Kajian Kitab Nashoihul ‘Ibad Syekh Nawawi Al-Bantany (bagian kedua)

Sarkub Share:
Share

kitab nashoihul ibadMaqolah 20
Dikatakan sesungguhnya kesempurnaan akal adalah mengikuti apa yang diridhai Allah dan meninggalkan apa yang dimurkai Allah, artinya apa saja yang tidak seperti konsep di atas adalah kegilaan / tak berakal.

Maqolah 21
Tidak ada keterasingan bagi orang yang mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat yang terhormat bagi orang-orang yang bodoh. Artinya seseorang yang bersifat memiliki ilmu dan amal maka sesungguhnyania akan dihormati diantara manusia di mana saja berada. Oleh karena itu di mana saja berada layaknya mereka seperti di negeri sendiri dan dihormati. Sebaliknya orang yang bodoh adalah kebalikannya meskipun di negeri sendiri mereka merasa asing.

Maqolah 22
Barang siapa yang baik dalam keta’atannya kepada Allah maka dia akan terasing diantara manusia, Artinya orang yang merasa cukup dengan  seluruh waktunya untuk ta’at kepadan Allah maka ia akan terasing diantara manusia.

Maqolah 23
Dikatakan bahwa gerakan badan melakukan keta’atan kepada ALlah adalah petunjuk tentang kema’rifatan seseorang sebagaimana gerakan anggota badan menunjukkan / sebagai dalil adanya kehidupan di dalamnya, Artinya, bahwa ekspresi ketaatan serang hamba dalam menjalankan perintah Allah maka yang demikian itu adalah petunjuk /a dalil kema’rifatannya kepada ALlah. Apabila banyak amal ta’at maka menunjukkan bahwa banyak pula ma’rifatnya kepada Allah dan apabila sedikit ta’at, maka menunjukkan pula sedikit ma’rifat, karena sesungguhnya apa yang lahir merupakan cermin dari apa yang ada di dalam bathin.

Maqolah 24
Nabi SAW bersabda, Sumber segala perbuatan dosa adalah cinta dunia, dan yang dimaksud dari dunia adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan. Dan sumber segala fitnah adalah mencegah / tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan tidak mau mengeluarkan zakat).

Maqolah 25
Mengaku merasa kekurangan dalam melakukan ta’at adalah selamanya terpuji dan mengakui akan kekurangan /kelemahan dalam melakukan ta’at adalah tanda-tanda diterimanya amal tersebut, karena dengan demikian menunjukkan tidak adanya ujub dan takabur di dalamnya.

Maqolah 26
Kufur ni’mah adalah tercela maksudnya adalah dengan tidak adanya syukur ni’mat menunjukkan rendahnya nafsu. dan berteman dengan orang bodoh yaitu orang yang menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya padahal ia mengetahui akan keburukan sesuatu tersebut. (adalah keburukan, yaitu tidak membawa berkah. Oleh karena itu janganlah berteman dengannya disebabkan karena buruknya akhlak / keadaan tingkah lakunya karena sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.

Maqolah 27
Disebutkan dalam syair….Wahai yang disibukkan oleh dunia Sungguh panjangnya angan-angan telah menenggelamkan mereka Bukankah mereka selalu dalam keadaan lupa – kepada Allah Hingga dekatlah ajal bagi mereka Sesungguhnya kematian datangnya mendadak Dan kubur adalah tempat penyimpanan amal. Addailamy meriwayatkan hadits dari RasuluLlah SAW yang bersabda, “Meninggalkan kenikmatan dunia lebih pahit dari pada sabar, dan lebih berat daripada memukulkan pedang di jalan Allah. Dan tiada sekali-kali orang mau meninggalkan kenikmatan dunia melainkan Allah akan memberi sesuatu seperti yang diberikan kepada para Syuhada’. Dan meninggalkan kenikmatan dunia adalah dengan menyedikitkan makan dan kekenyangan,dan membenci pujian manusia karena sesungguhnya orang yang suka di puji oleh manusia adalah termasuk mencintai dunia dan kenikmatannya. Dan barang siapa menginginkan kenikmatan yang sesungguhnya maka hendaklah ia meninggalkan kenikmatan dunia dan pujian dari manusia”.

Dan Ibnu Majah telah meriwayatkan sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda, “Barang siapa yang niatnya adalah untuk akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan kekuatan baginya dan Allah membuat hatinya menjadi kaya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Dan barang siapa yang niatnya dunia maka Allah akan menceraiberaikan segala urusannya, dan Allah menjadikan kefakiran di depan kedua belah matanya dan tiadalah dunia akan mendatanginya kecuali apa yang telah tertulis untuknya”.

Maqolah 28
Dari Aby Bakr Asy-Syibly RahimahuLlahu Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad, berkawan dengan Syaikh Abul Qasim Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid beliau, dan beliau hidup hingga usia 87 tahun, wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad. Dimana beliau termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif biLlah. Beliau berkata di dalam munajatnya :
Wahai Tuhanku…Sesungguhnya aku senang Untuk mempersembahkan kepadaMu semua kebaikanku, Sementara aku sangat faqir dan lemah Oleh karena itu wahai Tuhanku, Bagaimana Engkau tidak senang Untuk memberi ampunan kepadaku atas segala kesalahanku Sementara Engkau Maha Kaya Karena sesungguhnya keburukanku tidak akan membahayakanMu Dan kebaikanku tidaklah memberi manfaat bagiMu Dan sesungguhnya sebagian orang yang mulia telah memberikan ijazah agar dibaca setelah melaksanakan shalat Jum’at 7 kali dari bait syair sebagai berikut:

* Ilahy lastu lil firdausi ahla Walaa aqway ‘ala naaril jahiimi Fahably zallaty wahfir dzunuuby Fa innaka ghaafirul dzanbil ‘adziimi Wa ‘aamilny mu’aamalatal kariimi Watsabbitny ‘alan nahjil qawwimi.*

Hikayat : Sesungguhnya Syaikh Abu Bakr As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid. Maka segeralah Ibnu Mujaahid mendekati As-Syibly dan mencium tempat diantara kedua mata beliau. Maka ditanyakanlah kepada Ibnu Mujaahid akan perbuatannya yang demikian, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah SAW di dalam tidur dan sungguh beliau SAW telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly. Ketika itu berdirilah Nabi SAW di depan as-Syibly dan beliau mencium antara kedua mata As-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat yang demikian terhadap As-Syibly ?’.
RasuluLlah SAW menjawab, "benar, sesungguhnya dia tidak sekali-kali mengerjakan shalat fardhu melainkan setelah itu membaca Laqad jaa a kum Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa ‘anittum chariisun ‘alaikum bil mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau faqul chasbiyaLlaahu laaIlaaha Illa Huwa ‘alaiHi tawakkaltu waHuwa Rabbul ‘Arsyil ‘adziim….setelah itu dia /As-Syibly mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika Yaa Muhammad”. Kemudian aku tanyakan kepada As-Syibli mengenai apa yang dibacanya setelah shalat fardhu, maka beliau menjawab seperti bacaan tadi….

Maqolah 29
Telah berka Asy-syibly, “Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah, maka bercerailah dengan nafsumu.” Artinya tidak menuruti apa yang menjadi keinginannya. Telah ditanyakan keadaan Asy-Syibly di dalam mimpi setelah beliau wafat, maka beliau menjawab,’ Allah Ta’ala berfirman kepadaku,"Apakah engkau mengetahui dengan sebab apa Aku mengampunimu ?’
Maka aku menjawab, ‘Dengan amal baikku”.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan ikhlas dalam ubudiyahku ‘.
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab,’Dengan hajiku dan puasaku ?’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan hijrahku mengunjungi orang-orang shaleh untuk mencari ilmu“.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Akupun bertanya, ‘Wahai Tuhanku, kalau begitu dengan apa ?“
Allah Ta’ala menjawab, ‘Apakah engkau ingat ketika engkau berjalan di Baghdad kemudian engkau mendapati seekor anak kucing yang masih kecil dan lemah karena kedinginan, dan ia menggigil karenanya. Kemudian engkau mengambilnya karena rasa kasihan kepada anak kucing itu dan engkau hangatkan ia ?”
Aku menjawab, ‘Ya’.
Maka berfirmanlah Allah Ta’ala, ‘Dengan kasih sayangmu kepada anak kucing yang masih kecil itulah Aku menyayangimu’.

Maqolah 30
Telah berkata Asy-Syibli, “Jika engkau telah merasakan nikmatnya pertemuan wushlah dekat dengan Allah SWT niscaya engkau akan mengerti rasa pahitnya perpisahan (Qathi’ah-yaitu jauh dari Allah Ta’ala), karena sesungguhnya berjauhan dari Allah SWT merupakan siksaan yang besar bagi AhluLlah ta’ala.

Dan termasuk salah satu dari do’a Nabi SAW adalah ,”Allahummarzuqny ladzatan nadzari ilaa wajhiKal Kariim, wasyauqu ilaa liqaaiK”. (Yaa Allah berikanlah kepadaku kelezatan dalam memandang wajah-Mu yang Mulia dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu)

Maqolah 31
Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada waktu pagi hari (memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia telah mengadukan Tuhannya.
“. Sesungguhnya pengaduan selayaknya hanya kepada Allah karena pengaduan kesulitan hidup kepada Allah termasuk do’a. adapun mengadu kepada manusia menunjukkan tidak adanya ridha dengan pembagian Allah Ta’ala sebagaimana diriwayatkan dari AbdiLlah bin Mas’ud RA, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah kamu semua aku ajari sebuah kalimat yang diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan bersama bani israil ?“.

Kami semua menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”.
RasuluLlah SAW bersabda,”Ucapkanlah kalimat ‘Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal Musytakay wa Antal Musta’aan wa laa haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil ‘Adhiim” (Yaa Allah segala puji hanya untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat mengadu, dan Engkaulah Penolong dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Maka berkatalah Al-A’masy, Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat tersebut sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al kuufy.

Barang siapa pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada tuhannya. Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan qadha’ (takdir Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan kekuasaan-Nya. Karena sesungguhnya apa saja yang terjadi di dunia ini adalah atas qadha Ilahi Ta’ala dan atas kekuasaan-Nya.

Dan barang siapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah 2/3 agamanya. Artinya bahwa disyari’atkannya penghormatan manusia kepada orang lain adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan ilmu dan amal shaleh.

Telah berkata Sayyidy Syaikh Abdul qadir Al-Jailany RA, “Tidak boleh tidak bagi seorang muslim pada setiap keadaannya selalu dalam tiga keadaan, yang pertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga ridha dengan pembagian Tuhan.” Dan kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut di atas,

Maqolah 32

Dari Abu Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara tidak dapat di capai/didapatkan dengan tiga perkara lainnya :

1. Kekayaan dengan angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu dapat diperoleh hanya dengan berangan-angan tanpa kerja nyata, dan pembagian dari Allah.

2. Muda usia dengan semir. Artinya tidaklah akan diperoleh keadaan menjadi muda hanya karena disemirnya rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang yang sudah bertambah usia (tua) tidaklah mungkin berubah menjadi muda kembali meskipun dengan rambut disemir atau yang lainnya. Dan umur akan terus berjalan hingga akhirnya habislah umur itu kembali menghadap sang Khaliq.

3. Dan kesehatan dengan menggunakan obat-obatan. Artinya kesehatan tidak dapat diperoleh dengan mengkonsumsi obat-obatan akan tetapi sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga diri dengan makanan yang halal dan olah raga secara teratur serta rajin beribadah.

Maqolah 33
Dari Sahabat Umar RA, “bersikap kasih sayang dengan manusia adalah setengah dari sempurnanya akal." Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani dan Baihaqi dari Jabir bin abdiLlah dari Naby SAW bersabda, “Berperilaku baik terhadap manusia adalah shadaqah”. Artinya berperilaku yang baik terhadap manusia melalui ucapan dan perbuatan pahalanya sama dengan orang yang bersedekah.

Dan sebagian dari suritauladan Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan adalah beliau tidak pernah mencela makanan dan menghardik pelayan dan tidak pernah memukul wanita termasuk isteri beliau. Dan yang lebih tepat untuk perilaku yang baik ini adalah meninggalkan kesenangan duniawi karena tuntutan agama.

Dan rajin bertanya (kepada Ulama) adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu akan dipeorleh apabila kita rajin bertanya terhadap segala sesuatu yang kita tidak tahu. Dan rajin bekerja adalah setengah dari penghidupan. Karena dengan rajin bekerja kita akan memperoleh rizki sebagai bekal untuk kelangsungan hidup kita.

Maqolah ke 37
Dari Nabi Dawud AS, Diwahyukan di dalam kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang berakal untuk tidak menyibukkan diri kecuali dalam tiga hal :
1. Mempersiapkan bekal untuk perjalanan ke akhirat.
2. Bergaul dengan pergaulan yang baik.
3. Bekerja dengan baik mencari rizki yang halal untuk bekal ibadah kepada Allah karena mencari rizki yang halal adalah wajib hukumnya.

Maqolah ke 38
Dari Abu Hurairah RA. Nama beliau adalah AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata, telah bersabda Naby SAW Ada tiga perkara yang menyelamatkan (dari adzab), tiga perkara yang merusakkan (membawa orang kepada kerusakannya), tiga perkara meningkatkan derajat (beberapa tingkatan di akhirat), tiga perkara menghapuskan dosa.

Adapun tiga yang menyelamatkan
adalah:
1. Takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.
2. Sedang dalam faqir dan kekayaan.
3. Seimbang dalam ridha dan marah (yaitu Ridha karena Allah dan marah karena Allah).

Adapun (tiga) yang merusakkan adalah:
1. bakhil yang bersangatan dengan tidak mau memberikan apa yang menjadi hak Allah dan haq makhluk. Dalam riwayat lain bakhil yang diperturutkan. Adapun apabila sifat bakhil itu ada dalam diri seseorang akan tetapi tidak diperturutkan, maka tidaklah yang demikian ini merusakkan karena sifat bakhil adalah sifat yang lazim ada pada manusia.
2. Hawa nafsu yang selalu diikuti.
3. Dan herannya (‘ujub) manusia terhadap diri sendiri. Artinya seseorang memandang dirinya dengan pandangan kesempurnaan dirinya disertai lalai terhadap ni’mat Allah Ta’ala dan merasa aman dari hilangnya ni’mat itu.

Adapun yang meninggikan derajat adalah:
1. Menebarkan salam (artinya menebarkan salam kepada orang lain yang dikenal maupun yang tidak dikenal).
2. Memberikan hidangan makanan kepada tamu atau orang yang menderita kelaparan.
3. Dan shalat pada waktu malam sedang manusia sedang tertidur lelap yaitu mengerjakan shalat tahajud pada tengah malam ketika orang-orang sedang lalai dalam ni’matnya tidur.

Adapun yang dapat menghapus dosa
adalah :
1. Menyempurnakan wudhu pada saat yang sulit artinya menyempurnakan wudhu pada saat udara sangat dingin dengan menjalankan sunah sunahnya.
2. Melangkahkan kaki untuk mengerjakan shalat berjama’ah.
3. Menunggu shalat sesudah shalat Untuk mengerjakan shalat berikutnya di masjid yang sama).

Maqolah ke 39 :
ﻗﺎﻝ ﺟﺒﺮﯾﻞ ﻋﻠﯿﮫ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﯾﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺶ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ
ﻓﺌﻨﻚ ﻣﯿﺖ, ﻭﺃﺣﺒﺐ ﻣﻦ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﻔﺎﺭﻗﺔ,
ﻭﺍﻋﻤﻞ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﺠﺰﻯ ﺑﮫ , Jibril As berkata, “Ya Muhammad hiduplah sesuka engkau karena sesungguhnya engkau akan meninggal dunia. Dan cintailah orang yang engkau suka karena engkau pasti akan berpisah (disebabkan kematian). Dan beramalah sesuka engkau karena engkau akan di beri pahala atas amal itu."

Maqolah ke 40 :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻞ ﺍﻟﮫ ﻋﻠﯿﮫ ﻭﺳﻠﻢ : ﺛﻼﺛﺔ ﻧﻔﺮ
ﯾﻈﻠﮭﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺤﺖ ﻇﻞ ﻋﺮﺷﮫ ﯾﻮﻡ ﻻﻇﻞ ﺍﻻ ﻇﻠﮫ.
ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻜﺎﺭﻩ, ﻭﺍﻟﻤﺎﺷﻰ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ
ﻓﻰ ﺍﻟﻈﻠﻢ ,ﻭﻣﻄﻌﻢ ﺍﻟﺠﺎﺋﻊ.
Tiga golongan yang akan mendapatkan naungan ﺍﻟﻠﻪ di bawah naungan ‘arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

1 orang yang berwudhu pada waktu yang sangat berat (dingin bersangatan).

2. orang yang pergi ke masjid dalam kegelapan untuk mengerjakan shalat berjama’ah.

3. Orang yang memberi makan orang yang kelaparan.

Maqolah ke 41 :
ﻗﯿﻞ ﻻﺑﺮﺍﮬﯿﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﺍﻟﺴﻼﻡ, " ﻷﻱ ﺷﯿﺊ ﺍﺗﺨﺬﻙ
ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﯿﻼ ؟ ﻗﺎﻝ ﺑﺜﻼﺛﺖ ﺍﺷﯿﺎﺀ : ﺍﺧﺘﺮﺕ ﺍﻣﺮ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺮ ﻏﯿﺮﻩ, ﻭﻣﺎ ﺍﮬﺘﻤﻤﺖ ﺑﻤﺎ ﺗﻜﻔﻞ
ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻰ ﻭﻣﺎ ﺗﻌﯿﺸﺖ ﻭﻣﺎ ﺗﻐﺪﯾﺖ ﺍﻻ ﻣﻊ ﺍﻟﻀﯿﻒ
Ditanyakan kepada Nabi Ibrahim AS, “Dengan sehingga ﺍﻟﻠﻪ menjadikan engkau sebagai kekasih ?”

Maka Beliau menjawab, “Dengan tiga hal, Aku memilih melaksanakan perintah ﺍﻟﻠﻪ daripada perintah selain ﺍﻟﻠﻪ . Dan aku tidak bersedih hati atas apa yang telah ﺍﻟﻠﻪ tanggung untukku (dari rizki). Dan tidak sekali-kali aku makan malam atau makan pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim AS berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang mau dijak makan bersamanya.

Maqolah ke 42 :
ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ : ﺛﻼﺛﺔ ﺍﺷﯿﺎﺀ ﺗﻔﺮﺝ ﺍﻟﻐﺼﺺ 1
ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ, 2 ﻭﻟﻘﺎﺀ ﺃﻭﻟﯿﺎﺋﮫ, 3 ﻭﻛﻼﻡ
ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ
Diriwayatkan dari sebagian ahli hikmah (orang-orang yang pandai mengobati penyakit hati). Tiga perkara dapat menghilangkan kesusahan.

1 Dzikir kepada Allah SWT dengan lafadz apapun seperti banyak membaca kaliamat ﻻﺍﻟﮫ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ dan kalimat
ﻻﺣﻮﻟﻮﻻﻗﻮﺓﺍﻻﺑﺎﻟﻠﻪ , atau dengan bermunajat kepada-Nya.

2 Bertemu kekasih / Aulia-Nya dari para ulama dan orang-orang saleh.

3 Mendengarkan kalam (nasihat) para hukama’ (orang yang menunjukkan kepada kebajikan dunia dan akhirat).

Maqolah ke 43
ﻋﻦ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻯ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﮫ : ﻣﻦ ﻻ ﺃﺩﺑﻠﮫ
ﻻﻋﻠﻢ ﻟﮫ , ﻭﻣﻦ ﻻﺻﺒﺮﻟﮫ ﻻﺩﯾﻦ ﻟﮫ , ﻭﻣﻦ ﻻﻭﺭﻉ
ﻟﮫ ﻻﺯﻟﻔﻰ ﻟﮫ .

Dari Hasan Al Bashri RA, Barang siapa yang tidak memiliki adab/etika (kepada ﺍﻟﻠﻪ dan kepada makhluk) maka tiadalah ilmu baginya. Barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran (karena menanggung bala’ dan menanggung disakiti oleh makhluk, dan atas beratnya menjahui maksiyat dan atas melaksanakan kewajiban), maka tiadalah agama baginya. Barang siapa yang tidak wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka tidak ada pujian (martabat) baginya di hadapan ﺍﻟﻠﻪ dan tiada kedekatan baginya kepada .ﺍﻟﻠﻪ

Sekian ringkasan yang dapat kami sajikan, semoga bermanfaat di dunia dan Akhirat, Amin.

Sumber : http://assurur-duniasantri.blogspot.com
 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

5 Responses

  1. Abdul Rozak08/02/2015 at 17:48Reply

    izin simpan .

  2. i'anatunnasiha31/08/2016 at 21:22Reply

    Assalamu’alaikum ustadz.
    Salam ta’dzim dr saya.
    Al’afwu tadz…kok maqolah 34,35.36 nya ga ada.

Tinggalkan Balasan