Perbedaan Mukjizat, Keramat, dan Istidraj

Sarkub Share:
Share

MUKJIZAT adalah suatu kelebihan/keunggulan yang diberikan Allah hanya untuk para utusannya saja agar dapat dijadikan bukti ke­rasulan mereka. Hanya dengan mukjizat inilah para Nabi itu membuktikan kerasulannya dihadapan kaumnya.

Biasanya mukjizat itu adalah kejadian luar biasa yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa selain para rasul. Umpamanya saja Nabi Musa a.s. dapat membelah laut menjadi daratan hanya dengan tongkat mukjizatnya. Nabi Sulaiman diberikan kepandaian untuk mengerti bahasa binatang dan dapat menundukkan seluruh bangsa jin. Keunggul­an semacam ini belum pernah ada manusia biasa yang dapat menandinginya. Dalam Al Qur’an banyak kita dapatkan kisah mukjizat yang di­berikan pada para Nabi.

KERAMAT adalah suatu kejadian luar biasa yang diberikan Allah khusus bagi para hambanya yang bertaqwa dan shalih yang dalam isti­lah Al Qur’an diberikan nama para Wali Allah. Keramat ini biasanya datangnya tidak pernah diidam-idamkan sebelumnya. Bahkan para Wali sangat takut sekali jika terjadi keramat/kejadian luar biasa pada diri­nya. Karena mereka takut jika hal ini akan menyebabkan takjub ter­hadap dirinya sebagai hamba yang diberi kemulyaan oleh Allah.

Oleh sebab itu biasanya para wali jika terjadi suatu keramat pada dirinya mereka makin bertambah khawatir terhadap dirinya, kalau-kalau dia merasa ujub/bangga terhadap dirinya yang menyebabkan dia ter­gelincir hatinya. Mereka akan bertambah tawadhu’ dan penuh kekhusyu’an seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan Allah Taala.

Umumnya keramat itu terjadi sewaktu-waktu dalam keadaan ter­tentu. Sebagian keramat itu ada yang terjadi dalam waktu yang terbatas disaat itu saja, Namun sebagian lagi ada berkepanjangan yang dapat di­saksikan orang sampai beberapa generasi, Namun yang paling banyak terjadi hanya terbatas pada waktu tertentu saja, Yang mana ke­jadian itu akan menunjukkan kekuasaan Allah yang diberikan kepada hambanya yang disukai.

Sedangkan ISTIDRAJ adalah suatu kelebihan/keunggulan yang diberikan oleh Allah pada para hambanya yang bukan bertaqwa dan shalih, termasuk juga sebagian hambanya yang kafir dan membang­kang terhadap agamaNya. Kelebihan semacam itu sengaja diberikan oleh Allah kepada mereka agar mereka bertambah jauh dari Allah dan tambah bermaksiat kepadaNya, sampai pada batas dan waktu yang di­tentukan. Yang pada umumnya diakhiri dengan akibat buruk bagi orang itu. Misalnya saja Kekuasaan dan keunggulan yang diberikan kepada Firaun. Yang mana dengan kekuasaan itu Firaun tidak bertambah taat kepada Allah. Bahkan makin bertambah durhaka terhadapNya.

Dalam Al Quraan sendiri banyak diterangkan tentang ISTIDRAJ yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang mendurhakai Allah agar mereka makin bertambah durhaka kepada Allah. Untuk itu marilah kita ikuti firman Allah yang tercantum dalam ayat-ayat di- bawah ini.

وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ

وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

Artinya:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat Kami, nanti akan Kami tarik mereka dengan cara berangsur-angsur (kearah kebinasaan) dengan cara yang tak mereka sadari”.

“Dan Aku memberi tangguh kepada mereka, (namun) sesungguhnya rencana Ku (untuk menyiksa mereka) sangat kuat sekali”. (Al A’raf 182-183).

فَذَرْنِي وَمَن يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya:

“Sebab itu biarkan Aku berurusan dengan orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quraan). Kami akan membinasakan mereka secara berangsur-angsur yang mereka tidak sadari”. (Al Qalam ayat 44).

وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِّأَنفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُواْ إِثْماً وَلَهْمُ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Artinya:

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka itu ada lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka, hanyalah supaya mereka bertambah berbuat dosa. Dan bagi mereka disediakan siksaan yang menghinakan “. (Ali Imran ayat 178).

Demikian pula dalam Al Qur’an juga diterangkan tentang be­berapa contoh dari orang-orang kafir yang diberikan tangguh oleh Allah sampai pada puncaknya mereka disiksa dengan segala macam siksaan yang pedih. Misalnya saja Firaun, yang diberikan kekuasaan oleh Allah agar dia mau tunduk kepada Musa. Namun Firaun tidak mau bahkan dia sombong sampai Allah membinasakannya beserta seluruh tentaranya se­perti yang dikisahkan dalam surat Al Qashash.

وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ

فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ

“Dan (Firaun) beserta tentaranya menyombongkan diri mereka dimuka bumi ini dengan tanpa hak (yang pantas), dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami”. “Karena itu dia beserta tentaranya Kami siksa, lalu Kami campakkan kedalam laut. Perhatikanlah bagaimanakah kesudahannya orang-orang yang zalim?” (Al Qashash ayat 39 – 40).

Dalam ayat lain Allah juga menceritakan kisah orang-orang yang menolak kebenaran agama yang dibawa oleh para Rasul dan mereka yang membangkang. Pada umumnya mereka yang membangkang terhadap ajaran para rasul, Allah tidak segera menyiksa mereka. Bahkan mereka diberikan kesenangan yang berlimpah-limpah sampai mereka lupa sama sekali kepada Allah. Disaat itulah Allah menurunkan siksaNya yang pedih kepada mereka. Untuk itu marilah kita ikuti firman Allah yang terdapat dalam surat Al A’raf sebagai berikut:

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

Artinya:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu kesenangan buat mereka, sehingga ketika mereka telah bergembira dengan kesenangan  yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka diwaktu itu mereka terdiam berputus asa”, (QS. Al-An’am 44).

Dari beberapa ayat yang kami cantumkan diatas dapat kita me­ngerti arti kata ISTIDRAJ dengan jelas. Sehingga kita dapat membeda­kan antara MUKJIZAT, KERAMAT, dengan ISTIDRAJ. Yang ketiga­nya walaupun mempunyai kesamaan namun mempunyai fungsi yang saling berbeda. (SARKUB.COM)

*) Dikutip oleh Tim SARKUB dari Jamiul Karomatil Auliya‘ karya Al-Allamah Syaikh Yusuf bin Ismail Nabhani.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan