Imam Besar Ahlussunnah Wal Jama’ah Mensucikan Allah dari Tempat dan Arah

Sarkub Share:
Share

Imam Besar Ahlussunnah Wal Jama’ah, Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi Mensucikan Allah dari Tempat dan Arah

قال إمام أهل السنة أبو الحسن الأشعري (324 هـ) رضي الله عنه ما نصه : ” كان الله ولا مكان فخلق العرش والكرسي ولم يحتج إلى مكان، وهو بعد خلق المكان كما كان قبل خلقه ” اهـ أي بلا مكان ومن غير احتياج إلى العرش والكرسي. نقل ذلك عنه الحافظ ابن عساكر نقلا عن القاضي أبي المعالي الجويني.[تبيين كذب المفتري (ص/ 150).]

Pimpinan Ahlussunnah Wal Jama’ah, Imam Abu Hasan al-Asy’ari (W 324 H) mengatakan sebagai berikut : ” Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia menciptakan ‘Arsy dan Kursi dan Dia tiada membutuhkan kepada tempat. Dan setelah tempat tercipta Dia ada seperti sebelum tercipta makhlukNya, ada tanpa tempat”. Tabyin Kadzib al-Muftari, S.150

 وقال إمام أهل السنة أبو منصور الماتريدي (333 هـ) رضي الله عنه ما نصه : “إن الله سبحانه كان ولا مكان، وجائز ارتفاع الأمكنة وبقاؤه على ما كان، فهو على ما كان، وكان على ما عليه الان، جل عن التغير والزوال والاستحالة” اهـ. .[كتاب التوحيد (ص/ 69).]

Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah , Imam Abu Manshur al-Maturidi (W 333 H) mengatakan sebagai berikut : “Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Tempat adalah makhluk, memiliki permulaan dan bisa diterima oleh akal jika ia memiliki penghabisan. Namun Allah ada tanpa permulaan dan tanpa penghabisan. Dia ada sebelum ada tempat, dan Dia sekarang setelah tempat tercipta Dia tetap ada tanpa tempat. Dia Maha Suci (mustahil) dari adanya perubahan, habis, atau berpindah (dari satu keadaan kepada keadaan lain).” Kitab at-Tauhid, S.69

 قال في كتابه “التوحيد”  : “فإن قيل: كيف يرى؟ قيل: بلا كيف، إذ الكيفية تكون لذي صورة، بل يرى بلا وصف قيام وقعود واتكاء وتعلق، واتصال وانفصال، ومقابلة ومدابرة، وقصير وطويل، ونور وظلمة، وساكن ومتحرك، ومماس ومباين، وخارج وداخل، ولا معنى يأخذه الوهم أو يقدره العقل لتعاليه عن ذلك “اهـ.[كتاب التوحيد (ص/ 85).]

Masih dalam kitab karyanya diatas “Kitab at-Tauhid”, beliau menuliskan tentang rukyatullah sebagai berikut : “Jika ada yang berkata Bagaimanakah Allah nanti dilihat ? Jawab : Dia dilihat dengan tanpa sifat-sifat benda (Kayfiyyah). Karena Kayfiyyah itu hanya terjadi pada sesuatu yang memiliki bentuk. Allah dilihat bukan dalam sifat berdiri, duduk, bersandar, atau bergantung. Tanpa adanya sifat menempel, terpisah, berhadap-hadapan, atau membelakangi. Tanpa pada sifat pendek, panjang, sinar, gelap, diam, gerak, dekat, jauh di luar atau di dalam.  Hal ini tidak boleh dikhayalkan dengan prakiraan-prakiraan atau dipikirkan oleh akal , karena Allah maha suci dari itu semua”. Kitab at-Tauhid, S.85

وقال أيضا: “وأما رفع الايدي إلى السماء فعلى العبادة، ولله أن يتعبد عباده بما شاء، ويوجههم إلى حيث شاء، وإن ظن من يظن أن رفع الأبصار إلى السماء لأن الله من ذلك الوجه إنما هو كظن من يزعم أنه إلى جهة أسفل الأرض بما يضع عليها وجهه متوجها في الصلاة ونحوها، وكظن من يزعم أنه في شرق الأرض وغربها بما يتوجه إلى ذلك في الصلاة، أو نحو مكة لخروجه إلى الحج، جل الله عن ذلك “. انتهى باختصار.[كتاب التوحيد (ص/ 75- 76).]

Dan masih dalam kitab yang sama beliau mengatakan : “Adapun mengangkat tangan ke arah langit dalam berdo’a maka hal itu sebagai salah satu bentuk ibadah kepada-Nya (bukan berarti Allah di langit). Allah berhak memilih cara apapun untuk dijadikan praktek ibadah para hamba kepada-Nya, dan juga berhak menyuruh mereka untuk menghadap ke arah manapun sebagai praktek ibadah mereka kepada-Nya. Jika seorang menyangka atau berkeyakinan bahwa mengangkat tangan dalam berdoa ke arah langit karena Allah berada di arah sana, maka ia sama saja dengna orang yang berkeyakinan bahwa Allah berada di arah bawah karena di dalam shalat wajah seseorang dihadapkan ke arah bumi untuk beribadah kepadaNya, atau sama saja dengan orang yang berkeyakinan bahwa Allah ada di arah barat atau di arah timur sesuai arah kiblatnya masing-masing dalam shalat saat beribadah, atau juga sama saja orang tersebut dengan yang berkeyakinan bahwa Allah berada di arah Mekah, karena orang-orang dari berbagai penjuru yang hendak melaksanakan haji untuk beribadah kepada-Nya menuju arah Mekah tersebut. Allah Maha Suci dari keyakinan semacam ini semua (berarah, bertempat)”. Kitab at-Tauhid, S.75-76.

Dengan demikian dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah sangatlah jelas bahwa Allah tiada membutuhkan atau tiada bertempat pada Arsy, kursi dan tempat, sebagaimana apa yang dituliskan oleh kedua ULAMA SALAF tersebut yang mana beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dalam membela aqidah Rasulullah SAW dan membantah kesesatan golongan-golongan di luar Ahlussunnah seperti Mu’tazilah, Musyabbihah, Khawarij, dan lainnya. Kegigihan beliau dalam membela aqidah dan menghidupkan syari’at menjadikan beliau digelari dengan Imam Ahlussunnah wal Jama’ah. Imam golongan yang selamat.

فالحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لو لا أن هدانا الله

(Zam Zami Ahmad)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

27 Responses

  1. nurtika25/02/2012 at 12:46Reply

    Penulis sarkub banyka fitnah,bohong manipulatif data dripada kebenaranya..lebih kpd ajaran ke SUFI n NUan dripada meneladi Nabi Muhmammad…lebih byk bid`ah dzolalah dripada sunnah raosul

  2. nurtika25/02/2012 at 12:49Reply

    ini pembodohan umaat..krn hampir 70% byk fitnah dan korupsi data kebenaran dripada kebanaranya…penulis jgn byk fitnah ntar dosanya bertumpuk2 lho…

    • elwafi28/04/2012 at 05:38Reply

      @nurtika
      mana lho yang pitnah?

      jangan hanya karna tidak sesuai dengan pemahaman anda, lantas di tuduh pitenah?, aya aya wae

  3. Aji Saka25/02/2012 at 23:35Reply

    Langsung saja ditunjuki yg mana fitnahnya,mana bohongnya ,dimana manipulasinya ,bid ah nya, tentunya dengan data2 ilmiah ke ilmuan(agama dan sejarah yg diakui para ulama dunia), jangan pake metodologi ngawur bin ngeyel

    • triyono27/02/2012 at 06:41Reply

      Sungguh aqidah yang sesat & menyesatkan. Rasulalloh dimi’rajkan kelangit untuk menerima perintah sholat langsung dari Allah,Ini bukti yg nyata dari Al Qur’an & Al-Hadits bahwa Allah beristiwa’ di arsy dengan segala kemaha besarannya.

      • mohamad natsir31/05/2012 at 11:23Reply

        Wah..ya gini nek gak mudheng dan gak sehat aqalnya.Allah gak butuh Arsy..lalu sebelum Allah menciptakan Arsy,Allah ada dimana?

  4. Triyono27/02/2012 at 19:16Reply

    Beberapa ayat dalam Al Qur’an telah menyebutkan bahwa Allah beristiwa’ di arsy dengan segala kemaha besarannya,sedangkan ilmu Allah berada disegala tempat. Para sahabat Rasulalloh yang Allah telah ridho kepadanya,tabi’in,tabiut tabi’in dan 4 imam besar telah sepakat menerima ayat ini tanpa berani menta’wilnya. Sungguh berani-beraninya tim sarkub memfitnah imam Abu Hasan Al-Asy’ari bahwa beliau telah menyelisihi manhaj para salaf. Barang siapa yang keluar dari manhaj para sahabat/salaf sungguh dia telah SESAT dengan kesesatan yang nyata sebagaimana para ahli bid’ah telah SESAT karena mengikuti hawa nafsunya.

  5. majnun solaf29/02/2012 at 14:46Reply

    Gimana dengan Nabi Musa jumpa Tuhan di bukit Tursina? Apakah nabi Musa termasuk pembuat bid’ah dholalah, karena kagak mau mikraj ke langit?

  6. Mbah jo29/02/2012 at 23:36Reply

    Dikit-dikit sesat,dikit-dikit bid ngah..
    Sesama sodara koq saling menyesatkan..?
    Hanya menghimbau saja,lebih baik berjuang membentengi diri & keluarga dari sasaran tembak misionaris yang nyata2 mengarahkan senjatanya (pengobatan gratis,sembako,dll) ke arah muslimin awam,dengan belajar agama & mendekat kepada ulama.Itu saya rasa lebih baik dari pada ribut2 menge-cap SESAT ke sesama sodara.
    Ya wajar saja setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda,krna setiap orang diciptakan berbeda.Dan karena perbedaan itulah,Alloh menunjukkan kepada seluruh umat manusia,bahwa Islam adalah Rohmatan lil alamin…
    Ayo,sesama umat Islam rapatkan barisan,turut berjuang membendung serangan misionaris & pluralis yg semakin taktis…

    • mohamad natsir31/05/2012 at 11:35Reply

      Ini nasehat baik,sangat baik,sungguh patut ditaati

  7. Triyono01/03/2012 at 07:29Reply

    Setiap muslim adalah saudara. Jadi kita sesama saudara harus saling menasehati. Apa yang haq harus kita katakan haq,perbuatan yang SESAT harus kita katakan SESAT. Timbulnya firqoh-firqoh dalam islam karena menyelisihi manhaj para sahabat & menyelisihi sunnah yang telah Rasulalloh sampaikan kepada umat yang terbaik. Rasulalloh telah bersabda bahwa umat islam akan pecah menjadi 73 firqoh. 72 firqoh terancam neraka & 1 firqoh dijanjikan surga. Rasulalloh berpesan agar kita umatnya mengikuti beliau & para sahabatnya agar selamat. Jadi firqoh yang selamat adalah firqoh yang manhajnya mengikuti manhaj/cara beragama para sahabat. Barang siapa yg diberi petunjuk oleh Allah maka tidak akan ada manusia yg dapat menyesatkannya, akan tetapi barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak akan ada manusia yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.

  8. tadzo02/03/2012 at 00:00Reply

    orang whabi diladeni..uda tau keras kepala..sok tau..sok paling benar..tekstualis..pasti mulutnya ngga jauh2 dari syirik, kafir, sesat, bid’ah..

  9. Triyono05/03/2012 at 03:31Reply

    FIR’AUN adalah makhluk pertama yang mengingkari / tidak percaya bahwa Dzat Allah berada diatas langit sebagaimana telah disebutkan dalam Al Qur’an :

    1. QS. Al Qashash : 38
    “Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.”

    2. QS. Al Mu’min : 36 – 37
    36. “Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,
    37. “(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.”

  10. Pegon07/03/2012 at 05:49Reply

    mas Triyono bagaimana anda memahami ayat yang disampaikan itu???? jelas secara tektualis saja bahwa firaun itu menyangka Allah SWT itu di atas maka dia menyuruh haman untuk membuat bangunan tinggi biar bisa melihat tuhan sebagaimana anggapan firaun itu. sama sekali bukan firaun mengingkari jika tuhan itu di atas tapi menyangka tuhan di atas langit, sama dengan pemahaman anda. buat apa firaun menyuruh membangun bangunan tinggi jika firaun mengingkari tuhan di atas tempat yang tinggi????
    dan siapa yang memfitnah imam abu hasan al -asy’ari?? justru paham beliau yang menyucikan Allah dari tempat, arah dan sifat2 makhluknya itu sebagai teologi dasar kaum aswaja -yang di indonesia ikuti oleh para walisongo, habaib, nu, nahdlatul wathon, al wasliyah dll – bagaimana bisa menuduh sarkub memfitnah beliau itu, jika kami mengambil pahamnya? justru anda yang memfitnah beliau jika menganggap beliau berpaham Allah SWT itu di tempat tinggi, duduk di arsy dengan mensifati seperti duduknya makhluk. dan anda katakan sesat orang yang tidak mengikuti sahabat?? shalat tarawih 20 rekaat itu atas amalan sahabat Umar r.a sedangkan kami yang mengamalkan itu dibilang gak mengikuti sunnah dan sahabat…aneh golongan anda itu..

  11. Triyono07/03/2012 at 16:46Reply

    Bukti ayat-ayat Al Qur’an yg menyatakan bahwa Dzat Allah beristiwa’ di arsy :

    1. QS. Al Hadiid : 4
    “ Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

    2. QS. Al A’raaf : 54
    “ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”

    3. QS. Thaahaa : 5
    “ (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy.”

    4. QS. Yunus : 3
    “ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? “

    5. QS. Ar Ra’d : 2
    “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.”

    6. QS. Al Furqan : 59
    “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.

    7. QS. As Sajdah : 4
    “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

    Bukti ayat-ayat Al Qur’an yg menyatakan bahwa Dzat Allah berada diatas langit :

    1. QS. Al A’laa : 1
    “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi”

    2. QS. Al Mulk : 16 – 17
    16. “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?,
    17. “atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? “

    Kita lihat saja apa jawaban Imam Malik bin Anas (Imam Darul Hijrah)saat ditanya tentang ayat tsb. “Bahwa istiwa’dipahami bersemayam,bagaimana caranya tidak diketahui,mengimani adalah wajib menanyakannya adalah bid’ah.”

  12. Triyono07/03/2012 at 17:16Reply

    Untuk mas Pegon… Kita diperintahkan Rasulalloh untuk mengikuti manhaj para sahabatnya biar selamat,bukan mengikuti para walisongo,habib ataupun NU. Bukan berarti bahwa kita meninggalkan ajaran mereka semua,kalau benar sesuai syariat kita ikuti tapi kalau menyimpang dari syariat yg Rasulalloh ajarkan ya harus kita tinggalkan. Imam Abu Hasan Al-Asy’ari pada awalnya bermanhaj mu’tajilah,tapi pada akhir hidupnya beliau telah rujuk pada manhaj salaf sebagaimana pengakuan beliau dalam kitabnya al ibanaj. Jadi imam Abu Hasan Al-Asy’ari telah lepas dari apa yg anda tuduhkan. Mengenai shalat tarawih yg 20 rekaat ada islilaf dari para ulama,dalam kitab al muwatho’karangan imam malik disebutkan bahwa pada jaman Umar manusia sholat 20 rekaat. Itu bukan berarti Umar shalat 20 rakaat. Dan riwayat ini setelah diteliti para ulama ternyata dhaif/lemah. Sedangkan dalam riwayat yg shahih Umar memerintahkan sahabatnya mengimami manusia shalat 8 rekaat, dan Rasulalloh sendiri shalat 8 rekaat dengan 3 rekaat witir,tidak lebih dari itu.

  13. Triyono07/03/2012 at 19:57Reply

    Untuk semua manusia yg mengingkari & tidak percaya bahwa Dzat Allah berada diatas langit / istiwa’ diatas arsy sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an. Coba pada saat antum-antum semua berdo’a memohon pada Allah, Tanya hatimu ketika antum berkata Yaa Allah… Kemana perginya hati antum-antum semua. Kebawah…kesamping…kebelakang… atau keatas… Hati kita akan pergi keatas. Itulah fitrah pada setiap makluk,tidak ada yg mengingkari ini kecuali manusia yg telah rusak fitrahnya.

  14. Aji Saka07/03/2012 at 21:54Reply

    Klo bumi datar emang atasnya sama baik di Indonesia maupun di amirika atau dikutub bahkan dimanapun berada, tapi masalahnya ternyata bumi ini bulat jadi kira2 atas itu sebelah mana yaa…,klo nggak salah pada saat sujud terakhir kita juga boleh berdoa…mungkin Tuhan lagi bersemayan dalam bumi ….mohon pencerahan gan…

  15. Triyono08/03/2012 at 07:30Reply

    Untuk Mas Aji Saka… Bumi ini diciptakan Allah berbentuk bulat sebagai tempat hidup manusia sampai hari kiamat ditegakkan sebagaimana telah difirmankan Allah dlm Al Qur’an. Terus dimana atas dan dimana yg bawah ? Dimanapun tempatnya dibelahan bumi ini manusia berdiri,maka kearah atas dari kepalanya adalah atasnya,sedangkan kearah bawah dari telapak kakinya adalah bawahnya. Karena titik terendah dari bumi adalah dipusat bumi. Misalnya kita buat lobang kedalam permukaan bumi sampai tembus ke permukaan bumi yg baliknya, maka bila kita jatuhkan suatu benda kelobang itu maka benda itu tidak akan muncul dari lobang yang dibelahan bumi baliknya karena benda itu akan berhenti pada titik tengah-tengah bumi. Jadi setiap tempat mana dibelahan bumi manusia berpijak maka dapat diketahui mana atas & mana bawahnya. Tentang berdo’a ketika kita bersujud dalam sholat telah dijelaskan dlm sebuah hadits bahwa sedekat-dekatnya hamba dengan Rabbnya adalah ketika hamba sedang sujud dalam sholat,maka ketika sujud dalam sholat kita disunnahkan untuk banyak berdo’a. Marilah kita banyak berdo’a & belajar agar dimudahkan dalam memahami islam yang haq ini.

  16. Triyono08/03/2012 at 08:04Reply

    Untuk Tim Sarkub dan danyang-danyangnya… Antum-antum semua mendakwahkan sebuah aqidah yg sangat besar tentang keberadaan Dzat Allah. Dan antum mendakwahkan kepada Umat bahwa Dzat Allah ada tanpa tempat & arah dgn mengambil dalil dari aqidah imam abu hasan al -asy’ari,padahal aqidah beliau jauh dari apa yg antum dakwahkan pada umat itu. Mengapa antum tidak mengambil aqidah dari aqidahnya Imam malik,Imam Ahmad,Imam Syafi’i,Imam Hanafi atau aqidahnya para sahabat atau aqidahnya Rasulalloh. Jadi secara tidak langsung antum-antum semua telah melecehkan beliau-beliau (4 imam besar,para sahabat & Rasulalloh) yang seolah-olah beliau-beliau ini tidak mengetahui aqidah yg besar ini. Aku nasehatkan pada antum-antum semua… Takutlah pada azab Allah didunia maupun diakherat nanti,jangan bodohi saudara-saudara sesama muslim yg kurang ilmunya,kembalilah pada ajaran islam yg haq yg dibawa Rasulalloh,hentikan fitnah-fitnah & hujatan-hujatan pada ulama-ulama yg antum anggap ulama wahabi padahal mereka-mereka telah mendakwahkan agama islam yg haq,agama tauhid yang jauh dari syirik & bid’ah jika antum-antum semua ingin mengharap berjumpa dengan Wajah Allah diakherat nanti. Mudah-mudahan Allah memberikan keikhlasan & kemudahan pada hati kita semua dalam menerima & memahami islam yg haq ini.

  17. aswaja selalu09/03/2012 at 04:22Reply

    @Mas Tri…memangnya ulama2 4 Mahzab keyakinan akidahnya gimana? sama dengan wahabiyyun? melecehkan mereka? wah hebat nih mbah wahabiyun yg satu ini, dah pintar menasehati, dah paling benar dan pintar yah??? wahabiyyun mahzabnya kpd 4 ulama Mahzab? tidak kan??? mahzabnya kepada MAW kan??? haduuuuuuh…..

  18. Triyono09/03/2012 at 13:56Reply

    Pendapat saya yg saya sampaikan, bila sesuai syariat & tidak menyelisihi Al Qur’an & Rasulalloh ikuti & dukung, tetapi bila menyelisi Al Qur’an & Syariat yg Rasulalloh sampaikan pada manusia maka campakkan kedalam tempat sampah. Sebagaimana Imam Syafi’i berwasiat… “Bila pendapatku menyelisihi Al Qur’an & Assunnah maka lemparkan pendapatku ke tembok”. Jadilah manusia yg terkenal diantara para penghuni langit,jangan jadi manusia yang terkenal dikolong bumi tapi dihinakan oleh para penghuni langit. Pendapat saya yg saya sampaikan, bila sesuai syariat & tidak menyelisihi Al Qur’an & Rasulalloh ikuti & dukung, tetapi bila menyelisi Al Qur’an & Syariat yg Rasulalloh sampaikan pada manusia maka campakkan kedalam tempat sampah. Sebagaimana Imam Syafi’i berwasiat… “Bila pendapatku menyelisihi Al Qur’an & Assunnah maka lemparkan pendapatku ke tembok”. Jadilah manusia yg terkenal diantara para penghuni langit,jangan jadi manusia yang terkenal dikolong bumi tapi dihinakan oleh para penghuni langit.

    • zahra13/03/2012 at 13:49Reply

      Karena pantangan “tamakkun” (tidak ingin menyatakan bahwa Allah itu “menempati tempat”), sifat istiwâ’ dan nuzûl akhirnya ditakwilkan sebagai istîlâ’ (“berkuasa”) dan nuzûlu’r-rahmah (“turunnya rahmat”) bukan “bersemayam” dan “turunnya Allah”. Inilah pandangan teologis asy’ariyah yang mengambil dasar dari filsafat Yunani.
      Benturan dengan pantangan ini juga membuat munculnya perspektif baru dalam teologi Asy’ariyyah yang menyatakan bahwa Allah itu “laysa dâkhila’l ‘âlam walâ khârijahu” atau “laysa muhâyitsan li’l ‘âlam walâ mubâyinan lahu” (“tidak berada di alam dan tidak juga di luar alam”). Absurditas perspektif ontologis ini masih ditambah lagi dengan pandangan bahwa proses “ru’yatullâh” (“proses Ahli Surga melihat Allah”) di Akhirat nanti tidaklah terjadi dengan penghadapan wajah mereka ke Allah, akan tetapi sekedar “ziyâdatu’l kasyfi wa’l bayân“ yang berarti sekedar penciptaan ‘gambar Allah’ di mata mereka. Lalu menurut antum dimana Allah ya akhi ?

  19. Mr. X19/05/2012 at 20:06Reply

    susah klo org yg nrjmhin/tafsirin dalil hnya kopas doang.
    ga tw apa maknany, jdi nglantur dah.
    tpi mau di apain lgi.
    lah wahabisme itu keras kepala.

  20. Mas Derajad19/05/2012 at 22:16Reply

    السلا م عليكم ورحمةالله ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
    Saudaraku semua untuk memahami keadaan dan keberadaan Allah sebaiknya kita landaskan diawal yaitu kedalaman Qur’an Surat Al Ikhlas. Disitu menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Disitu juga disijelaskan bahwa “Tiada sesuatu/mahluk menyamai-Nya”. Bagaimana mungkin Allah (Al Khaliq) sama dengan makhluq. Dus, apakah pantas kita menyebutnya bertempat?
    @Triyono anda sering membawa-bawa nama Imam Mazhab terutama Imam Syafi’i sedangkan anda sendiri ingkar. Sungguh kebohongan yang nyata.

    Kebenaran hakiki hanya milik Allah

    Hamba Allah yang dhaif

    Dzikrul Ghafilin bersama Mas Derajad

  21. vebro24/10/2012 at 06:41Reply

    sarkub ujung tombak anti teror aqidah tetaplah maju !!! hoook yaaaaa !!!

  22. awa24/07/2016 at 10:24Reply

    Kita itu satu
    bukan satu satu
    Kita islam
    Kita mencintai allah
    Menginginkan keridloan allah
    Ingin mengikuti rasulullah
    Ingin menjadi hamba yang sholih
    Yang ridlo pada allah dan allah ridlo pada kita
    Gag ada yang beda
    Hanya ilmu dari mana kita dapat yang membuat kita seakan akan beda

    Tulus ikhlas lah mencintai allah dan apapun yang allah kehendaki
    Perbedaan antara kita adalah kehendak allah
    Keyakinan kita yang berbeda adalah kehendak allah
    Maka cintai itu
    Islam membawa kedamaian, rahmatan lil alamin itu pasti.
    So, cintai sahabatmu, cintai saudaramu,

Tinggalkan Balasan