Waliyullah Hasan Munadi Ungaran

Sarkub Share:
Share

Bagi para pecinta ziarah makam auliya’ di Jawa Tengah, kota Ungaran tidak asing lagi di telinga mereka. Di kota inilah terdapat makam wali besar yang terletak di lereng Gunung Sukroloyo yang asri. Yakni makam waliyullah Hasan Munadi dan putranya, waliyullah Hasan Dipuro. Letak makam ini tepatnya di Dusun Nyatnyono. Asal-usul nama dusun Nyatnyono sendiri tidak terlepas dari kisah keramat Waliyullah Hasan Munadi.

Makam keramat waliyullah Hasan Munadi hingga kini masih terawat dan terpelihara dengan baik. Kini yang dipercaya sebagai pemangku makam keramat tersebut adalah KH. Hasan Asy’ari, tokoh kiai Muda yang menjadi panutan masyarakat Ungaran dan sekitarnya.

Di Ungaran, salah satu bangunan peninggalan dari Hasan Munadi adalah Masjid Subulussalam Nyatnyono. Masjid yang dikenal dengan nama Masjid Karomah Hasan Munadi tersebut bahkan dipercaya lebih tua daripada Masjid Agung Demak.

Awalnya, Kiai Hasan Munadi dan putranya Kiai Hasan Dipuro nyantri kepada Sunan Ampel bersama Raden Patah. Setelah dianggap cukup ilmunya, Raden Patah diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk membangun pesantren di Desa Glagah Wangi, Demak, sedangkan Kiai Hasan Munadi dan putranya disuruh untuk kembali ke kampungnya, untuk mengembangkan Islam di daerah Semarang dan sekitarnya.

Sebelum mulai melakukan aktivitas dakwah, Kiai Hasan Munadi berkhalwat di Puncak Gunung Sukroloyo untuk me­minta petunjuk kepada Allah SWT. Setelah seratus hari melakukan khalwat, Kiai Hasan mendapat isyarat. Dalam khalwatnya itu ia melihat sebuah masjid di salah satu dusun yang terletak di lereng bukit yang kemudian dikenal sebagai Dusun Nyatnyono.

Masjid Subulussalam, Nyatnyono

.Asal-muasal nama Nyatnyono sen­diri, yang berarti “berdiri tahu-tahu sudah ada”, tidak terlepas pula dari hasil khalwat yang dilakukan Kiai Hasan. Setelah mendapat isyarat itu, Kiai Hasan pun keluar dari khalwatnya untuk menuju kampung tempat masjid dalam isyarat itu berada.

Keluarbiasaan terjadi. Atas izin Allah, begitu Kiai Hasan keluar dari tempat khalwatnya, ternyata masjid yang ada dalam isyarat itu benar-benar sudah berdiri tegak di Lereng Gunung Sukroloyo.

Karena peristiwa luar biasa itulah, yang merupakan karamah dari waliyullah Hasan Munadi, pada akhimya masjid dan dusunnya kemudian dinamakan “Nyatnyono”. Nyat artinya “berdiri” dan Nyono artinya “sudah ada”. Maksudnya, berdiri dari khalwat, tiba-tiba masjidnya sudah ada dengan sendirinya:

Hasan Munadi tercatat sebagai punggawa Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Raden Fatah. Dengan pangkat tumenggung, dia dipercaya memimpin tentara Demak mengatasi segala bentuk kejahatan dan keangkuhan yang mengancam kejayaan Kerajaan Demak. Hasan Munadi kemudian memilih mensyiarkan Islam di daerah selatan kerajaan dan meninggal pada usia 130 tahun. Beliau meninggal dan kemudian dimakamkan di kampung halaman Nyatnyono di atas Masjid Subulussalam.

Karomah Waliyullah Hasan Munadi

Riwayat tentang karamah waliyullah Hasan Munadi tidak hanya sebatas ketika ia masih hidup. Bahkan ratusan tahun se­telah wafatnya, karamah itu masih dirasakan oleh masyarakat. Di antaranya pada waktu Masjid Keramat tersebut direnovasi pada tahun 1985.

Sebagaimana kelaziman para pemangku makam yang hendak merehab Masjid Keramat, Kiai Asmui pemangku makam keramat pada waktu itu melakukan mujahadah selama satu tahun terlebih dahulu. Setelah mujahadah selesai dilaksanakan, ia pun berinisiatif untuk meminta bantuan masyarakat sekitar yang bersedia menjadi dermawan untuk menyumbangkan hartanya.

Masyarakat Nyatnyono memang bisa dibilang kelas menengah ke bawah, ha­nya beberapa pejabat dan keluarga tertentu yang memiliki kekayaan yang di­anggap berlebih di masa itu. Proposal yang ditawarkan, termasuk kepada instansi-instansi tertentu dan beberapa orang kaya yang ada di lingkungan se­kitar, kembali dengan tidak membawa hasil apa pun.

Dalam kondisi semacam itu, Kiai Asmui gamang untuk melanjutkan renovasi. Akhirnya ia sowan kepada Kiai Hamid (K.H. Abdul Hamid Magelang), yang termasyhur dengan kewaliannya, untuk meminta pendapat tentang situasi yang sedang dihadapinya. Namun, Kiai Hamid malah menjawab ringan, “Sudah, pulang sana, mulai renovasi masjidnya. Waliyullah Hasan itu kaya. Kuburannya ada gambar uang.”

Sepulang dari kediaman Kiai Hamid, Kiai Asmui makin bingung memikirkan kata-kata Kiai Hamid. Tapi, karena taat kepada sang guru, ia tidak berpikir panjang lagi. Meski tidak memiliki modal, ia pun mulai merenovasi. Bagian-bagian bangunan masjid yang dinilai sudah tidak layak mulai dirobohkan untuk direnovasi.

Tiba-tiba keanehan kembali terjadi. Tidak diduga-duga, seorang peziarah yang datang ke makam dan tengah menderita sakit kronis dalam waktu yang singkat sembuh dari penyakit yang dideritanya setelah meminum dan mengusap- kannya ke bagian tubuh air yang keluar dari sumber yang berada tak jauh dari makam.

Sejak kejadian itu, para peziarah semakin banyak berdatangan ke Makam Keramat dan mengambil air dari mata air itu. Dan makin aneh pula, mata air yang semula kecil menjadi semakin besar dengan semakin banyaknya peziarah yang berebut memanfaatkannya.

Melihat kejadian aneh itu, Kiai Asmui kembali datang kepada Kiai Hamid untuk meneceritakan dan menyatakan fenomena apa yang sebenarnya terjadi. Pada saat itu Kiai Hamid mengisyaratkan bahwa semua itu adalah bagian dari karamah waliyullah Hasan Munadi.

Komplek Makam di Nyatnyono

Hari demi hari kata-kata Kiai Hamid semakin menjadi kenyataan. Peziarah yang datang semakin membludak. Dan air yang keluar dari sumber di dekat makam pun di luar kebiasaan, semakin membesar dengan sendirinya seiring dengan semakin banyaknya peziarah yang datang, hingga menjadi sendang. Sendang itu kemudian dikenal dengan nama “Sendang Kalimah Thayyibah”, karena untuk bisa mendapatkan khasiat dari air itu untuk hajat tertentu seseorang terlebih dahulu harus membaca dua kalimah syahadat.

Pundi-pundi amal yang berasal dari peziarah pun semakin melimpah ruah. Dua puluh ribu, seratus ribu, satu juta, bahkan sampai-sampai per hari kotak-kotak amal itu terisi tidak kurang dari dua belasjuta hingga delapan belasjuta, sampai kurang lebih sepuluh bulan lamanya.

Hasil dari kotak amal yang telah dikumpulkan dan melimpah ruah itu pada akhirnya bukan hanya dipergunakan untuk merenovasi masjid. Makam, madrasah, jalanan umum, bahkan masyarakat pun mendapatkan bagian yang tidak sedikit dari jariyah para peziarah yang melimpah ruah itu.

Mayarakat Nyatnyono yang tadinya hidup serba kekurangan mulai membangun dan merenovasi rumah-rumah mereka. Aktivitas perekonomian masyarakat sekitar makam terangkat karena keberkahan dari membludaknya para peziarah yang datang. Bahkan beberapa ribu orang masuk Islam berkat dari sen­dang itu.

Sendang Keramat

.Tak jauh dari Makam Hasan Munadi, terdapat pula pemandian / sendang yang konon dahulunya untuk tempat mandi dan mengambilan air wudhu dari Hasan Munadi, yang dikenal dengan nama Air Keramat Sendang Kalimat Thoyibah. Air tersebut bersumber dari mata air yang dahulunya tongkat dari Hasan Munadi ditancapkan ketanah. Bila kita rasakan air tersebut maka air tersebut seperti air zam zam. Konon air keramat sendang kalimat thoyibah berkhasiat istimewa wasilah mengobati segala penyakit.

Namun pengunjung sebelum mandi diwajibkan untuk mengganti pakaian dengan sarung dan juga tidak diperbolehkan memakai perhiasan, cincin, gelang dan lain sebagainya. Bila kita lupa membawa sarung maka disediakan jasa untuk penyewaan sarung dipintu masuk sendang air keramat kalimat thoyibah.

(Dari berbagai sumber)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

17 Responses

  1. Author

    Wong Tegal06/03/2012 at 19:52Reply

    Sundul!!

  2. Triyono07/03/2012 at 17:32Reply

    Bagaimana umat bisa pinter & paham tentang islam yg benar kalau yg disampaikan cerita-cerita dusta begini. Rasulalloh & para sahabatnya yg tidak kita ragukan ibadahnya & zuhudnya pada Allah saja ndak punya kesaktian kayak begini.

    • AM Putra11/03/2012 at 20:41Reply

      Ups, jangan salah ya. Coba disimak lagi catatan sejarah secara lebih terperinci, niscaya akan dijumpai banyak sekali ‘kasakten’ yang dimiliki Rasulullah SAW dan para sahabat.

      Kritik saya buat artikel ini secara khusus adalah, aduuhhh…gambarnya kecil sekali, kalau bisa diberikan yang resolusi besar, akan sangat bagus itu.

    • RAFA29/05/2012 at 14:46Reply

      Rosululloh bisa melakukan perjlanan dari mekah ke palestina dilanjutkan sampai ke langit ke tujuh sidratul muntaha dalam waktu SEMALAM apa itu tidak lebih sakti??

    • AKHUL23/05/2013 at 15:08Reply

      UNTUK Trio
      kalau waliya Allah saja kayak begitu apalagi Rosulullah, tentunya Rosulullah adalah segala-galanya, inilah aswaja yg lebih menghormati dari yg lebih dekat dan yg mudah bukan langsung apa2 ke rosulullah, ingat apakah kamu bisa itu langsung dari Rosulullah…?, jawab…!, itu artinya kita hrs lebih bisa menghormati guru2 kita wali2 kita kyia2 kita pada hakekatnya kita menghormati Rosulullah, karena beliolah sumbernya tapi jangn menafikan guru yg barusan saja memberitahu kita.

  3. hoeda12/03/2012 at 20:16Reply

    masa Rasulullah gak sakti ?
    Mu’jizat itu kan kesaktian juga ?!

  4. Aji Saka14/03/2012 at 13:02Reply

    hebatnya yahudi dan barat merusak islam dari dalam dengan cara mencuci otak sampai otaknya cingkrang, dengan munggunakan doktrin ” Kembali memurnikan dan hanya memegang teguh kepada Alquran dan Hadist”…..doktrin yang meyesatkan bagi umat Islam yang bodoh dan yg ber otak cingkrang, tetapi doktrin itu memang benar dan meluruskan bagi umat islam yang berilmu……yang menjadi pertanyaan adalah seberapa mumpuni metodologi dan ilmu alat yg kita kuasai unt memahami Al Quran dan Hadist…..dan berapa kilo atau berapa gudang buku2 REFERENSI karya
    2 ulama yg mujtahid yang kita baca untuk memahaminya Al Quran dan Hadist, jangan2 memang Al Quran dan Hadist hanya dianggap dogma2 suci dari tuhan, klo begitu apa bedanya dengan agama2 jahiliyah lainnya.

  5. seseorang23/04/2012 at 01:46Reply

    Islam macam apa ini memuja2 kuburan keramat and air keramat…Nabi aja gak boleh dikeramatin..tau gak orang pada digetokin kepalanya kalo minta doa di depan kuburan nabi di madinah…

    • Danyang Web23/04/2012 at 11:26Reply

      itulah anehnya ulama wahabi sangudi, mereka pake hukum standard ganda fatwa tebang pilih…
      silahkan lihat video “Raja Saudi Nyarkub” di tab VIDEO ON DEMAND..

    • bocah bajang06/08/2012 at 09:56Reply

      lo kalo nggak mengkaji jangan nrocos aja , kaji ilmumu baru koment, dasar ilmu masih dibawah telapak kaki aja

    • bowo06/08/2012 at 12:55Reply

      wah pernah diketokin kepalanya nih @_@

    • Ahmad 'Ashim01/09/2012 at 10:44Reply

      Kalo dah kadung benci, Jelas2 sate bisa dikatakan batu

  6. abimanyu04/08/2012 at 12:49Reply

    sah2 saja kejadian tersebut bagi kekasih alloh,orang yg gak paham ma’rifat billah dan ma’rifat rosul yg cengeng sepertikomentny triono al cingkrangi al sangudi akan koment yg ngacau……..

  7. mbah awam26/08/2012 at 19:05Reply

    orang yg gak tahu karomah, memang orang yg gak mau mengerti, biasanya suka menyacat, menghujat, memang orang orang tersebut biasanya mendahulukan akal, kalo gak masuk akal gak akan percaya, makanya jangan heran orang orang seperti ini yg akan meruntuhkan NKRI.mungkin kalao gak ada para wali di negara kita, kita sudah kaya abu jahal. saya paham betul tipe orang orang tersebut.

  8. Djenggot30/08/2012 at 10:41Reply

    HASAN MUNADI & HASAN DIPURO.

    PENJAGA MASIH OM NAJIB GAK YA…..

  9. eko sulistyo21/10/2012 at 14:52Reply

    Hanya Allah Yang Mengatur, Kalau benar Allah yang menetapkan akal pikiran manusia tidak bisa menjangkau.

  10. ngariono17/05/2014 at 14:44Reply

    benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah SWT. yang jelas belajar terus sampai kita bisa mengamalkannya.

Tinggalkan Balasan