini,

    1. Bahaya Dengan adanya sumber yang berlimpah, maka orang merasa sudah tahu, dan merasa tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang yang lebih tahu. Padahal seringkali apa yang kita baca di internet tidak sepenuhnya kita pahami sebagaimana yang diinginkan oleh penulisnya. Dan Pembaca juga gak tau SIAPA SI PENULIS.
    2. Merasa tidak perlu menuntut Ilmu kepada Ulama. Ini juga menjadi penyakit yang sangat parah. Bersilaturrahiim kepada ulama tidak bisa digantikan dengan baca-baca buku dan browsing internet.
    3. Internet tidak pandai memilah-milah karena Internet juga gak ada gurunya, makanya yang belajar via Internet atau buku itu sesat menyesatkan) mana yang penting dan mana yang tidak. Karena internet tidak pandai/tidak ada gurunya, lalu kemudian kita sendiri yang memilah-milah, bahan dan apa yang akan kita baca.
    4. Internet itu rimba belantara. Tidak ada sesiapapun yang mengontrol benar dan salah di internet.

    Simak di: http://www.sarkub.com/2013/bahaya-belajar-agama-lewat-internet-buku-tanpa-guru/#ixzz2ntJGjOpx
    Salam Aswaja by Tim Menyan United
    Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook

  4. Anonim23/12/2013 at 15:00Reply

    hehe.. Duh..ba…ha…ya…
    kalo begitu bahaya juga dong belajar agama di situs ini.
    kalo menurut penulis bahaya belajar agama lewat internet, kenapa penulis masih menulis tentang artikel2, dakwah, dan dialog masalah agama di situs ini (atau situs ini bukan internet)..

    "Belum ada dalam sejarah seorang ulama besar lahir dari belajar kepada buku atau dari internet. Yang Ada Qulama (Sesat jadi ulama)"

    emmm.. oh… jadi belum ada sejarahnya ya. bagaimana dengan kitab tafsir ibnu katsir, hadist2 imam bukhari, muslim, dll. yg dicetak dalam buku/kitab. apakah ulama2 tidak perlu belajar dari buku2 tersebut??

    saya setuju perlu bimbingan seorang guru.. namun orang2 yg belajar melalui buku dan internet janganlah disalahkan.. toh ulama2 juga banyak yang menulis karya2nya dalam bentuk tulisan, kemudian dicetak dalam buku, majalah, sebagai salah satu bentuk dakwah mereka..

  5. M Zainoel Ariefin29/12/2013 at 13:42Reply

    belajar tanpa guru gurunya adalah setan

    • ujang28/02/2014 at 03:19Reply

      Waduuhhhh… kalau aku belajar dan membaca dari situs ini…?????

    • syair04/07/2017 at 20:46Reply

      1.Apakah saudara kenal dgn yg namanya setan…
      2.nabi muhammad berguru ke siapa dlm hal agama…

  6. Eny Nasal29/12/2013 at 13:57Reply

    Mungkin murite jadi-jadian!!!!!

  7. Rahmad Santoso21/04/2014 at 02:16Reply

    iya kang, bener kata sampeyan. saya salah satu orang yang hampir tersesat karena belajar dari buku saja tanpa ada yang menerangkan mana yang untuk kalangan awam, mana yang masuk tingkat lebih tinggi.
    menurut pengalaman saya, belajar dari buku saja tanpa pondasi ilmu dari seorang guru, menjadikan pemikiran dan hati jadi keras, radikal, dan kaku.

  8. Rachmat Purba03/05/2014 at 14:15Reply

    Assalamu’alaikum Wr.Wb. uztad. Mungkin juga selama ini ilmu yg sy peroleh dari setan. Krna ilmu yg sy dapat dri buku2. Apalagi zaman kini ada internet lebih gampang lagi untuk mempelajari sesuatu. Begitu juga dalam mempelajari ilmu agama (tentu tak sy telan bgtu sja ). Di waktu kanak2 sy belajar tulis dan membaca alquran (juz amma). Mungkin krna lebodohan penangkapan sy smpai usia 14 thn gak ngerti2 juga, kecuali yg sy tau cuman alif ba ta dan seterusnya. Dan keluar dari guru ngaji di kmpung sy. Umur 24 thun sy berkecimpung di remaja masjid. Malu g becus baca alquran, sy belajar sendiri dari buku yg cuman 10 halaman. Waktu itu blum ada yg namamya buku ikro, belum ada cd, video, apalagi internet yg umurnya baru kemarin. Secara borongan sy belajar sendiri dari buku, dri kasetnya Nanang Kosim juga buku tajwid , dan sekaligus belajas tulisnya juga. Setiap ada waktu luang sy genjot buat belajar. Alhadulilah dlm waktu 3 bln sy sdah bisa nimbrung untuk membaca alquran dg para rrmaja masjid. Selanjutnya sy mengajari anak pesantren yg makhroj belum betul menurut sy. Belajar senditi samadengan belajar sama setan memangsy dapatkan juga dri buku. Mau bongkar motor beli dulu bukunya
    Mau ngajarin anak, beli dulu bukunya untuk sy pelajari, trus sy ngajarin anak. Dan sy pernah dicekoki pelajaran kristen oleh orangtua temam sy. Untuk mendebatnya sy beli buku kitab dan buku2 kristen, dan juga tentang perdebatan agama. Dan belau tak bisa menjawab ketila sya yanyakam keaslian kitab kristen. Hanya jawabnya ug asli ada di Mesir(?). Trus gmana ustaz tegurannya, krn smpai sekarang buku dan internet mainan sy?
    …..,

  9. Syahla Munaya Umuzahroh13/06/2014 at 19:46Reply

    mendasar memang,, mengaji perlu seorang pembimbing, dan internet cukupkan untuk menambah wawasan. Salam,,,

  10. Ribbas Senno03/06/2015 at 00:14Reply

    Belajar tanpa guru , berarti muridnya setan.

  11. Diden Rahadian03/08/2015 at 07:32Reply

    kalo yang ngajarinnya guru agama di sekolah gimana ya ? soalnya saya juga dulu belajar membaca al-qur'an itu setiap kali ada jam pelajaran agama di SD dan SMP, guru agama saya itu pinter banget ngajarinnya mulai dari dasar sampe lanjut, nah itu berlangsung sejak saya kelas 4 SD sampe kelas 3 SMP, bahkan waktu itu sering diulang-ulang biar ngga lupa aja. tapi sekarang saya udah agak banyak lupa soalnya udah lama ngga dilatih lagi.

  12. Iskandar Z. Haq15/10/2015 at 05:21Reply

    yaps! guru the best!
    https://sepinate.wordpress.com/2015/04/13/alasan-mengapa-lebih-baik-belajar-dari-guru/

  13. Abahnya Luthfi Dan Kanz11/03/2016 at 04:08Reply

    membaca uraian diatas saia jadi berfikir…berarti saia baca2 di internet tentang masalah agama percuma dong…termasuk NU membuat situs2 di internet percuma juga dan saya sebagai warga NU jg percuma juga bacanya termasuk di situs2 resmi milik NU semua…cuma yang jadi permasalahan kenapa NU kok jadi ikut2an membuat situs dan jg menulis artikel2 tentang keislaman, pasti mereka berpendapat bikin situs dan menulis artikel tentang pengetahuan keislaman bertujuan mencerdaskan warga NU dan syiar agama. tp klo udah tau belajar lewat internet sesat kenapa kok NU ikut2an berbuat kesesatan dengan jalan bikin situs dan tulis artikel tentang pengetahuan islam? pusing jujur saia pusing membaca pendapat yang menyesatkan belajar di internet itu sesat. sedang dikepala banyak sekali sesuatu permasalahan/pertanyaan2 yang kadang sepintas pengen saia ketahui…sedang klo cuma ngandalin ulama dikampung dengan ikut2 pengajian rutin ga cukup banyak menambah wawasan keagamaan saia.dan karena saia pernah mondok dulu..abah kyai dipondok saia pernah bilang klo ngaji kyai masih jelasin sesuatu, santri tidak boleh tanya dan ga boleh tanya jg klo ga dipersilahkan bertanya…tp kenyataannya tiap selesai jelasin ga pernah juga abah kyai mempersilahkan santrinya bertanya.masa tiap saia ada unek2 pengen tau ilmu agama tentang sesuatu harus sowan (bertamu) di rumah abah kyai terus…bisa stress kali abah kyai klo saia sowanin terus….di tambah belum tentu abah kyai tau jawaban dari pertanyaan saia…dan klo untuk buka2 kitab…haduh boro2 bisa tau artinya…nahwu shorof aja saia ga lulus…karena dulu mondok sambil kuliah…nah klo di internet saia bisa bebas cari solusi/jawaban dari semua pertanyaan2 yang ada di pikiran saia tentang ilmu agama…nah klo masalah akidah…insyaAllah dikit2 paham mana ajaran wahabi,muhammadiyah,NU dan kadang ada yang netral…nah klo dah diomong sesat/dianggap sesat..jadi males jg akhirnya belajar lagi diinternet…dengan kata lain mending bodo tp belajar dari kyai/ulama..daripada pinter campur2 belajar di internet…internet mending bt nonton film/donwload2 dll…terus apa baiknya coba internet bt agama? bingung ane

  14. Septian Ade Putra31/10/2017 at 12:58Reply

    Assalamualaikum min . .
    Saya mau tanya, diatas di jelaskan mengenai belajar tanpa guru atau belajar melalui internet, nah lantai bagai mana jika seseorang mendapat beberapa ilmu/pengetahuannya melalui media vidio. Di vidio tsb jelas siapa yang ceramah/memberi pengetahuannya. Bagaimana hukumnya min. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan