Kisah Pemuda Yang Dido’akan Pengemis

Sarkub Share:
Share

Seorang tabi’in, Asy-Sibli, mengisahkan, “Suatu hari aku keluar dari rumahku menuju suatu padang pasir. Saat aku tiba di suatu jalan, aku melihat seorang pemuda yang usianya masih terlalu muda, tubuhnya kurus, rambutnya kusut tubuhnya dekil, dan pakaiannya lusuh. Aku lihat ia duduk di dekat sebuah pekuburan. sesekali ia memandang ke atas dan sesekali ke bawah, sedangkan kedua bibirnya bergerak dan kedua matanya meneteskan air mata. Aku lihat ia sedang tenggelam dalam doanya, dzikirnya, dan istighfarnya.

Melihat kedaan pemuda tersebut, hatiku tertarik ingin menyapanya. Maka aku menuju ke tempatnya. Ketika melihat kedatanganku, ia malah berdiri dan melarikan diri secepatnya dariku, sehingga hatiku semakin ingin mengenalnya. Aku pun mengejarnya, tapi aku tak dapat menghentikannya.

Aku katakan kepadanya, ‘Wahai kekasih Allah, berhentilah sejenak untukku!.”

“Demi Allah, aku tidak dapat melakukannya,” jawab pemuda itu.

Kataku, ”Demi kemuliaan Allah, ber­hentilah sejenak untukku.”

Tetapi ia tetap meneruskan larinya dan ia berkata, ”Aku tidak dapat melakukannya.”

Kataku, ”Jika engkau memang benar (dengan sikapmu ini), perlihatkan kepadaku ihwal kesungguhanmu kepada Allah.”

Dalam keadaan tetap berlari dariku, ia berteriak dengan suara yang keras, ‘Ya Allah….”. Kemudian ia tersungkur.

Dan ketika aku mendekati tubuhnya, ia telah meninggal dunia. Aku bingung dan heran karena kesungguhannya kepada Allah. Maka aku berkata dalam diriku, ”Beginilah cara Allah memuliakan sebagian hamba-Nya dengan rahmat-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, Yang Maha tinggi dan Maha agung.”

Kemudian aku meninggalkan jenazahnya sejenak. Aku menuju perkampungan terdekat untuk mengadakan persiapan bagi jenazah pemuda itu.

Ketika sampai kembali di tempat itu, aku tidak mendapatkan lagi mayatnya. Aku mencarinya ke sana-sini, tapi tetap saja aku tak berhasil mendapatkannya.

Dalam keadaan seperti itu, aku ber­kata dalam hatiku, ”Mengapa ada orang lain yang mendahuluiku untuk merawatnya?”

Kemudian aku mendengar suara, ”Wahai Syibli, sesungguhnya engkau telah cukup memperhatikan pemuda itu, dan tidak seorang pun yang menangani jenazahnya kecuali para malaikat. Ka­rena itu, tingkatkan ibadahmu kepada Tuhanmu dan banyaklah bersedekah. Karena pemuda ini tidak mencapai kedudukan seperti ini kecuali dengan sedekahnya pada suatu hari.”

Kataku, ”Demi Allah, beri tahukan kepadaku perihal sedekahnya pada suatu hari yang dimaksud itu.”

Suara itu meneruskan, ”Wahai Syibli, pemuda ini dulunya adalah seorang yang suka berbuat maksiat dan ia pernah berzina. Sampai pada suatu hari ia diperlihatkan Allah pada suatu mimpi yang amat menakutkan baginya.

la bermimpi melihat seekor ular besar yang melilit tubuhnya. Dari mulut ular itu terpancar api yang membakar tubuh­nya hingga hangus. Maka ia terbangun dalam keadaan ketakutan. Sejak saat itu ia menyibukkan diri dalam beribadah. Sejak saat itu hingga hari ini ia telah ber­ibadah selama dua belas tahun. Selama itu ia selalu dalam keadaan merendahkan diri dan khusyu’ kepada Allah SWT.

Kemarin, seorang pengemis meminta makan untuk hari itu kepadanya. Karena tak punya makanan, maka ia melepas pakaian yang melekat pada tubuhnya dan memberikannya kepada pengemis itu. Karena gembira, penge­mis itu mendo’akan kebaikan dan memohonkan ampun bagi pemu­da itu karena bergembira dari se­dekah pemuda itu, sehingga Allah mengabulkan doa pengemis.”

Kisah ini tidak bermaksud megajarkan pembaca untuk jadi pengemis. Akan tetapi kita diharapkan dapat mengambil hikmahnya agar dapat menyadari akan keutamaan sedekah.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan