Al-Qur’an VS Pancasila?

Sarkub Share:
Share

Lima mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta dikumpulkan di kontrakan, jauh dari kampus mereka. Masing-masing memegang Alquran terjemahan Departemen Agama, sambil menyimak serius penjelasan sang penilawah (kita menyebut pendoktrin). Sang penilawah membuat garis veritikal di sebuah white board. Membagi dua bagian terpisah atau berlawanan. Kiri simbol kebatilan, kanan simbol kebenaran. Sang penilawah menuliskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), negara kafir, di kolom kiri. Sedangkan Negara Islam Indonesia (NII), Negara yang diberkahi Allah, di kolom kanan. Dibikin secara oposisi biner, saling berlawanan.

 

 

Dibawah NKRI, ditulis kata Pancasila dilawankan dengan Alquran yang ditempatkan di kolom kanan. Pancasila bersumber dari ro’yu (buatan manusia atau hukum jahiliyah). Alquran berasal dari wahyu (buatan Allah). “Jadi, apakah hukum Pancasila atau hukum jahiliyah yang kamu kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik bagi orang-orang yang yakin?” tanya penilawah. Cara indoktrinasi seperti inilah yang dipakai dalam perekrutan anggota NII yang belakangan ini sempat kembali menghebohkan tanah air. Benarkah Alquran berlawanan dengan Pancasila?

 

 

Alquran dan Pancasila yang menjadi dasar NKRI tidak bisa dipertentangkan satu dengan lainnya. Tidak bisa kita mengatakan Alquran hukum Allah dan Pancasila hukum jahiliyah. Mengapa?

 

 

Secara Etimologi kata Alquran dan Pancasila memang punya pengertian berbeda. Pancasila dari bahasa Sansekerta. Terdiri atas kata Panca dan Sila. Panca berarti lima dan sila berarti dasar. Lima dasar. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga Persatuan Indonesia. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan Alquran secara etimologi dari bahasa Arab yaitu dari kata qoro’a, yaqro’u, qur’aanan yaitu berarti bacaan. Jadi, Alquran dan Pancasila secara bahasa berbeda.

 

 

Namun, secara substansi, Alquran dan Pancasila punya ajaran sama. Coba kita urai satu persatu.

 

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Bertentangankah sila ini dengan kitab Al-Qur’an yang diturunkan pada bulan suci Ramadan itu? Dari sudut pandang agama Islam, sila ini bahkan sangat sejalan dengan substansi ajaran Islam yaitu tentang tauhid atau mengesakan Allah. Esa berarti satu. Hal ini sesuai dengan Alquran surat Al Ikhlas ayat pertama yang berbunyi: “Qulhuwallahu ahad (Katakanlah Allah itu satu).

 

 

Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Berbicara tentang sisi humanisme, Alquran sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan pertamakali Islam datang, nabi Muhammad diutus Allah untuk memanusiakan manusia. Dan, akhirnya, tidak ada lagi bayi perempuan dikubur hidup-hidup di tanah arab seperti biasa dipraktikkan masyarakat sebelum kedatangan Islam atau masyarakat jahiliyah. Perempuan juga akhirnya mendapatkan harta waris dan mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki. Islam juga membebaskan budak dari perbudakan, membela kelompok tertindas, melindungi kaum minoritas, dan masih banyak contoh lainnya. Jadi,, sila kedua ini sangat “Alquran”, sangat “Islam”.

 

 

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 ini terdiri atas beraneka suku, bahasa, adat istiadat, dan ribuan pulau. Mereka yang berbeda-beda itu diikat dalam wadah NKRI. Sesuai semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Indonesia.

 

 

Substansi sila ketiga ini juga sangat “Islam”. Sebab, Islam mengajarkan tetang persatuan dan kesatuan. Allah SWT berfirman di dalam Alquran Surat Ali Imarn: 103 yang berbunyi: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (semasa jahiliah) bermusuh, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara).”

 

 

Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Prinsip musyawarah ini juga sejalan dengan ajaran Islam. Banyak sekali ayat yang memerintahkan tentang menyelesaikan segala urusan dengan musyawarah, di antaranya Surat Asy Syura: 38.

 

 

Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini juga sesuai dengan prinsip Islam tentang keadilan. Diantaranya, Alquran Surat An Nisa: 135 yang berbunyi: “Wahai orang-orang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menjadi penegak keadilan.”

 

 

Jadi, tidak ada satu sila pun di dalam Pancasila yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kelima sila itu juga tidak berlawanan dengan tujuan-tujuan syariat Islam yang lima itu (maqoshid al syari’ah).

 

 

Karena itu, tak perlu memperpanjang lagi Alquran dan Pancasila karena semuanya sudah jelas. Sekarang adalah tinggal bagaimana mengamalkan prisip-prinsip dalam Alquran dan Pancasila. Mari kita membiaskan diri berinteraksi dengan Alquran, dengan demikian itu berarti juga berinteraksi dengan Pancasila. Keutamaan dan kebaikan akan banyak kita terima, baik di dunia maupun di akhirat, sebagai hamba Allah sekaligus sebagai warga negara Indonesia. Maka, sudah saatnya kita menjemput keutamaan dan kebaikan dengan mengamalkan ajaran keduanya. (*)

 

 

(Muhaimin Iskandar, Ketua DPP PKB)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

2 Responses

  1. Rian06/06/2013 at 08:36Reply

    Andai saja sila pertama tidak diubah dan berbunyi “Kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”

  2. Wildan'z Golden Ways29/01/2014 at 04:08Reply

    alkhamdulillah keterangan ini manfaat bangetz

Tinggalkan Balasan