Jangan Berdusta Atas Nama Nabi SAW

Sarkub Share:
Share

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

”Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka” (Shahih Bukhari)

Maka berhati-hatilah dari berdusta atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan mengatakan seseuatu dari beliau padahal tidak demikian. Oleh karena itu jika kita melihat riwayat Shahih Muslim di awal-awal nya adalah ucapan para sahabat yang sebenarnya berat untuk mengucapkan hadits-hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Hurairah RA berkata :

“ jika bukan karena aku telah mendengar hadits nabi بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً (sampaikanlah (sesuatu) dariku meskipun satu ayat), maka tidak akan aku mengeluarkan 1hadits pun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”,

karena takut dan khawatir jika ada kesalahan atau salah ucap dalam menyampaikan hadits-hadits tersebut. Maka banyak dari para sahabat yang diam dan tidak mau berbicara tentang hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, banyak para sahabat yang tidak meriwayatkan satu hadits pun karena takut termasuk dalam hadits ini, diantaranya yg sangat sedikit meriwayatkan hadits adalah sayyidian Ali bin Abi Thalib Kw dimana jika beliau ingin menyampaikan maka yang beliau lebih banyak menyampaikan adalah ucapannya, beliau tidak berani mengucapka perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal beliau tahu banyak tentang hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Saat ini kita dalam keadaan musim wabah penyakit aqidah yang banyak mendustakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hadits yang shahih dikatakan dha’if, hadits yang dha’if diakatakan sebagai hadits mardud (tertolak atau palsu dll). Hadits dha’if tidak dapat digunakan sebagai dalil suatu hukum, namun selain dalil hokum, hadits dha’if boleh digunakan, dan banyak hadits dha’if yang digunakan untuk selain hukum, bahkan Al Imam Ibn Ahmad bin Hambal alaihi rahmatullah menggunakan hadits mulamasah (sentuhan pria dan wanita non muhrim tidak batal) sedangkan Al Imam Bukhari mendha’ifkan hadits itu, namun Al Imam Ibn Ahmad bin Hambal menggunakannya.

Jadi hadits dha’if pun jika dilihat oleh para imam dan para hujjatul islam bisa ada sandarannya dari Al qur’an atau hadits shahih maka mereka gunakan hadits dha’if tersebut, tidak seperti yang terjadi pada sebagian kelompok di zaman sekarang yang tidak mau menggunakan hadits dhai’f sehingga secara gampang menghukumi sesuatu dengan perbuatan bid’ah, syirik dan lainnya, hati-hatilah orang yang mendustakan ucapan Rasulullah saw itu bersiaplah untuk mengambil tempat di neraka jika hadits itu memang betul ucapan Rasulullah namun didustakan, mungkin dikarenakan masa kita sanagt jauh setelah Rasulullah 14 abad yang silam, mungkin karena perawi si fulan lupa sehingga terputus, maka dianggaplah dhai’if hadits tersebut karena hilang salah satu sanadnya. Maka para imam kita dan para ulama’ tidak langsung menghilangkan hadits-hadits dha’if, namun mereka tetap mengatakan bahwa hadits-hadits tersebut dha’if dan diperbolehkan beramal dengan hadits dha’if dalam fadhaail a’amal, (ibadah ibadah) demikian yang terdapat dalam madzhab Al Imam Al Syafi’i, maka jangan sembarangan membuang hadits dha’if, karena jika hadits itu memang betul ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan didustakan maka bersiaplah mengambil tempat di neraka, wal ‘iyadzubillah, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada kita semua.

(Oleh: Al-Habib Munzir al-Musawa)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

8 Responses

  1. huda20/06/2012 at 19:22Reply

    Untuk itu, berhati-hatilah.
    jangan asal ngomong, bahwa ini dari Nabi.
    Berhati-hatilah.

  2. abu salamah18/09/2012 at 10:24Reply

    Nah tuh tim sarkub, buka mata ente. Jangan sok berdusta atas nama Nabi. Nabi tidak pernah mengajarkan megengan menjelang Ramadhan. Jangan dicari-cari pembenaran dengan dalil sedekah, jelas nyimpang jauh tuh.

      • abu salamah19/09/2012 at 09:17Reply

        Udah ane baca. Ane ini pengunjung setia Sarkub.com lho. Tapi dalil megengan gak ada di artikel tsb. Yang ada dalil sedekah. Emang kita di perintahkan banyak sedekah bukan megengan.

        • awu salah23/10/2013 at 12:29Reply

          haha, setalah baca2 komen wahabi di sarkub. Saya menyimpulkan bahwa kegoblokan wahabi itu lebih dari yang saya bayangkan. 🙂

  3. abu hamzah01/10/2012 at 12:35Reply

    shodakoh kok bikin apem, didongani trus dimakan dewe.

    • Author

      Tim Sarkub01/10/2012 at 18:27Reply

      mau bikin apem kek, bikin berkat kek, bikin tumpeng kek. emang masalah buat loe?

  4. Abu Vulkanik26/10/2012 at 23:51Reply

    mas abu-abu,..gitu aja kok repot,,..sana wudhu dulu biar seger agar bisa denger mbah kyai ngasih pengajian!

Tinggalkan Balasan