Hamparan Pahala Allah SWT Maha Luas dan Agung

Sarkub Share:
Share

ilustrasi-ziarah-kuburDalam Tausiah memperingati 40 hari wafatnya ayahku malam minggu kemarin, selain membaca surah Yassin, Tahlil dan kalimat-kalimat thoyibah, diselingi pula dengan tausiah seorang ustadz, yang di dalamnya banyak mengandung nasihat dan peringatan baik bagi kita yang masih hidup dan apa kewajiban kita terhadap orang-orang yang sudah mendahului kita. Dalam tausiahnya beliau mengupas Hadts sebagia berikut :

Dari Abu Hurairoh, Rasulullah SAW bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Imam Bokhori dan Muslim)

Syarah Hadits di atas maksudnya adalah paling tidak/minimal/setidak-tidaknya kita harus memiliki ketiga asset di atas, bukan berarti bila suaminya meninggal, istrinya tidak dapat mendoakan atau sebaliknya, juga bukan berarti tetangga, saudara, dan kerabatnya tidak bisa mendoakannya. Kasihan sekali bila orang yang mati tersebut tidak memiliki keturunan sama sekali, sehingga tidak ada yang bisa mendo'akannya.

Analoginya seperti ini, bila kita berangkat ke Bandung paling tidak harus mempunyai ongkos seratus ribu rupiah, adapun di jalan ada teman yang baik hati membayari kita atau tiba-tiba ada yang kasih uang sama kita itu merupakan karunia yang Allah berikan pada kita.

Sungguh sempit pemikiran saudara-saudara kita yang menganggap bahwa do'a, sedekah, bacaan-bacaan Al-Qur'an, pembacaan Talqin mayyit tidak berguna sama sekali bagi orang yang mengirimkan hal-hal di atas tidak akan sampai kepada si mayyit. Bagi orang-orang yang menganggap selain ketiga di atas tidak berguna atau tidak sampai, maka apabila dia mati seluruh apa yang mereka yakini  apabila ada teman, kerabat, saudara yang mengirimkan do'a dan sebagainya TIDAK AKAN SAMPAI kepada si mayyit, karena sesuai dengan prasangkanya.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits Qudsi:

أَنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِيْ بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

"Sesungguhnya Allah  berfirman: "Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku."

[HR.Turmudzi]

Jika Nabi SAW berkhutbah dan berdo'a dan hingga sekarang selalu dilakukan oleh seluruh ulama secara ijma' :

Allahummaghfir lilmuslimin wal muslimat al ahyaai minkum wal amwaat, apakah itu sia-sia? karena Nabi bukan putranya muslimin dan muslimat? Dan berarti tidak berguna jama'ah yang mendo'akan mayyit ketika kita melakukan shalat janazah karena jama'ah tidak semuanya anak-anak si mayyit? Bahkan jama'ah membaca do'a Allahumma laa tahrimna ajrohu walaa taftina ba'dahu (Yaa Allah jangan Engkau halangi kami akan pahala yang kami hadiahkan kepadanya, dan jangan Engkau repotkan kami setelah kematiannya. Apakah  semua itu sia-sia?

Maka saudara-saudaraku janganlah persempit hamparan pahala yang ALLAH SWT berikan kepada kita, dimanapun kita bisa memproduksi pahala, walau kita nongkrong di diskotik dengan maksud untuk mengajak saudara-saudara kita kembali kepada jalan yang lurus, sehingga ia bertobat.

Sungguh Indah Ajaran Aswaja sehingga kita bisa memperoleh banyak pahala baik untuk dirinya sendiri maupun untuk saudara-saudara kita yang masih hidup dan sudah tiada.. Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin..

Wallohu 'alam bisshowab

Dikutip oleh tim sarkub dari Tausiah "Orang Baik-baik" dalam Acara Tahlilan ke 40, di Kota Hujan..

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan