Sikap Peduli Kepada Ummat Menjadi Haji Mabrur

Sarkub Share:
Share

Ibadah haji dan jihad fii Sabilillah adalah dua amal ibadah yaang bernilai tinggi di sisi Allah. Atas dasar itulah, Abdullah bin Mubarak selalu menunaikan dua hal tersebut, tahun ini dia naik haji, tahun berikutnya berangkat berjihad.

Tibalah saatnya Abdullah bin Mubarak berangkat haji. Setelah bekerja keras Abdullah bin Mubarak berhasil mengumpulkan bekal tak kurang 500 dinar uang emas. Ia pun berangkat menuju Makkah al Mukaarramah.

Di tengah perjalanan Abdullah bin Mubarak melewati sebuah perkampungan, terlihat seorang wanita berbusana lusuh sedang duduk seenaknya di samping gubuk reyotnya. Meski tertutup pakaian rapat, wanita itu nampak kurus kerontang diterpa dinginnya angin padang pasir yang menusuk-nusuk bagai belati ke tulang belulangnya.

Tak peduli dengan Abdullah bin Mubarak, sang wanita itu tetap saja sibuk menyiangi bulu-bulu itik di genggaman tangannya. Astaghfirullah…! betapa terkejutnya Abdullah bin Mubarak kala ia memperhatikan lebih seksama lagi, kondisi itik yang ada di genggaman tangan wanita lusuh itu. Itik itu sudah membeku biru, jelas bukan itik yang baru disembelih. Jadi, wanita itu menyiangi bulu bangkai itik? Hendak dimakankah bangkai itik itu? Jawabnya dalam hati.

“Assalamu’alaikum, Bu. Apakah Anda memasak itik itu?”

“Ya, memangnya apa pedulimu?”

“Lho, bukankah Allah SWT melarang kita memakan binatang yang telah menjadi bangkai?”

Tersenyum dingin, wanita itu bergumam nyaris tak terdengar:

“Wahai hamba Allah, janganlah engkau menanyakan hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagimu.”

Nampak sekali wanita itu pasrah bahkan putus asa dengan hidupnya. Sebaliknya, Abdullah bin Mubarak semakin penasaran. Bahkan ketakutan melihat wanita itu tetap bersikeras memasak bangkai itik itu.

“Apa sesungguhnya yang terjadi, Bu? Ceritakan padaku, mudah-mudahan aku bisa membantu.”

Didesak terus akhirnya wanita itu menceritakan kepedihan hidupnya. Namun ia amengajukan satu syarat:

“Wahai hamba Allah, aku akan menceritakan rahasiaku tapi tolong jagalah, semoga Allah merahmatimu. Sesungguhnya aku adalah salah seorang keturunan Ali bin Abi Thalib. Aku juga seorang ibu dari empat anak perempuan yang masih kecil-kecil. Suamiku telah meninggal. Kami hanyalah keluarga miskin tak punya harta sedikit jua pun. Bahkan sudah empat hari ini kami tak menemukaan sesuatu yang bisa kami makan.”

“Wahai hamba Allah, “tambah wanita itu, “aku tahu bangkai memang haram dimakan. Tetapi dalam kondisi seperti ini, tak ada cara lain bagi kami untuk bisa bertahan hidup.”

Abdullah bin Mubarak menangis teriris-iris hatinya, mengalir air matanya. Ia terpukul dan amat menyesali dirinya yang saat itu hidup berkecukupan, membawa banyak uang emas, sementara wanita ini……Abdullah bin Mubarak semakin menangis teriris-iris.

Lalu secepat kilat diambilnya uangnya, lalu diberikan semuanya kepada wanita lusuh itu. Gemerincing uang emas itu terdengar mengiris satu demi satu uang emas Abdullah bin Mubarak hingga habis berpindah tempat ke kantong kain milik keturunan Ali bin Abi Thalib itu.

“Semua uang ini kuserahkan padamu. Manfaatkanlah untuk keluargamu.”

Abdullah bin Mubarak bergegas untuk pulang, tak terbesit sedikitpun dalam hatinya perasaan penyesalan karena batal naik haji. Karena yang ada dalam hati beliau, adalah bagaimana menolong saudaranya sesama muslim yang tertimpa musibah dan meringankan beban penderitaan hidup saudaranya.

Waktu terus bergulir, musim haji pun telah lewat. Abdullah bin Mubarak pun menyambut kawan-kawannya yang baru pulang dari naik haji.

“Selamat, semoga Allah menerima hajimu dan segala usahamu,” sambut Abdullah bin Mubarak.

Tetapi anehnya, teman-teman Abdullah bin Mubarak pun mengucapkan kalimat yang sama untuk beliau:

“Demikian pula untukmu Abdullah, semoga Allah menerima ibadah hajimu dan segala usahamu.”

Bahkan ada pula yang dengan gembira berkata kepada Abdullah:

“Bukankah kami bertemu denganmu pada waktu ibadah haji kemarin, hai Abdullah?” ujar seorang temannya.

Abdullah bin Mubarak semakin heran tak mengerti. Namun di malam harinya, keheranan Abdullah bin Mubarak terjawab. Dalam tidurnya Abdullah bin Mubarak bermimpi melihat Rasulullah SAW., datang dan berkata kepadanya:

“Wahai hamba Allah, janganlah engkau heran. Sesungguhnya engkau telah menolong seseorang yang sengsara diantara anakku. Maka aku meminta kepada Allah agar Dia menciptakan seorang malaikat yang serupa denganmu untuk menghajikanmu.”

Alangkah bahagianya Abdullah bin Mubarak, rupanya Allah tetap menghajikannya melalui seorang malaikat yang diutus-Nya.

Maha benar Allah yang tak pernah menyia-nyiakan amalan hamba-Nya.

Wallahu’alam bishshowab

Sumber : Kyai Sahil Althaf, Mkub “Haji Dan Sikap Sosial”

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan