Bahaya Aliran Kebatinan

Sarkub Share:
Share

» Wawancara dengan Ust. Muhammad Idrus Ramli
 
Aliran kebatinan sejak lama selalu menjadi duri di tengah-tengah masyarakat Islam. Kehadiran kebatinan di berbagai daerah di Indonesia, selalu mengancam integritas umat, karena aliran ini masih mendaku sebagai bagian dari Islam, dan merekrut pengikut-pengikut dari umat Islam. Untuk mengintip hal-ihwal aliran ini secara lebih detail, Moh. Achyat Ahmad dari Buletin SIDOGIRI mewawancaraiUst. Muhammad Idrus Ramli, aktivis NU di Jember yang getol memerangi aliran kebatinan di daerahnya. Simak selengkapnya:
 
Bisa dijelaskan pengertian kebatinan secara umum?
Pengertian kebatinan berbeda-beda, tergantung ke mana kita membicarakan. Kalau yang dimaksud adalah aliran batiniyah seperti yang sering kita baca dalam kitab-kitab klasik, maka pengertian kebatinan identik dengan aliran yang mengatakan bahwa ajaran-ajaran agama memiliki dua makna, yaitu makna lahiriah seperti yang dipahami oleh kaum Muslimin, dan makna batin yang hanya dipahami oleh orang-orang kebatinan. Mereka mengatakan bahwa pemahaman kaum Muslimin adalah pemahaman awam, sementara pemahaman mereka sendiri adalah pemahaman orang-orang khawâsh, hebat dan istimewa.
Tetapi kalau kebatinan versi Indonesia, maksudnya adalah orang-orang yang berpandangan bahwa dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama seperti salat, zakat dan lain-lain itu cukup di hati saja, di dalam batin saja.
 
Ciri-ciri umum kebatinan seperti apa?
Ciri-ciri umum kebatinan itu, baik yang di Indonesia maupun yang di bagian lain dunia Islam, adalah ta’thîlusy-syara’i‘, membatalkan ajaran-ajaran agama. Tidak wajib salat, puasa, zakat dan lain-lain. Bahkan semua larangan agama dianggap tidak ada. Karenanya Imam Abu Nu’aim al-Ashfihani, ulama sufi dan hâfizh pada abad kelima Hijriah, menganggap kebatinan itu mubâhiyyûn, serba boleh melakukan apa saja, seperti beliau tulis dalam pembukaan kitab Hilyatul -Auliyâ’. Hadhratusysyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam Risâlah Ahlussunnah wal-Jamâ‘ah-nya juga menganggap mereka ibâhiyyûn, serba boleh dan liberal.
 
Bisa disebutkan ajaran-ajaran sesat aliran kebatinan selain yang Anda sebutkan tadi?
Banyak sekali. Misalnya kewajiban-kewajiban agama seperti wudhu’, salat, zakat dan lain-lain itu cukup di batin saja, tidak perlu pelaksanaan riil. Mencium istri orang, asal diniati istri sendiri, boleh. Bahkan larangan-larangan agama seperti zina, homosex, minuman keras, menikahi mahram sendiri itu dibolehkan. Pada intinya, menurut kebatinan, ajaran-ajaran agama itu tidak ada.
 
Bagaimana para ulama memberikan vonis hukum untuk aliran ini? Dan seperti apa reaksi mereka terhadap aliran ini?
Para ulama mulai dari dulu sampai sekarang sepakat kalau kebatinan itu sebenarnya bukan Islam. Coba Anda baca pernyataan Imam Abu Nu’aim, Abu Manshur al-Baghdadi, Abu al-Muzhaffar al-Asfarayini, Imam al-Ghazali dan lain-lain, semuanya sepakat bahwa kebatinan itu aliran di luar Islam, yang lebih berbahaya bagi umat Islam daripada agama Yahudi, Kristen dan Majusi. Bahkan Kiai Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa kebatinan itu kekufuran, kezindiqan dan kesesatan.
 
Apakah aliran ini muncul dari dalam masyarakat Islam sendiri atau merupakan ajaran yang menyusup dari luar?
Latar belakang aliran kebatinan memang bermacam-macam. Ada yang memang berasal dari ajaran luar Islam, seperti agama Majusi di Persia (Iran). Pada awal-awal lahirnya kebatinan, ada orang-orang Majusi yang memeluk Islam karena terpaksa, dan kemudian berupaya menyusupkan ajarannya ke dalam Islam.
Di negara kita, ada juga orang-orang Islam yang masih kental dengan tradisi sebelumnya di Tanah Jawa, seperti tradisi Hindu dan Budha, kemudian karena mereka tidak sempat mendalami ajaran Islam, kepercayaan kuno itu mereka bawa ke dalam Islam, dan akhirnya jadilah ajaran-ajaran seperti kejawen dan semacamnya.
Banyak juga yang mengikuti ajaran kebatinan karena faktor ekonomi. Beberapa tokoh kebatinan yang membuka praktik pengobatan alternatif (dukun) sering menerima pengaduan dari masyarakat tentang kondisi ekonomi mereka yang sulit, dan akhirnya diberi solusi ajaran-ajaran kebatinan, misalnya kalau ingin kaya tidak perlu salat, tapin cukup eling atau salat di batin saja, dan sebagainya.
 
Dalam sejarah Islam, sejak kapan aliran kebatinan muncul di dunia Islam?
Para sejarawan mencatat bahwa lahirnya kebatinan dalam Islam terjadi pada masa-masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun al-‘Abbasi dan tersebar luas pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah al-‘Abbasi. Orang-orang Iran yang tidak mampu melepaskan diri dari ajaran-ajaran Majusi yang menjadi kepercayaan mereka sebelumnya, punya ide untuk menginfitrasikan ajaran tersebut ke dalam Islam. Kemudian mereka mencari celah untuk memasukkan ajaran tersebut ke tengah-tengah komunitas Muslim. Akhirrnya mereka menemukan bahwa aliran Syiah-lah celah yang paling mudah untuk memasukkan ajaran itu ke dalam masyarakat Islam. Karenanya ajaran kebatinan identik dengan Syiah Isma’iliyah dan pecahan-pecahannya seperti Nushairiyah dan Duruz, yang sekarang masih berkembang di Syria dan Lebanon.
 
Mengapa kebatinan dalam Islam identik sekali dengan sekte Syiah?
Sekte Syiah memang ladang yang paling subur dalam penyebaran berbagai ajaran yang menyimpang dari Islam. Karena mereka sangat kental dengan kepercayaan-kepercayaan yang tidak rasional, seperti kultus individu terhadap para imam Syiah yang mereka anggap maksum seperti halnya para nabi, memiliki ilmu pengetahuan seperti para nabi dan malaikat, dll. Di samping itu, kekalahan Syiah yang bertubi-tubi dalam percaturan politik dan pemikiran Islam menghadapi kelompok-kelompok di luar mereka, terutama mayoritas kaum Muslimin Ahlusunah Wal-Jama’ah, menjadikan ideologi dan kejiwaan Syiah sangat labil, sehingga mudah menerima ajaran-ajaran baru, terutama yang menjanjikan kemenangan kelompok mereka.
 
Kebatinan konon juga banyak diselundupkan melalui ajaran tarekat dan tasawuf. Bisa dijelaskan lebih jauh mengenai hal ini?
Memang kebatinan selain memasuki ranah ideologi umat Islam melalui pintu sekte Syiah, juga harus kita akui, kebatinan juga masuk melalui pintu ajaran tasawuf. Tetapi bukan dalam pengertian ajaran tasawuf itu identik dengan kebatinan. Maksudnya kebatinan itu menjadikan ajaran tasawuf sebagai kedok menjustifikasi ajarannya. Pada masa-masa Imam al-Junaid al-Baghdadi, yang menyandang gelar Syaikh ath-Thâ’ifah ash-Shûfiyyah (Tuan Guru Kaum Shufi), sudah ada sebagian orang yang mengklaim sebagai pengikut sufi yang punya ajaran bahwa mendekatkan diri kepada Allah I itu cukup dengan diam dan berfikir, tanpa melakukan salat, ibadah dan semacamnya.
 
Biasanya aliran kebatinan ini tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat dengan kondisi sosial seperti apa?
Menurut pengamatan saya aliran kebatinan biasanya tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang lemah ilmu agama dan lemah ekonomi. Daerah-daerah yang tidak ada ulama kharismatik dan lemah ekonomi mudah sekali dimasuki aliran kebatinan dan aliran-aliran lain. Kita lihat kebanyakan pengikut kebatinan yang aktif dalam acara-acara ritual mereka seperti ketika malam Jumat Legi misalnya, itu rata-rata diikuti oleh mereka yang lemah ilmu agama dan lemah ekonomi. Kâdal-faqru an yakûna kufran (kelemahan ekonomi itu dekat dengan kekafiran).
 
Sejak lama di beberapa daerah Indonesia menyebar paham kebatinan, namun anehnya tak jarang ia diajarkan dan disebarkan oleh tokoh masyarakat atau kiai yang notabene telah memiliki pemahaman mendalam soal Islam. Bagaimana fenomena ini bisa terjadi?
Memang terkadang ada orang yang sudah ditokohkan oleh masyarakat terjebak dalam ajaran kebatinan, karena faktor ekonomi. Dengan mendirikan ajaran kebatinan ia bisa mengumpulkan banyak anggota di sekitar dirinya yang nantinya akan dapat mendatangkan pendapatan pribadi. Saya kok kurang percaya kalau tokoh-tokoh kebatinan itu punya pemahaman yang mendalam tentang Islam. Kata Kiai Hasyim Asy’ari, sejak dulu orang-orang kebatinan tidak pernah memiliki pemimpin dengan pemahaman agama yang mendalam. Bahkan setelah saya amati bersama teman-teman alumni Sidogiri di daerah tapal kuda, ajaran kebatinan memang dikendalikan oleh orang-orang awam.
 
Konon di daerah Jember juga banyak berkembang aliran kebatinan. Langkah-langkah apa saja yang diambil oleh para tokoh dan ulama untuk memberantas aliran ini?
Sekarang ini, berbagai aliran yang berkembang di dunia sudah menjadi fenomena global, bukan fenomena lokal seperti di Jember. Di daerah-daerah lain yang pernah saya datangi, bahkan di berbagai belahan dunia, sering juga mendapat informasi tentang berbagai aliran yang sedang berkembang, termasuk aliran kebatinan. Tetapi untuk Jember, para ulama dan tokoh masyarakat, terutama melalui organisasi Nahdlatul Ulama, sangat intens melakukan penggemblengan akidah Ahlusunah Wal-Jamaah kepada masyarakat. Bahkan melalui organisasi IASS (Ikatan Alumni Santri Sidogiri), kami bersama teman-teman juga berupaya untuk memberantas aliran kebatinan dan aliran-aliran menyimpang yang lain, terutama di basis-basis alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Sidogiri.
 
Hal apa kiranya yang harus dilakukan agar masyarakat awam bisa mengenali suatu aliran termasuk kebatinan atau bukan?
Kita harus secara intensif memberikan penggemblengan akidah Ahlusunah Wal-Jamaah serta mengungkap kebobrokan dan penyimpangan aliran-aliran yang sedang berkembang seperti Syiah, Wahabi dan kebatinan. Kita harus memberikan informasi kepada masyarakat tentang ciri-ciri aliran kebatinan dan lainnya. Insya-Allah kalau pencerahan tentang Ahlusunah Wal-Jamaah dan aliran-aliran lain berasil di tengah-tengah masyarakat, mereka tidak akan mudah terjebak dalam aliran-aliran yang menyimpang.

(Dikutip dari Buletin SIDOGIRI, 53/Sya’ban 1431 H.)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan