Wajibnya Niat Bagi Yang Akan Berpuasa

Sarkub Share:
Share

lagi-puasaWajib bagi seseorang yang akan berpuasa Ramadhan, untuk melakukan niat puasa pada setiap malam hari antara ghurub (terbenam matahari) hingga terbit fajar. Meskipun setelah ia berniat lalu terjadi sesuatu yang membatalkan puasa di malam hari sampai sebelum fajar, itu tidak apa-apa sebab puasa itu dikerjakan dari terbit fajar sampai Maghrib. Pada saat berniat puasa seseorang dituntut menentukan puasa yang hendak ia kerjakan.

Menurut pendapat yang mu’tamad dalam madzhab Syafi’i, bila seseorang pada malam pertama berniat puasa Ramadhan untuk sebulan penuh, maka ia tidak mendapat dari niat itu melainkan hari pertama saja, lantaran ibadah puasa pada hari-hari bulan Ramadhan, merupakan ibadah yang mustaqillah (independen) tidak cukup bila dilakukan dengan niat borongan untuk sebulan penuh, ia wajib untuk memperbaharui niat itu setiap hari.

Berbeda dengan pendapat madzhab Imam Malik, yang berpandangan tidak disyaratkan niat puasa setiap hari, cukup dengan sekali niat saja dalam melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh. Sedangkan menurut madzhab Imam Abi Hanifah niat hukumnya wajib dilakukan setiap hari setelah matahari terbenam hingga sebelum tengah siang. Jadi, seseorang boleh berniat puasa Ramadhan pada awal siang, jika ia lupa berniat di malam hari. (Lihat dalam kitabnya Sayyid Abubakr ibn Muhammad Syatha ad-Dimyathiy, Hasyiyah I’anah ath-Thalibin juz 2 halaman 249).

Akan tetapi sebagai antisipasi, niat borongan itu baik bila dikerjakan. Menurut para ulama, niat borongan memiliki 2 keutamaan: Pertama, dianggap sah puasa seseorang pada hari dimana ia lupa berniat di malamnya. Kedua, seseorang akan mendapat pahala puasa Ramadhan sebulan penuh jika ia wafat, walaupun Ramadhan belum sempurna.

Pendapat mu’tamad dalam madzhab Syafi’i yang mengatakan wajib meletakan atau memperbaharui niat setiap puasa pada malam hari, berdasarkan keterangan hadits sebagai berikut: “Siapa yang tidak menginapkan/meletakan niat sebelum fajar maka tidak sah puasanya.” (Hadis ini termasuk hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasai dalam kitab Sunannya, Imam ad-Darimiy dalam kitab Sunannya, Imam ad-Daraqutniy dalam kitab Sunannya dan Imam al-Baihaqiy dalam kitab as-Sunan al-Kubra. Ad-Daruqutniy berkata: “Periwayat hadis ini tsiqat (terpercaya).” Lihat dalam kitabnya Abdullah Ibn Yusuf az-Zailaiy, Nashb ar-Râyah fî Takhrîj al-Ahâdits al-Hidâyah juz 4 halaman 370).

Tabyit (meletakan niat pada malam hari) hukumnya wajib pada kategori puasa fardhu seperti: puasa Ramadhan, puasa qadha’, puasa kaffarat (dzihar, membunuh, jima’ pada siang bulan Ramadhan), puasa sebelum melakukan shalat Istisqa (minta hujan) apabila diperintah oleh hakim, puasa orang yang melaksanakan ibadah haji sebagai ganti dari dzabh (penyembelihan hewan) atau bayar fidyah dan puasa nadzar. (Lihat dalam kitabnya al-Habib Hasan bin Ahmad al-Kâf, at-Taqrîrât as-Sadîdah juz 1 halaman 435).

Adapun puasa sunnah, tidak wajib melakukan niat. Hukumnya boleh bagi seseorang yang ingin berpuasa sunnah melakukan niat puasa di siang hari dengan 2 syarat: Pertama, ia berniat sebelum zawal (tergelincirnya matahari). Kedua, ia belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai ia berniat. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibn Ruslan dalam Matn Zubadnya: “Syarat puasa sunnah adanya niat yang dilakukan setiap hari sebelum zawal (condongnya matahari dari titik kulminasi). Jika puasa Fardhu kami mensyaratkan niat yang dita’yinkan peletakan niat itu dari malam hari.”

1. Niat Puasa Fardhu

a) Masuk waktu niatnya dari terbenam matahari sampai terbit fajar. Tabyit niat hukumnya wajib sekalipun bagi anak kecil.
b) Wajib ta’yin (spesifikasi) penyebutan puasa yang dikerjakan seperti: puasa Ramadhan, puasa kaffarat, puasa nadzar atau puasa qadha.
c) Tidak boleh seseorang menggabung dua puasa fardhu pada satu hari. Seperti ia gabung niat puasa qadha dan puasa kaffarat atau seumpamanya.

2. Niat Puasa Sunnah

a) Masuk waktu niatnya dari terbenam matahari, berlangsung sampai zawal (condong matahari ke barat). Tabyit niat hukumnya tidak wajib.
b) Tidak wajib ta’yin (spesifikasi) penyebutan puasa yang dikerjakan, kecuali apabila puasa sunnah tersebut termasuk puasa sunnah muaqqat (ditentukan waktunya) seperti: puasa Tarwiyah, ‘Arafah, Syawwal, Tasu’a, ‘Asyura dan lain sebagainya.
c) Boleh seseorang menggabung dua puasa sunnah atau lebih dalam satu niat.

Lalu Bagaimana Lafadz Niat Puasa Ramadhan yang benar?, silahkan anda baca disini http://www.sarkub.com/2013/bagaimana-lafadz-niat-puasa-ramadhan-yang-benar/

(Oleh: H. Rizqi Zulkarnain Al-Batawiy)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

2 Responses

Tinggalkan Balasan