Mengutarakan Pendapat Secara Santun

Sarkub Share:
Share

Demonstrasi dan kebebasan berpendapat adalah hak setiap warga Negara, perundang-undangan Negara Indonesia melindunginya. Maraknya polemik dan saling hujat akhir-akhir ini membuat suasana yang tadinya baik-baik saja menjadi keruh, pertemanan dan persahabatan menjadi pecah karena diantara mereka tidak sependapat satu dengan yang lainnya. Terkadang ada pula saling melukai jasmani dan sampai menghilangkan nyawa orang lain itu sudah termasuk perbuatan anarkis dan sudah tidak bisa dibenarkankan lagi dan harus diproses secara hukum. Itu sudah kebablasan, Kalau dalam tafsir Ibnu Katsir, itu sudah mengangkangi hak Tuhan dalam menghakimi orang.

Demonstrasi dan menyuarakan pendapat yang mengusung nama agama dan menjadi anarkis dan penuh caci makipun di mata agama cuma pekerjaan orang kurang ilmu alias sia-sia. Hal itu malah menghancurkan dan menistakan nama agama dan semua pemeluk agama itu sendiri.

Gusti Allah dawuh dalam surat An Nahl ayat 125 :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Ajak mereka (hai Nabi Muhammad) balik menuju jalan Gusti Pengeranmu dengan cara menebar ilmu, hikmah dan nasehat yang baik, (kalau perlu berdebat) debat mereka dengan ilmu, perilaku dan argumen yang terbaik. Hanyalah Pengeranmu saja yang lebih tahu siapa saja yang sesungguhnya sudah tersesat dari jalan Pengeran, dan hanyalah Dia yang lebih tahu siapa sebenarnya yang sudah diberi petunjuk”

Nah, ayat ini unik sebenarnya, dalam tafsir Ibnu Katsir didawuhkan, kita disuruh menebar hikmah dengan catatan gunakan bahasa yang tidak menyakitkan, kalau perlu didebat ya debat saja dengan ilmu dan perilaku yang terbaik. Tapi hakikatnya kita tidak akan mampu dan tidak tahu mana yang benar dan salah jika tanpa pertolongan Tuhan. Jadi jangan sombong dulu, semua argumen dan perilaku kita itu bukanlah yang membuat orang bisa balik kepada jalan Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu merubah dan membolak-balikkan hati manusia. Argumen dan perilaku kita dalam mengutarakan pendapat hanyalah satu bagian dari amal kita yg bisa bernilai pahala atau dosa bagi kita sendiri.

Intinya, kepada setiap yang kita benci dan kita anggap salah saja kita harus tetap menunjukkan perkataan, perilaku dan ilmu yang terbaik menurut agama dan adat kebiasaan manusia. Berarti demo anarkis, memaki orang atau instansi bahkan Negara yang bernada provokatif secara negatif itu bukanlah jalan agama dalam mengajak orang, tentu hal itu otomatis bertentangan dengan ayat di atas.

Mungkin kita merasa benar menurut agama, namun rasa benar itu pengungkapannya tidak luput dari pertimbangan salah dan benar menurut agama juga. Biarpun dikata kita mencap diri pembela Tuhan, kalau sudah anarkis baik fisik maupun ucapan, pasti ada balasan atas dosa tersebut.

Nah, para ulama pun dawuh, daripada terlanjur buka mulut dan maju sikut, lebih baik mengaji dan tuntut ilmu agar pemahaman kita matang, wawasan kita luas, mampu menjauhi kekerasan, ketika berargumen pun gak mengeluarkan pernyataan yang kotor, konyol dan tanpa ilmu. Dengan ilmu dan akhlaq yang baik, paling tidak ketika kita mengungkapkan ketidaksetujuan, ada nilai yang luhur yang bisa dipetik oleh semua orang. Berdakwah tanpa strategi dan ilmu yang cerdik dan cerdas itu satu bentuk kebodohan. Monggo piknik biar gak gampang darah naik dan panik.⁠⁠⁠⁠

Sumber : Tim Sarkub

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan