Ingin Bahagia? Perbaikilah Hubungan Kita Dengan Allah SWT

Sarkub Share:
Share

Kita tidak menginginkan kebahagiaan itu yang suri tapi menginginkan kebahagiaan yang hakiki, kalau sudah mendapatkan kebahagiaan yang hakikat dari Allah swt, sebagaimana Al  Habib Abdullahh Al Haddad di dalam kitab Nashaih al-Diniyah wa al-Washaya al-Imaniyah beliau mengatakan :

“Tanda tanda orang yang bahagia alias ahli surga (mudah mudahan yang hadir disini termasuk orang orang ahli surga, calon calon penghuni surga dan surga nya insya allah firdaus a’la bersama junjungan sayyidina Muhammad saw) beliau Al Habib Adullah Alhaddad mengatakan ciri ciri nya apa, Allah berikan taufik kepada si hamba ini berbuat amal sholeh”.

Ketauhilah hadirnya kalian di tempat ini, adalah taufik dari Allah swt,dengan taufik dari Allah swt maka orang yang taat akan menjadi taat dengan bantuan pertolongan dari Allah swt kemampuan yang diberikan oleh Allah swt bagi seorang hamba, yang disebut taufik adalah Allah ciptakan kepada hamba ini kemampuan, kesanggupan untuk berbuat amal taat.

Dan ciri ciri orang yang bahagia Al habib Abdullah Al Haddad mengatakan di dalam kitab Nashaih al-Diniyah tadi bahwasanya orang ini diberikan taufik untuk berbuat amal taat, seperti ngaji seperti semacam ini, berapa banyak dari saudara saudara sesama muslim juga, itu mereka bukan non muslim mereka muslim, bahkan mungkin mereka bertetangga dengan Masjid Al-Munawar, rumahnya berdekatan dengan Masjid Al Munawar, bahkan mungkin dari mereka yang berdempetan dengan Masjid al Munawar tapi kalau belum mendapat taufik dari Allah swt, siapapun yang mengajak mereka, siapapun yang ingin menarik mereka, tidak akan sanggup untuk mengajak mereka untuk hadir ke majelis ini apabila mereka tidak diberikan taufik oleh Allah swt, kemudahan untuk beramal taat kepada Allah swt, syukurilah nikmat Allah swt yang diberikan kepada kalian, kalau kita tidak pandai bersyukur, saya khawatir nikmat inidicabut dari Allah swt yang mungkin kemarin kita duduk di tempat ini, atau hari ini kita duduk di majelis Rasulullah saw, belum tahu kita nggak menjamin, Allah swt akan mengundang kita lagi ketempat ini atau tidak, Wallahu a’lam.

Al imam syafii rahima kumullahi taala, beliau mengatakan, “Kalau engkau dalam keadaan nikmat, maka jagalah itu nikmat dari Allah swt dengan apa menjaga nikmat dari Allah swt? dengan menjauhkan segala hal hal yang dilarang oleh Allah swt”. Kenapa? kata Imam Syafii, “Sesungguhnya perbuatan maksiat yang bisa mencabut nikmat dari Allah swt”. Adzab yang paling rendah yang diberikan oleh Allah swt, bencana yang paling rendah yang diberikan Allah swt, apabila Allah swt mencabut nikmat itu. Contoh nikmat sehat, ente nikmat sehat dikasih, tiba tiba dicabut nikmat nya, ente jadi orang sakit, belum lagi dicabut nikmat Islam, belum nikmat yang lainnya, baru dikasih nikmat sehatnya dicabut, gara gara apa?  perbuatan maskiat yang kita tidak sadari. Jaga ini nikmat dari Allah swt, taufik dari Allah swt.
 

Sebaliknya, Al Imam Al Haddad mengatakan….(orang yang aqawah/ celaka/ sengsara) hamba itu tidak diberikan taufik oleh Allah swt untuk beramal sholeh, sudah tidak dikasih taufik untuk beramal sholeh, diberikan bencana musibah kepadanya. Diberikan oleh Allah swt, orang lagi pada duduk ngaji, dia duduk nongkrong nongkrong nenggak botol minuman, tidak usah tunggu tahun baru, malam ini dia sudah bermaksiat kepada Allah swt, ini tanda orang yang celaka alias ahli neraka

(QS: Al-Hasyr Ayat: 20) لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ

La yastawi ashabun nari wa ashabul jannah ashabul jannati humul faizun.

Allah berfirman dalam al quran:
“Tidak sama ciri ciri orang neraka dengan orang ahli surga, ashabul jannati humul faizun, orang ahli surga lah orang yang beruntung, dunia dan di akherat”.
Kemarin saya sudah bahas yang dimaksud dengan kebahagiaan yang hakiki, apabila yang pertama kuncinya kita menjalin hubungan dengan Allah swt, memperbaiki hubungan kita dengan Allah swt. Ini pembahasan kita, pertama, apabila orang ini ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat, dia beresin dulu, dia perbaiki hubungannya dengan Allah swt. Pertanyaannya, bagaimana caranya kita menjalin hubungan yang erat dengan Allah swt? Yang mana Allah swt huwa razaq wa quwwatil matiin, Allah yang memberikan karunia kepada kita, bahkan oksigen yang kita hirup nafas ini dari Allah swt, apabila ruangan ini tidak ada oksigen, kita tidak bisa bertahan lama di ruangan ini, betul? kalau tidak ada oksigen di tutup semuanya, ruangan tidak ada oksigen, bisa mati kehabisan nafas. Bahkan orang beli oksigen di rumah sakit bisa satu tabung seharinya bisa satu juta tau satu tabung satu juta, ente gratis dikasih sama Allah swt.

Maka yang pertama (menjalin hubungan dengan Allah swt) adalah taqwallah dengan bertaqwa kepada Allah swt. Sebagaimana taqwa kepada Allah swt, kita punya panutan disini dan idola bagaimana mencontoh perihal manusia untuk bertaqwa kepada Allah swt. Siapa qudwah kita ? siapa contoh kita disini? wa huwa sayyiduna Muhammad saw, sebagaimana Beliau bersabda di dalam hadits nya

“Demi Allah aku adalah orang yang paling takut kepada Allah”. Siapa orang yang paling takut sama Allah ? huwa sayyidina Muhammad saw dan orang yang paling bertaqwa kepada Allah adalah Sayyidina Muhammad saw. Akan tetapi Rasulullah saw juga sholat, padahal kunci surga ada ditangan Nabi Muhammad saw. Rasulllah saw berpuasa juga berbuka puasa, ada orang puasa untuk cari kuat ga buka buka, sampai seminggu ga buka puasa, mati. Nabi Muhammad puasa dan berbuka, Rasulullah saw juga tidur, tapi walau mata nya terpejam, hatinya selalu terjaga bersama Allah swt. Lain tidurnya Rasulullah saw dan Rasulullah saw juga menikah, kalau ada orang bilang, ana lagi ngilmu, tidak kawin dulu sebelum sampe. Rasulullah saw menikah dan qudwah kita disini adalah baginda Rasulullah saw.
 

Dan ketahuilah dengan bertaqwa kepada Allah swt, dikatakan, MA MIN KHAIRIN Tidak ada suatu kebaikan, ‘AJILIN WALA AJILIN’ kebaikan dunia maupun kebaikan akherat.

Lihat ini bahasa arab, ‘AJILIN’ pakai ‘ain artinya dunia, WAMANARODHATAL ‘AJILATAN (barang siapa menginginkan dunia) ‘ajil artinya cepat, yang mau cepat, orang kan sekarang maunya buru buru, mau cepet yaitu di dunia, mau buru buru di dunia. WA LA AJILIN begitu juga akherat pake hamzah atau alif, AJILIN, lihat bahasa arab bedanya, ‘AJILIN pake ain. AJILIN PAKE hamzah udah beda artinya. Selanjutnya, Yang dzahir dan yang bathin, ketaqwaan kepada Allah swt adalah jalan yang menempuh seseorang untuk sampai kepada tujuan mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akherat.

Begitu juga, tidak ada kejahatan di muka bumi ini maupun di akherat, yang dzahir maupun yang bathin, kecuali taqwa kepada Allah swt menjadi hirzun hariz, seperti sholawat yang tadi dibaca. Hirzan harizan menjadi benteng, menjadi perisai dari seseorang untuk berbuat kejahatan apabila ada dia tahan, dia rem. Sehingga Al Imam Syafii mengatakan, “kehidupan seorang pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa, orang yang punya ilmu tapi ga punya taqwa berbahaya, orang yang punya ilmu tapi ga punya taqwa maka tidak ada artinya atau sebaliknya punya taqwa tidak punya ilmu atau tidak punya dua dua nya. Tidak punya ilmu tidak punya taqwa celaka.Tidak punya ilmu tidak punya taqwa tidak ada artinya. Maka dari itu yang pertama adalah taqwa kepada Allah swt, waktu sudah habis dilanjutkan diwaktu yang akan datang.

SUMBER : Jalsatul Itsnain Majelis Rasulullah saw , Masjid Almunawar Pancoran, Syekh Ridwan al amri 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan