Pendidikan Orangtua dan Guru Harus Klop

Sarkub Share:
Share

Oleh: Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf

Anak memang merupakan nikmat dan anugerah yang sangat besar dari Allah. Sekaligus merupakan amanat bagi kita semuanya. Jika kita didik anak itu dangan baik sehingga menjadi anak yang saleh, maka kita berarti menjaga amanat itu. Tetapi kita lalai (jika, red) tidak mendidik anak kita, bahkan membiarkan anak kita bermaksiat kepada Allah.

Allah berfirman dalam al-Qur’an:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasullulah (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu.

Karena itu, nanti orang tua yang tidak mendidik anaknya, bertanggung jawab langsung di hadapan Allah di hari kiamat. Jika anak tadi menjadi anak yang saleh itu adalah nikmat yang sangat besar di dunia sampai akhirat. Sehingga dikatakankan dalam satu syiir:

Nikmat Allah yang Allah berikan kepada hambanya banyak sekali, termasuk nikmat yang agung adalah anak yang saleh, anak yang baik, anak yang berbakti. Anak yang saleh di dunia hormat pada orang tuanya, berbakti kepada ayah dan ibunya dalam kehidupan mereka. Jika orang tua meninggal dunia, anak yang saleh akan selalu mendoakan orang tuanya yang meninggal dunia, berziarah kepada mereka. Dan nanti di akhirat anak yang saleh akan menjadi saksi kebaikan orang tua, dia akan menyaksikan di hadapan Allah. “Bapakku yang membiayai aku mencari ilmu ya Allah, bapakku yang membelikan kitab, yang mencarikan aku rezeki halal. Ibuku yang merawat aku, ibuku yang selalu menasihati dan membina aku.”

Sebaliknya, jika menjadi anak yang tidak saleh, maka itu menjadi malapetaka di dunia dan akhirat. Anak yang tidak saleh, di dunia durhaka kepada ayah dan ibu, bahkan anak yang tidak saleh menyiksa ayah dan ibunya. Berapa banyak ayah dan ibu menangis di zaman sekarang ini karena anak mereka menempeleng mereka, menghajar mereka. Bahkan terjadi anak membunuh ayah dan ibu. Na’udzu bil-Lâh. Mudah-mudahan anak kita selamat semua. Dan nanti setelah meninggal dunia, anak yang tidak saleh, kakak-adik, akan bertengkar berebut harta warisan, melupakan nasib orang tua dalam kuburnya. Nanti di akhirat anak yang tidak saleh akan melaknat orang tua mereka sendiri, menuntut di hadapan Allah atas kegagalan orang tua yang tidak mendidik mereka.

Nabi SAW berbabda: Pertama yang akan menuntut kepada manusia di hari kiamat adalah keluarga dan anak-anak mereka, mereka akan berkata, “Ya Allah bapak dan ibuku tidak memberikan hakku, tidak melaksanakan kewajiban terhadap anak, dan aku tidak pernah dididik oleh mereka, aku tidak dikenalkan mana yang wajib untuk aku lakukan, mana yang haram untuk aku hindari, mana yang harus aku kerjakan, mana yang harus aku hindarkan. Bahkan orang tuaku membiarkan aku dalam keadaan lalai, lupa, maksiat, dosa. Ayah dan ibuku memberikan makanan haram padahal aku lahir tidak mengenal dengan yang haram.”

Betapa banyak orang tua yang saleh ternyata disiksa di neraka hanya karena anaknya yang dilalaikan, tidak dididik dengan tarbiyah hasanah. Untuk memiliki anak yang saleh tidaklah cukup berharap, tidaklah cukup dengan doa, walaupun doa sangat diperlukan, tapi itu butuh satu usaha yang sangat maksimal dan optimal.

Nabi SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih, suci, iman kepada Allah, maka bapak-ibunya yang mengubah-ubah. Mereka ubah kehidupannya dengan cara Yahudi, anaknya akhirnya menjadi Yahudi. Mereka mendidik dengan cara Nasrani, anaknya menjadi Nasrani. Mereka didik dengan cara Majusi, anaknyapun menjadi Majusi.

Asal dibiarkan secara fitrahnya, maka anak itu tetap menjadi orang yang beriman dan saleh. Ulah orang tua inilah yang membuat anak tadi itu berubah gaya, berubah kehidupan, bahkan  berubah keimanan. Ibarat kertas yang putih di hadapan pelukis, isi kertas bergantung dengan goresan pensil pelukis. Jika yang dilukis kembang mawar akan tampak gambar kembang mawar. Jika yang dilukis kera, maka akan tampak juga lukisan kera. Begitulah anak kita, jika bapak dan ibu menetrapkan salat berjamaah, membaca al-Qur’an bersama, dididik untuk mengikuti akhlak Rasulullah, maka akan menjadi anak yang saleh. Tapi jika anak itu dibiarkan bernyanyi tanpa mengaji, berjoget tidak bersalat, berlumuran dosa tidak taat kepada Yang Maha Kuasa, maka orang tua janganlah bermimpi mempunyai anak yang saleh. Karena itu, usaha harus maksimal dari bapak dan ibu.

Pondok pesantren adalah sarana untuk membantu bapak dan ibu menciptakan anak yang saleh. Cuma bapak dan ibu kerjasama harus klop dengan ustad atau kiai yang ngajar di sini. Tahunan anak Anda di sini, diajarkan salat berjemaah. Jangan nanti kalau liburan, pulang ada di rumah, berganti nonton TV berjemaah. Terapkan salat berjemaah di rumah bersama anak Anda yang sudah mondok yang diajarkan salat berjemaah di sini. Selama setahun anak Anda membaca al-Qur’an, tafsir al-Qur’an, dan juga Hadis Rasulillah. Jangan ada di rumah anaknya main kartu dibiarkan, anaknya main biliar dibiarkan. Jangan mengaji berubah menjadi menyanyi ada di rumah. Anda ternyata mengubah, merusak tarbiah, pendidikan pondok ini.

Seharusnya Anda tanya, “Nak kalau pagi jam sekian biasanya di pondok apa?” “Baca Hadis Ibu.” “Ibu bacakan Hadis, Nak! Ini ibu juga kepingin tahu isi Hadis.” “Jam segini apa?” “Baca Qur’an.” (Maka) baca al-Qur’an bersama, sehingga rumah menjadi pesantren bagi anak Anda.

Ayah dan ibu ibarat dua roda dari pada sepeda motor, anak ibarat penumpangnya. Dua roda ini harus kerjasama. Kalau yang dibelakang 60 km/jam, dituntut yang di muka 60 km/jam. Kalau sama, klop, maka penumpang akan selamat insya Allah sampai tujuan dengan baik. Begitu juga anak Anda yang belajar di sini. Semangat guru dan orang tua harus sama, tujuan guru dan orang tua harus sama. Insya Allah santri yang belajar di sini sesuai dengan harapan bapak-ibu, mempunyai anak yang saleh dan guru yang di sini memiliki santri yang saleh.

Tapi kalau sepeda motor yang dibelakang rodanya 60 km/jam, yang di muka cuma 40 km/jam. Ya… jungkel, tibho. Nggak mungkin akan selamat jadinya. Begitulah juga pendidikan yang ada di pondok dengan yang ada di rumah jika tidak diklopkan, tidak ada kerja sama, tidak mungkin akan bisa berhasil. Jangan-jangan santri ada di pondok, (berubah jadi) koboi ada di rumah. Jangan-jangan taat ada di pondok, maksiat ada di rumah. Akhirnya Anda telah menciptakan anak yang munafik. Karena itu keberhasilan ada di pondok itu adalah kuncinya dukungan dari pada bapak dan ibu.

Tugas Anda juga tidak kalah pentingnya bagi anak-anak Anda untuk menjadi contoh baik. Jangan ditampakkan perbuatan
negatif bapak dan ibu dihadapan anak-anak, karena sebentar lagi anak kamu akan lebih parah jika mencontoh perbuatannya. Segala sesuatu itu awal mulanya dari ngeliat, mengajak melihat untuk berbuat dan akhirnya terjadi perbuatan itu menjadi kebiasaan dan bisa-bisa menjadi kecanduan. Jika melihat orang tuanya melakukan perbuatan negatif, bentar lagi anaknya lebih parah. Contoh yang paling nyata yang realita. Kenapa anak-anak sekarang belum baligh kok mereka itu sudah kecanduan rokok. Karena bapaknya ngerokok di muka anaknya. Coba kalau bapaknya ahli baca Qur’an, saya yakin insya Allah anaknya menjadi ahli pembaca al-Qur’an. Karena itu jadilah contoh yang baik di hadapan anak Anda, insya Allah anak Anda meneruskan perjuanang Anda, insya Allah anak Anda akan meneruskan istiqamah Anda.

*) Ditranskip dari ceramah agama pada acara Puncak Peringatan Hari Jadi ke-274 Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) dan Haflah Ikhtibar ke-75Madrasah Miftahul Ulum (MMU), 18 Syaban 1432 H.
Abdurrahman Wahid/BS

BULETIN SIDOGIRI.EDISI 65.MUHARRAM.1433 Hal. 107-109

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan