
Muhammad bin Abdul Wahab Tentang Hukum Tawassul
Berbeda dengan pengikutnya mengenai hukum tawassul yang menghukumi syirik kepada orang yang bertawassul dengan Nabi SAW dan orang Sholeh, ternyata pendiri Wahabi Muhammad bin Abdul Wahab manganggap masalah tentang hukum tawassul adalah masalah ijtihadiyah yang tidak perlu diperselisihkan.
Dalam kumpulan tulisannya, disebutkan bahwa beliau pernah berfatwa: “Mengenai adanya sebagian ulama yang memperbolehkan untuk bertawassul dengan orang-orang sholeh dan sebagian lain yang hanya mengkhususkan kebolehan itu dengan Nabi SAW saja, maka mayoritas ulama melarangnya dan tidak menyukainya. Ini merupakan satu masalah fiqih walaupun pendapat yang benar menurut kami adalah pendapat jumhur yang menyatakan bahwa bertawassul adalah makruh. Namun kami tidak mengingkari orang yang melakukannya karena tidak ada ingkar atas permasalahan-permasalahan ijtihadiyah. Namun pengingkaran kami hanya ditujukan bagi orang yang berdoa kepada makhluk dengan lebih mengagungkannnya daripada kita menyeru kepada Allah”.(Majmu Mualafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab juz 2, hal 41 cetakan Darul Qasim)
Pernyataan beliau keliru dalam hal bahwa jumhur ulama tidak menyukai tawassul dengan Nabi SAW dan orang sholeh, sebab kenyataannya justru para ulama sepakat menganggap hal itu baik. Namun sikap beliau tentang tawassul jelas itu adalah masalah ijtihadiyah. Muhammad bin Abdul Wahab tidak mengingkari tawassul. Yang beliau ingkari adalah jika seorang mengagungkan orang sholeh lebih daripada pengagungannya kepada Allah SWT. Tidak ada seorang muslim pun yang bertawassul dengan menganggap wasilahnya lebih agung dari Allah SWT.
Jika Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab tidak pernah mengingkari bertawassul dengan Nabi maupun orang Shaleh, dari mana kaum Wahabi mendapat ajaran yang menganggap syirik orang yang bertawassul?
(Penulis A.Ghozali, mahasiswa beasiswa sarkub)
abese13/05/2017 at 19:29
konsep tawasul meniru konsep kristen …..’
arie wibowo04/10/2017 at 11:02
konsep yang mana atau yang bagaimana pak?
Pelangi Blog23/07/2017 at 23:04
Padahal, kita bertawassul itu kan sama saja berdoa kepada Allah SWT dengan mengatasnamakan para nabi dan rosul-Nya, para kekasih-Nya, dan amal-amal sholeh, tujuannya agar doa kita dikabulkan oleh Allah SWT, tawassul dan syirik adalah dua hal yang berbeda
Dalil dan kisah-kisah yang berhubungan dengan tawassul juga banyak, bahkan di kitab-kitab kuning,
Mudah-mudahan posting panjenengan ini bisa menjadi penguat aqidah para warga nadhiyyin, aminn
KARJONO27/05/2018 at 06:16
Yang jadi pertanyaan, kenapa setiap doa hajadan saya mendengar tawasul selain rosulullah Muhammad saw, kemudian diikut hanya kepada beliau Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. padahal ulama tidak hanya beliau?