Perlunya Dibentuk Jaringan Aswaja Nusantara

Sarkub Share:
Share

Konflik antarormas Islam yang terjadi belakangan ini menjadi perhatian penting bagi Pengurus Wilayah (PWNU) Jawa Timur. Peristiwa sengketa agama di Sampang, antara pengikut Syiah dan warga Nahdliyyin merupakan contohnya.

Dari sudut pandang ini, PWNU Jatim mengkampanyekan penguatan kader di tingkat pengurus struktural dan kader NU. Hal ini disampaikan oleh KH. Idrus Ramli, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jember, Jawa Timur, Ahad (16/9) di agenda Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU, di Pesantren Kempek, Cirebon. 

Menurut Kiai Idrus, kader-kader nahdliyyin perlu mengupayakan strategi untuk kampanye ide-ide Aswaja, terutama di tengah persaingan dengan ormas-ormas lain di Indonesia.

“Kita ini citranya kalah di hadapan aktifis ormas-ormas yang lain. Orang Wahabi itu, sampai saat ini, berhasil membangun citra sebagai ahli hadits, meskipun mereka hanya mengulang-ulang hadist yang sama di setiap forum,” ujar Kiai Idrus.

Strategi orang Wahabi, lanjut alumni pesantren Sidogiri ini, yakni setiap bicara, mereka mengulang ucapan qola Rasulullah terus. “Nah, inilah yang menjadi perhatian penting kita”.

Menurut Kiai Idrus, ada dua alasan yang menjadikan kader NU tidak siap dalam menyampaikan materi aswaja. “Pertama, gagasan ahlussunnah waljama’ah tidak disampaikan secara sistematis, argumentasi yang dibangun tidak kokoh. Kedua, kita sebagai orang NU tidak punya media,” ungkap Kiai Idrus.

Dari kondisi ini, PCNU Jember atas inisiasi Kiai Idrus, mengembangkan ‘Aswaja Center’ sebagai wadah untuk memberikan pemahaman dan pelatihan kepada kader nahdliyyin tentang nilai-nilai aswaja.

“Awalnya, aswaja center dibentuk di Jember pada tahun 2005. Kebetulan Ketua PCNU Jember, KH. Muhyiddin Abdusshomad sangat mendukung ide ini. Dari sinilah, diselenggarakan pelatihan-pelatihan aswaja untuk pengurus dan kader NU, ungkap Kiai Idris.

Selanjutnya, tambah Kiai Idris, “pada tahun 2010, PWNU Jawa Timur mengundang Rais dan Katib Syuriyah di tiap-tiap cabang untuk mengikuti pelatihan aswaja selama tiga. Setelah itu, dibentuklah Aswaja Center di seluruh cabang di Jawa Timur.”

Dengan menggunakan media Aswaja Center, Kiai Idris sering diminta mengisi pelatihan-pelatihan tentang nilai-nilai dan konsep gerakan aswaja di NTB, Balikpapan, Magelang, Pekalongan dan Jambi. “Saya sering diminta untuk bicara dan memberikan pelatihan kepada kader-kader Nahdliyyin di beberapa PCNU”.

Kiai Idris kemudian mengusulkan agar dibentuk jaringan aswaja Nusantara. “Saya sudah usul ke PBNU, juga lewat PWNU Jatim, agar dibentuk tim pelatihan yang mampu memberikan pemahaman dan membekali kader-kader NU seluruh Indonesia.”

Menanggapi usul ini, Rais Syuriah PBNU, KH. Ishomuddin, menyatakan setuju dengan usulan PWNU Jatim dan ide Kiai Idrus. “Saya sepenuhnya setuju, dan nanti akan disampaikan untuk rapat kebijakan PBNU,” terang Kiai Ishom.  (Sumber: http://www.nu.or.id/)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

4 Responses

  1. cok17/09/2012 at 11:42Reply

    menurut hemat saya NU harus merangkul anak muda dan melakukan pengkaderan aktivis muda yang paham betul ideologi aswaja serta sanggup bekerja keras menyebarkan dakwah Islam ala aswaja sehingga tugas Kyai2 sepuh lebih ringan.. di daerah2 perkotaan Islam yang sejuk ala NU mulai berganti dengan semangat militansi wahabi dan Ikhwanul muslimin serta Ha te ii.. Memang yang militan dan pendobrak cenderung lebih disukai anak muda tanpa pikir panjang..

    • cok17/09/2012 at 11:49Reply

      Faktor lainnya adalah adanya sayap liberal di NU yang digawangi Gus Ulil ..paham Liberal ini sekilas sangat menarik bagi anak pesantren yang “merasa” pemikirannya terkungkung…tapi sayap liberal ini bisa jadi kartu mati buat generasi muda yang ingin mengenal islam lebih jauh disertai semangat yg menggebu..akhirnya anak2 muda ini (biasanya anak2 rohis) lebih melirik gerakan Ikhwani(Tarbiyah), HTI atau Salafi wahabbi yang mampu menunjukan ciri yang lebih Islami (setidaknya menurut mereka).
      Sudah bukan rahasia lagi di kalangan mahasiswa HMI dan PMII dianggap lebih tidak Islami bila dibandingkan KAMMI atau HTI dll

  2. Gok Dien20/09/2012 at 00:21Reply

    Para Masyayikh Ingkang Minulyo.. kulo sakdermo usul..mbok nggih jangan sering-sering meninggalkan umat untuk hal-hal duniawi seperti politik wa’ala alhi ajmain.. jangan tinggalkan umat.. jadinya seperti ini kami kehilangan panutan yang wirai…akhirnya banyak yang diambil orang lain..lha wong mayoritas yang masuk kelompok wahaby itu juga anak orang-orang NU (yang pingin eksis tp tidak dapat tempat..heheheh)

Tinggalkan Balasan