Istri Al-Hathab Si Pencari Kayu Bakar

Sarkub Share:
Share

kartun-muslimah-berjilbab

ISTRI Al-Hathab hidup pada zaman Nabi  Muhammad SAW     

 

Seorang istri yang amat penyabar, seorang mukminah yang telah diberitahukan oleh Rasulullah akan memperoleh kedudukan surga. Berita itu disampaikan oleh Nabi kepada para sahabat, maka segeralah menyebar secepat kilat ke sudut-sudut rumah kaum muslimin. Mereka satu sama lain saling bertanya,

"Apakah yang ada di dalam diri istri Al-Hathab?

Apakah kelebihan istri si pencari kayu bakar tersebut?

Berita itu menimbulkan tanya dan cemburu pada istri-istri kaum muslimin lainnya. Kemudian istri Al-HAthab segera menceritakan mengenai dirinya:

"Suamiku adalah seorang laki-laki yang pekerjaannya mencari kayu di gunung, memotong-motongnya lalu memikulnya. la lalu membawanya ke pasar untuk dijual. Suamiku akan kembali ke rumah bila telah berhasil membawa kebutuhan untuk keluarga bagi kami. Letih dan capek ia rasakan. Badannya ditimpa panas, tenggorokannya disergap rasa haus yang tiada terkira, hampir-hampir tenggorokannya panas terbakar. Betapa payahnya keadaan suamiku. Karena itu aku menyediakan air dingin sebagai penyejuk dahaganya, ia datang dan kemudian segera mendapatkan air sediaanku. Setelah itu kusiapkan segera makan siang, barang-barangnya kuambil dan kurapikan.

Saya menyambut kedatangan suamiku dengan berdiri, memakai pakaian yang indah dan rapi. Kusambut dia dengan segenap kerinduan seolah-olah telah kunantikan sekian lama. Begitu masuk, kusambut dia seperti menyambut mempelai laki-laki yang begitu lama kunantikan. Saya serahkan seluruh diri saya kepadanya. Kalau suamiku ingin istirahat dan bersenang-senang, kubantu dia; kalau ia menginginkan diri saya, kurebahkan diriku antara dua lengannya bagai anak kecil yang bersukaria dengan ayahnya." Tutur  istri   si  pencari   kayu  bakar itu sangat mengharukan kita semua.

Tak mustahil segala keletihan dan kepenatan Al-Hathab akan segera sima atas hiburan dan sambutan dari istri yang demikian mulia. Sikap indah dari istri yang mukminah lagi shalihah ini merupakan obat penawar dan penyegar bagi suami yang pulang kerja mencari nafkah.

Pernyataan Rasulullah bahwa wanita seperti istri Al-Hathablah yang sangat pantas mendapat surga kelak di akhirat memiliki hikmah yang tinggi; terkandung suatu pelajaran di dalamnya mengenai dustur (tata cara) berumahtangga secara Islami, nilai-nilai yang digariskan dalam kehidupan keluarga dan pengaturan pergaulan suami istri yang adil dan mulia.

Satu kejadian lagi akan memperkuat ajaran rumah tangga ini. Suatu saat Rasulullah mendapat pertanyaan dari seorang wanita bemama Asmaa' binti Zaid bin Sakan Al-Anshori. "Ya Rasulullah, saya adalah wakil dari wanita-wanita yang ada di belakangku, kaum muslimat secara keseluruhan dan istri-istri orang mukmin. Mereka bertanya dengan pertanyaan yang nanti saya ajukan kepada Anda, mereka juga berpandangan seperti pandangan saya; suara saya adalah suara mereka.

Sesungguhnya Allah mengutus Anda adalah untuk kaum laki-laki dan kaum wanita. Kami beriman dan akan mengikuti semua ajaran Anda. Ya Rasulullah, kami kaum wanita merasa segala-galanya serba terbatas, hanya duduk di rumah menjadi tempat penyaluran keinginan lelaki dan mengandung anak-anak mereka. Sebaliknya kaum lelaki dapat berkumpul, shalat jamaah, mendatangi jenazah, berjihad dan sebagainya.

Bila mereka pergi berjihad, kami kaum wanita hanya bisa tinggal di rumah memelihara anak-anak dan harta mereka. Wahai Rasulullah, adakah kami mendapatkan bagian dari pahala mereka?"

Rasulullah takjub mendengar pertanyaan kritis dari kaum wanita yang diwakili oleh Asmaa'. Beliau kemudian menoleh kepada para sahabat sambil berkata, "Apakah kalian pernah mendengar perkataan wanita yang lebih baik dari ini dengan pengetahuan agamanya yang begitu dalam?"

"Tidak ya Rasulullah," jawab para sahabat. Kemudian Rasulullah menjawab,

"Wahai Asmaa', beritahukanlah kepada wanita-wanita yang kau wakili, bahwa pergaulannya yang sangat baik terhadap suaminya, berusaha mendapatkan keridhaan dari suaminya dan mengikuti jejaknya yang baik, akan mengimbangi pahala yang didapat kaum lelaki. Pahala wanita yang berada di rumah adalah sama besarnya dengan pahala lelaki yang berjuang dan berbuat sesuatu di luar rumah. Itulah pahala bagi kaum wanita yang taat dan patuh kepada suami mereka."

Maka pergilah kau sekarang dan beritahu wanita-wanita yang kau wakili tentang ini!" Mendengar jawaban Rasulullah yang luar biasa itu, Asmaa' berkali-kali bertahlil dan bertakbir karena puas dan amat gembira atas kabar dari Rasulullah yang diterimanya. Dari sabda Rasulullah tersebut dapat diambil suatu dasar atau asas pelajaran Islam yang sangat berharga mengenai pembagian tugas antara kaum wanita dan kaum lelaki, yaitu;

-Bahwa tugas hakiki bagi kaum istri adalah mengabdi, menjaga dan melayani suami, memperhatikan hal-ihwal dirinya.

-Mendidik dan mengasuh anak-anak.

-Seorang istri adalah ratu rumah tangga yang mempunyai peranan dominan dalarn kerajaannya (rumahnya).

Peranannya dan tugas-tugasnya akan menghantarkan anggota keluarganya kepada kebahagiaan yang sejati. Dustur yang seperti ini lebih mulia daripada tatanan yang berasal dari Barat. Kedudukan wanita dalam rumahtangga sangat agung dengan peran-peran yang dibebankan kepadanya. Sementara masyarakat Barat menempatkan wanita sebagai manusia yang tidak memiliki karakter pekerjaan yang tinggi nilainya, dengan menjadikan mereka sebagai penghibur di club-club malam, menjadi peragawati yang tidak mengindahkan aurat mereka, dan bermacam profesi lain yang sangat nnerendahkan derajat wanita itu sendiri.

Sesungguhnya Islam tidak akan rela terhadap sepak terjang wanita kecuali mereka senantiasa mengacu kepada fitrahnya yang asli, mengacu kepada hukum hukum yang tidak menyalahi nilai-nilai keagungan manusia, khususnya nilai keagungan wanita itu sendiri. Karena itu Islam tidak menutup pintu bagi wanita untuk berkarier di bidang medis (dokter, perawat, dan Iain-lain), dunia pendidikan dan dunia lain yang memang membutuhkan penanganan seorang wanita.

Sesungguhnya seorang wanita dalam wadah ajaran Islam akan mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang sebaik-baiknya, sehingga ia akan muncul sebagai istri yang benar-benar shalihah, seorang wanita yang benar-benar muslimah, seorang ibu yang benar-benar kasih dengan berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an. Seorang wanita Islam harus menjadikan Islam sebagai program hidupnya, menjadikan sunnah rasul sebagai pilar-pilar rumah tangganya dan tentu saja menjadikan Al-Qur'an sebagai program tingkah lakunya secara keseluruhan.

Dikutip oleh Tim Sarkub dari buku terjemah "Nisaa'un Anzallahu Fiihina Al-Qur'an"

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

4 Responses

  1. kasur angin30/05/2013 at 19:42Reply

    Subhanallah… Mudah2an istri2 kita dikaruniakan akhlak seperti beliau,menjadi qurata’a yun..

  2. Nur Hidayati07/12/2013 at 01:23Reply

    syukron

  3. Arie Wibowo08/05/2014 at 02:45Reply

    sampaikan cerita ini kpd kaum emansipasi2 ala barat

  4. Arie Wibowo08/05/2014 at 07:10Reply

    sampaikan cerita ini kpd kaum emansipasi2 ala barat

Tinggalkan Balasan