Keliru Dalam Menerapkan Kata MUSYRIK

Sarkub Share:
Share

Ibnu Abdul Wahab sering melabelkan dan menjuluki umat Islam yang tidak setuju dengan fahamnya sebagai orang-orang kafir. Terlalu banyak firman-firman Allah yang ditujukan bagi orang kafir tapi dia tujukan untuk orang Islam. Dalam pandangan dia, orang Islam tersebut sama dengan orang kafir. Sebagai contoh, dalam bukunya Kasyfu asy- Syubuhat, halaman 39 dia menyatakan:

ويصيحون فيه كما صاح إخوانهم حيث قالوا : (( اجعل الآلهة إلهاً واحداً إن هذا لشيء عجاب )) صورة ص آية : 5

Mereka (yang dimaksud dengan ‘mereka’ oleh Ibnu Abdul Wahab adalah umat Islam yang tidak setuju dengan fahamnya-pen.) berteriak sebagaimana saudara-saudara mereka (orang kafir) berteriak dengan mengatakan: “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu hanya satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan (QS. Shaad [38]: 5) (Muhammad ibnu Abdul Wahab: Kasyf asy-Syubuhat, h. 39)

Secara tegas dan terang-terangan Muhammad ibnu Abdul Wahab menerapkan kata “musyrik” dalam Al-Qur’an yang seharusnya untuk orang-orang kafir Quraisy, tapi dia terapkan untuk orang-orang Islam yang bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan mengeijakan haji. Lihat juga pemyataannya yang lain dalam Ad-Durar as-Saniyyah ketika dia menafsirkan kata “musyrik” dalam surat at-Taubah ayat 5:

Syaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab -semoga Allah mensucikan ruhnya- berkata, “Ketauhilah, semoga Allah memberikan taufik kepada kami dan Anda untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman dalam kitab-Nya: “Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka.? (QS.at-Taubah [9] :5). Perhatikanlah firman Allah ini, sesungguhnya Allah memerintahkan untuk membunuh, mengepung, mengintai mereka, sampai mereka bertaubat dari kemusyrikan, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. …Orang-orang bodoh yang disebut sebagai ulama menyelisihi kenyataan itu dengan mengatakan, ‘Siapa saja yang berkata tidak ada tuhan selain Allah, maka dia muslim, haram (terjaga) darah dan hartanya:.” (Muhammad ibnu Abdul Wahab, dkk: Ad-Durar as-Saniyyah , op.cit, jilid 9, h.237)

Bahkan, secara langsung dia telah menuduh umat Islam di zamannya tidak mengenal Tuhan mereka dan telah menyembah berhala. Dengan alasan ini dia ingin menghalalkan darah, harta dan kehormatan umat Islam yang dia anggap musyrik atau kafir. Inilah bentuk pengkafiran yang nyata. Dalam bukunya Ad-Durar as-Saniyyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah jilid 1, halaman 117, dia menyatakan:

“Orang-orang zaman sekarang ini banyak yang tidak mengenal Tuhan yang harus disembah. Melainkan, (mereka telah menyembah) Hubal, Yaghus, Ya’uq, Nasr, al-Lata, al-Uzza dan Manat. Jika pemahaman mereka lurus,, caya mereka akan mengetahui bahwa kedudukan benda- benda yang mereka sembah itu, semisal manusia, pohon, batu dan sebagainya itu, tidak ubahnya seperti menyembah matahari, rembulan, Idris, dan Abu Hadidah.”(Ibid, op.cit, jilid 1 h. 117)

Ternyata, berita bahwa Muhammad ibnu Abdul Wahab mengkafirkan umat Islam yang bersyahadat, shalat, zakat, puasa dan berhaji, bukanlah isapan jempol belaka. Padahal, Nabi Saw. telah mewanti-wanti umatnya:

لا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلا بِالْفِسْقِ وَلا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ ، إِلا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ

“Janganlah seseorang menuduh orang lain fasik atau kafir, karena itu akan kembali kepada dirinya sendiri jika itu tidak terbukti.” (HR. Bukhari, Ahmad, dan Baihaqi) [Shahih al-Bukhari: bab Ma Yunha min as-Sibab 18/476 no. 5585. Shahih Muslim: bab Bayan h. Iman Man Qala li Akhih 1/195 no: 92.” Musnad : Ahmad; bab Hadis Abu Dzar al-Ghifari 44/56 ho. 20590. al-Baihaqi: Syu’ab al-lman, bab Fashl fi ma Warada min al-Akhbar 14/178 no. 6388]

أيما رجل قال لأخيه يا كافر فقد باء بها أحدهما

“Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya (yang seiman), ‘Hai kafir’ maka ucapan itu akan menimpa salah satunya. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya).

ومن رمى مؤمنابكفر فهو كقتله

“Barangsiapa yang menuduh orang beriman sebagai kafir, maka dia seperti membunuhnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Thabarani dan Baihaqi)

(Disadur oleh Tim Sarkub dari buku “Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik” hal. 128-131)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

12 Responses

  1. ihsan03/06/2012 at 18:34Reply

    Sebegitu salahnya wahabi, tapi anehnya ada dampak positifnya di indonesia, karena pengaruh wahabi berdiri persis dan muhammadiyah, sedangkan kita tahu, amal usaha seperti panti asuhan, sekolahan, universitas, dan rumah sakit banyak didirikan muhammadiyah. Islam dengan faham lurus sesuai dengan ajaran nabi dan dipimpin ulama berilmu tinggi, lurus, sesuai ajaran nabi malah tidak begitu mencolok dalam hal amalan kepada sesama dalam melayani umat, misalnya panti asuhan NU, rumah sakit NU, universitas NU juga belum ada yg terkenal.. Sebagai orang awam saya bingung, kenapa yg faham salah malah bisa beramal sholeh lebih banyak? Selain itu saya selama sholad di masjid komplek yg banyak orang muhammdiyah tidak pernah sekalipun dengar mereka mengkafirkan NU walaupun katanya orang muhammdiyah itu wahabi dan NU bukan wahabi.

    • abu nawas04/06/2012 at 21:28Reply

      mas Ihsan sepertinya ente salah kaprah antara wahaby dengan MUhamadiyah…perbedaannya Muhamadiyah AMAT SANGAT TOLERAN dengan AMALIYAH NU,,,,bahkan sesepuh Muhamadiyah Prof Amin Rais, BUYA HAMKA, Prof Syafi’i Ma’arif menganjurkan TAHLILAN dan MAULID yang notabene adalah amaliyah NU….

      bandingkan dengan Wahaby yang berkedok SALAFY dim,ana mereka dengan mudahnya menyesatkan Amaliyah NU….wass

      • abi zaid17/10/2012 at 16:50Reply

        kok kebenaran diukur dari amaliyah ormas yang toleran sama NU. wal iyadzubillah. Lihatlah bagaimana cara kalian berdalil. Sudah begitu bnyak yg diluruskan namun masih berdalil dgn cara yg tidak satupun ulama dahulu menggunakan cara kalian. Apakah Imam Syafii ketika mengatakan Ma’tam (tahlilan) haram, Imam madzhab yang lain mengatakan sprti kalian? “Lihatlah imam anu toleran membolehkan Tahlilan”. Tidak satupun dalil tentang bolehnya tahlilan karena Rasulullah pun dan para sahabat tidak ada yang mencontohkannya ketika salah satu keluarga atau saudara mereka meninggal dunia, mereka tahlilan. Salafi meyakini amalan mereka dengan dasar dalil bukan krn kebanyakan orang mengamalkannya..

    • anto18/07/2012 at 21:46Reply

      setahu saya Muhammad Bin Abdul Wahab itu pemurni ajaran islam, pembersih kurofat, bit`ah, tahayul dll yang nota bene tidak pernah diamalkan nabi. Jadi menurutku gerakan Muhammad Bin Abdul Wahab itu bagus dan benar. Jeleknya di mana sih?

  2. rivalni29/06/2012 at 19:11Reply

    saya mau tanya , saya pernah putus cinta saking saya sakit hatinya saya dateng ke seorang dukun , tapi ketika saya kesana itu bukanlah tempat untuk prakek dukun melainkan hanya rumah biasa , ketika saya masuk ke dalam itu pun hayang kamar kecil yang didalamnya berisi alat2 tidur pertama kali bertemu saya hanya diajak ngobrol ketika sudah beberapa kali saya kesanya saya disuruh membeli minyak wangi dan harus digunakan setiap hari , tapi saya kurang percaya saya pun menggunakannya hanya pada saat saya ingat saja , hingga akhirnya saya tidak pernah menemui dukun itu lagi , ketika saya kesana saya juga masih sholat dan berdoa kepada allah , apakah itu termasuk musyik ?
    apa yang harus saya lakukan sekarang agar amal ibadah saya bisa diterima ?

  3. jefriship18/07/2012 at 21:10Reply

    pergi aja ke rumah itu lagi dan katakan pada tuan rumah,…maaf aku salah masuk.beresss!

  4. Ajisaka02/10/2012 at 16:23Reply

    setahu saya Awalnya Muhammadiyah , sejarah pendiriannya bukan wahabi dan SEBAGIAN KECIL tokoh2nya berusaha toleran terhadap amaliah jamaah NU, tapi dalam perjalanannya sengat berwarna wahabi, sebelum para pendatang baru tiba di indonesia tidak bisa dipungkiri bahwa di kampung2 yg memulai bikin ribut dan panas telinga warga NU pastilah dakwahnya ustad Muhammadiyah, cuma sekarang saja sdh kalah pamor dan kalah nyaring saja dengan para pendatang saudara mudanya,dan dana besar yb mengalir ke indonesia khususnya dari saudi siapa yg mengelola di sini, dan itu sebuah fakta.

  5. joko05/10/2013 at 09:53Reply

    al muslim akhul muslim, yang suka mengkafirkan berarti salah urat

Tinggalkan Balasan