Ibn Taimiyah Menganggap Baik Dzikir dengan Tasbih, Albani Membid’ahkannya

Sarkub Share:
Share

tasbihPerbedaan Pendapat Antara Ibn Taymiyyah yang Memandang Baik Penggunaan Tasbih dan al-Albani yang Memandangnya sebagai Bid'ah Sesat

Masalah ini termasuk masalah-masalah cabang (furu- 'iyyah) dan bukan termasuk masalah-masalah prinsip akidah (ushul). Saya ingin mengetengahkannya dalam risalah kecil ini. Hal tersebut agar pandangan para penuntut ilmu tertuju pada satu hal, yaitu bahwa sebagaimana pandangan Ibn Taymiyyah, al-Albani dan para propagandis salafi yang lain berbeda pendapat dalam pokok-pokok akidah, mereka juga berbeda pendapat dalam cabang masalah-masalah fiqih. Dengan demikian, setelah itu kita tidak tahu mengapa al-Albani memerangi, memusuhi, mencela, dan me­mandang sesat setiap orang yang bertentangan dengannya dalam masalah apa pun, baik yang kecil maupun yang besar dan berpura-pura lupa pada perbedaan pendapat dalam masalah-masalah akidah yang terjadi di antara dirinya dan Ibn Taymiyyah. Apa yang mbungkamnya dari penilaian sesat terhadap Ibn Taimiyah sebagaimana menilai sesat lawan-lawannya yang lain dan tidak bersikap ramah kepada mereka seperti sikap ramah kepada Ibn Taymiy­yah yang merupakan sesama aktivis wahabi dan lain-lain. Apakah itusadalah uang yang kem- bali dari proses-proses perniagaan di beberapa negeri yang merindukan Ibn Taymiyyah dan memandangnya sebagai pemimpin para pemimpin, atau apa?

Apakah al-Albani kehilangan keberanian ilmiah dan etika untuk berbicara tentang Ibn Taymiyyah sebagaimana dia berbicara tentang lawan-lawannya yang lain?

Masalah Tasbih

Dalam al-Fatawa (22: 506), Ibn Taymiyyah berkata dalam teks berikut:

"Menghitung tasbih dengan jari adalah Sunnah. Nabi saw berkata kepada kaum perempuan, 'Bertasbihlah dan berhitunglah dengan jari kareni jari itu akan ditanya dan dijadikan bisa bicara.' Adapun menghitungnya dengan biji, kerikil, dan sebagainya adalah baik. Di antara para sahabat, ada yang melakukan hal itu. Nabi saw pernah melihat Ummul mu’minin bertasbih dengan kerikil dan beliau membiarkannya. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah juga bertasbih dengan kerikil."

"Tentang bertasbih dengan benda-benda yang diuntai, dia berkata bahwa itu adalah baik, tidak makruh."

(Kesimpulannya) jika orang yang melakukannya itu memiliki niat yang baik (baca: ikhlas) maka berzikir dengan menggunakan biji tasbih adalah perbuatan yang baik dan tidak makruh.

As-Syaukani, dalam bukunya Naylul-Awthar:

berkata dalam teks berikut: "Dua hadis yang lain yakni hadis dari Sayyidah Shafiyah dan Sa'ad menunjukkan bolehnya menghitung tasbih dengan biji dan kerikil. Demikian pula dengan tasbih, karena tidak ada perbedaan. Ini berdasarkan tidak adanya larangan Nabi saw. kepada dua perempuan yang melakukan hal tersebut. Menunjuk­kan pada sesuatu yang lebih utama tidak bertentangan dengan bolehnya."

Penolakan Keras Nashiruddin Al-Albani terhadap Tasbih

Al-Albani menganggap tasbih sebagai bid'ah mungkar dan menyebut orang yang menulis buku tentang kesunnahannya adalah termasuk bagian dari mereka. Hal itu dapat Anda temukan dalam ucapan dan takhrij al-Albani terhadap hadits: "Sebaik-baik yang mengingatkan adalah tasbih…" pada jilid 1 bukunya adh-Dhaif (1: 110-117, cetakan lama, dan 1: 184-193 cetakan baru):

“berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid’ah/ sesat”

Silakan dipikirkan! Ibn Taimiyah yang merupakan soko guru Wahabi menganggap baik pemakaian tasbih namun al-Albani yang sesama Wahabi menolak keras dengan menganggap berdzikir dengan tasbih adalah bid'ah sesat. Na'udzubillah!. Begitulah dimana-mana yang namanya ajaran sesat itu selalu tidak luput dari kontradiksi, termasuk ulama-ulama (wahabi)-nya sendiri.

Lalu bagaimana Ibn Taymiyyah dan asy-Syaukani tidak disesatkan oleh al-Albani saja?, sementara ulama terkini yang mengatakan kesunnahannya dianggap termasuk ahli bid'ah dan pengikut hawa nafsu? Mengapa ada pemihakan?

 

Dikutip oleh Tim Sarkub (www.sarkub)
dari al-Maktabah at-Takhashshushiyyah li Radd 'ala al-Wahhabiyah karya Syaikh Hasan Ali Saqqaf

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

7 Responses

  1. Alif Hayah16/05/2013 at 23:27Reply

    Bisa dibayangkan, pengikut Ibn Taimiyah dan Albani saat ini pasti pusing. Pengikutnya yang paling terdepan adalah mereka yang telah dapat melihat hanya hitam dan putih saja, mengkafirkan sesama muslim, menghakimi sesat, ahli bid’ah dan lainnya. Intinya, mereka itu berotak B/W alias black and white

  2. juhaiman22/05/2013 at 06:21Reply

    yaa sekalian gunakan tasbih seperti ini

    http://www.google.co.id/search?q=rosario&bav=on.2,or.r_qf.&bvm=bv.46751780,d.bmk&biw=1280&bih=561&um=1&ie=UTF-8&hl=id&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=fACcUeT3JdHKrAeuyIDICg#imgrc=GBRt6hmTHwNybM%3A%3BB1Pelos16nW5hM%3Bhttp%253A%252F%252Fupload.wikimedia.org%252Fwikipedia%252Fid%252Fthumb%252F7%252F71%252FRosario_sederhana.jpg%252F220px-Rosario_sederhana.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fid.wikipedia.org%252Fwiki%252FDoa_Rosario%3B220%3B220

  3. abu aliya27/05/2013 at 03:07Reply

    Klo diperhatikan situs ini emang sengaja tujuannya untuk mencaci manusia…..
    yuk saya ajarin ilmiah yg punya situs…..
    Denger baik2 yg SARKUB…

    Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a, dia berkata, “sekelompok kaum muslimin berzikir menggunakan buah kurma dalam sebuah masjid, kemudian Ibnu Mas’ud r.a berkata kepada mereka, “Celaka kalian! Adakah Rasulullah SAW mengajarkan demikian, demikian….??? Ada apa dengan jari-jari tangan kalian…??? ( atsar dikeluarkan Imam Muslim. Ibnu Majah, dll )

    Apakah Ibnu Taimiyah dan Syaikh Al Albani yg kalian permasalahkan ijtihadnya lebih anda utamakan pendapatnya dari Sahabat Rasulullah SAW Ibnu Mas’ud r.a…????? Berpikirlah wahai bapak2 yg suka mencela tanpa ilmu!!!!!

    Itu salah satu atsar hadist yg saya kemukakan dari ratusan atsar shahih tentang perkara2 yang kalian anggap baik, tetapi menurut para sahabat r.a tidak baik…kalian mau ambil yg mana? bagaimana kalian mengambil agama????

  4. senyum05/06/2013 at 17:16Reply

    Ohhhh begitu yaaa dalil mengenai tidak di bolehkannya menggunakan biji2 tasbih…..
    Waduuuh Sarkub mengapa kamu berdusta ?

  5. papuq jogang12/06/2013 at 04:09Reply

    karena penuh kontradiksi…maka layak dimasukkan keranjang sampah..

  6. Jimi Roy23/11/2013 at 23:38Reply

    aha begitu aja dipikirin, jika iman kita sehat, nggak usah dipikirin perbedaannya, carilah persamaannya, lupa kali sama ayat Allah, bahwa setiap orang sudah diberikan kadar kemampuannya, orang semua Allah nyang ngasih kok pada ribut sih, nggak ada yang pinter agama didunia ini kecuali Allah( S.23:62),Walaa nukallipu nafsan illaa wus`ahaa, waladainaa kitabun yanthiqu bilhaqqi wahum laa yudzlamuuna), berpendapat jika sesuai dengan kitabullah tidak akan berdosa, apa bedanya alat tasbih dengan tangan sama-sama benda kan (cobalah potong tangan ente jadiin tasbih bisa kan kalau ente mau), kan yang sampai kepada Allah bukan alat tasbih atau tangannya, tetapi buatannya, pergi haji menggunakan pesawat kan, apa pesawatnya yang sampai syurga, tidak kan…perbuatan hajinya<tasbih, tangan, pesawat terbang hanyalah pasilitas saja dalam mengantarkan kita berbuat baik kepada Allah, yang penting ikhlashnya dan taqwanya, koko segitu aja dipikirin, orang mukmin nggak kehabisan ulil AlBaab.gunain dong Wattaquuniyaa ulil albaab

  7. Akky14/09/2014 at 17:19Reply

    Kira-kira Syekh Ibnu Taimiyah tahu gak tentang Atsar dari Ibnu Mas’ud? Klo beliau tidak tau bagaimana bisa? Masa beliau bisa kalah dengan kita yg di bantu Mbah Google? Padahal sekaliber beliau tidak mungkin berfatwa tanpa riset yg mendalam. Klo beliau tau bagaimana bisa beliau bisa berbeda pendapatnya? Ataukah beliau punya pertimbangan yg kita tidak tahu, yg kalau kita tau alasannya membuat kita mengerti atau memahami pendapat beliau. Hal yang sama dengan Syekh Al Albani, kira-kira beliau tahu gak dengan fatwa Syeikh Ibnu Taimiyah? Lalu dimanakah letak adab ahli ilmu kalau sampe saling menyesatkan? Sedih euy.. Yang menarik ketika ada perbedaan pendapat antara ulama kekinian dengan sahabat, ada pertanyaan lebih benar mana ulama tersebut dengan sahabat? Kemudian ketika sahabat berbeda dengan Nabi, lebih benar mana sahabat dengan Nabi? Seolah-olah Sahabat dan para ulama tidak tau, tidak mengerti, tidak becus yang harusnya mereka adalah orang yg paling alim dan mengamalkan sunnah dengan sebaik-baiknya. Siapakah kita yg sampe menganggap “bodoh” mereka? Bukankah lebih baik kita berprasangka baik kepada mereka, barangkali mereka memiliki alasan kuat yg kita tidak tahu. Sebagai orang awam alangkah baiknya bila kita menghormati perbedaan pendapat tsb yg kita yakini pendapat tersebut bukan dari hawa nafsu tapi dari penelitian mereka yg sungguh-sungguh terhadap Al Qur’an dan Sunnah. Wallahua’lam

Tinggalkan Balasan