Pendeta Masuk Islam Setelah Mengamalkan Tawassul

Sarkub Share:
Share

Suatu hari, menjelang dilaksanakannya ujian akhir nasional, beberapa anak murid sebuah SMA Katholik di kota Malang mendatangi kediaman Kyai Thawaf. Mereka bermaksud minta doa untuk menghadapi ujian akhir, agar diberi kemudahan dalam mengerjakan soal-soal sehingga lulus dengan nilai baik.

Kedatangan murid-murid sekolah Katholik itu suatu hal biasa buat pak kyai, karena beliau memang terbiasa membantu tetangga sekitarnya. Maka mereka pun diterima dan dilayani sebagaimana mestinya. Setelah mendengar maksud kedatangan mereka, pak kiai pun memberikan bacaan tertentu yang harus diamalkan sesuai bilangan tertentu sampai datangnya waktu ujian. Yaitu ”Ya Sayyidi Ya Rasulullah”, maknanya, “Wahai tuanku, wahai Rasulullah.”

Kalimat itu adalah permohonan kepada Rasulullah SAW, seorang yang diyakini sebagai hamba yang istimewa di hadapan Allah SWT, agar beliau SAW menyampaikan hajat yang diinginkan ke hadhirat Allah, Tuhan Yang Maha Berkehendak. Ini adalah salah satu cara dalam berdoa, yang di dalam agama dikenal dengan istilah tawassul. Dalam hal ini, Rasulullah SAW diyakini sebagai wasilah atau perantara untuk menyampaikan hajat di sisi Allah SWT, bukan diyakini sebagai pihak yang menentukan terkabulnya atau terwujudnya hajat tersebut.

Merasa sangat membutuhkan, para siswa itu pun memperhatikan perintah itu dengan seksama dan menjalankannya dengan penuh keyakinan. Ketika ujian tiba, para siswa SMA Katholik tersebut dapat mengerjakan soal ujian dengan baik, termasuk dalam mata ujian yang selama itu selalu jadi momok bagi mereka, dan akhirnya mereka lulus dengan nilai baik.

Hal ini tentu saja membuat guru dan pendeta yang membimbing mereka merasa heran dan penasaran. Yang menjadikan mereka penasaran, jawaban murid-murid mereka itu hampir mirip semua, termasuk pelajaran yang mereka anggap sulit. Padahal ketika mereka mengikuti ujian tersebut, penjagaan sangat ketat, sehingga tidak memungkinkan terjadinya kerja sama dalam mengerjakan soal-soal ujian. Namun, mereka tidak tahu ke mana dan kepada siapa mencari tahunya.

Hingga pada malam harinya salah seorang pendeta yang mengasuh siswa-siswa itu bermimpi didatangi seseorang yang mengenakan jubah serba putih. Pendeta bertanya kepada tamu yang asing baginya itu, “Mengapa para siswa di sekolah saya dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan baik dan dengan jawaban yang hampir mirip. Padahal ujian tersebut mendapat penjagaan ketat?”

“Tanyakan saja kepada Kiai Thawaf,” jawab tamunya yang berjubah putih itu. Setelah itu tamunya menghilang dan sang pendeta terbangun.

Esoknya pendeta itu berusaha mencari tahu Kiai Thawaf sesuai dengan petunjuk yetng diterimanya dalam mimpi. Tidak sulit untuk mencari sang kiai, karena dia tokoh terkenal di kota Malang.

Lalu keduanya pun bertemu dan berdialog. Dan tidak lupa sang pendeta bercerita soal mimpinya dan rasa penasaran terhadap para siswa yang ikut ujian.

Kiai Thawaf menjawab singkat, “Mereka mengamalkan bacaan-bacaan shalawat tertentu, yaitu amalan yang biasa diamalkan para pengikut Tarekat Wahidiyah, yakni bacaan Ya Sayyidi Ya Rasulullah.”

Sang pendeta merasa heran dengan jawaban itu. Hanya dengan membaca bacaan sederhana itu, para muridnya dapat mengatasi masalah ujian mereka. Dia tidak percaya begitu saja. Tapi buktinya, sukses telah diraih para muridnya.

Memikirkan kejadian irasional itu membuat sang pendeta berkeinginan pula mengamalkan bacaan tersebut. la pun minta izin kepada pak kiai. Meski pendeta itu beragama Katholik, Kiai Thawaf mengizinkan untuk membaca sebanyak-banyaknya. Kiai Thawaf juga menerangkan kepada tamunya bahwa bacaan itu adalah amalan yang diijasahkan oleh K.H. Abdul Majid Ma’ruf, Kedunglo, Kediri, pimpinan Tarekat Wahidiyah.

Beberapa hari kemudian, setelah mengamalkan bacaan tersebut, sang pendeta minta kesediaan Kiai Thawaf untuk mengantarkan dirinya sowan kepada Kiai Abdul Majid Ma’ruf di kediamannya. Kiai Thawaf tidak menolak niat tersebut. Maka, berdua mereka pergi ke Kedunglo, yang jaraknya dari Malang tidak terlalu jauh.

Begitu bertemu dengan Kiai Abdul Majid Ma’ruf, pak pendeta menjadi kaget. Ternyata kiai berjubah putih yang ditemui saat mimpi tidak lain adalah K.H. Abdul Majid Ma’ruf, pemimpin Tarekat Wahidiyah.

Pendeta itu kemudian mengutarakan maksudnya sowan kepada pak kiai, termasuk pengalamannya dalam mimpi. Namun yang paling penting, tanpa pikir panjang lagi, dia kemudian minta dibai’at menjadi muslim kepada Kiai Ma’ruf.

“Kalung salib ini akan kulepaskan,” kata sang pendeta sambil berusaha menanggalkan kalung yang melilit di lehemya.

“Tidak usah,” kata Kiai Ma’ruf dengan nada datar. “Biar untuk kenang-kenangan.” Maka, Kiai Ma’ruf pun menerima ikrar pendeta itu masuk Islam.

K.H. Abdul Majid Ma’ruf adalah pendiri Amalan Sholawat Wahidiyah di Kediri yang banyak pengikutnya. la lahir pada 1920 dan wafat pada 7 Maret 1989 (29 Rajab 1409) di Kedunglo, Kediri, Jawa Timur. Ia sangat disegani dan dihormati oleh pengikutnya.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

15 Responses

  1. Muhammad Ulil Abshor10/02/2012 at 02:10Reply

    Ijin Share.plus ijin ngopy. dan terima kasih banyak…

  2. faza ashoffurrijal10/02/2012 at 09:44Reply

    sukron

  3. sarkub al faqiir10/02/2012 at 19:14Reply

    ralat ,,, bukan tariqot wahidiyah tetapi ( sholawat wahidiyah ) saya pengamal sholawat tersebut ,, ok mbah pengemis makam

  4. agus11/02/2012 at 04:51Reply

    masyaallah…. sungguh luar biasa, dakwah tidak harus menggunakan pedang dan bom. ternyata pintu hidayah Allah terbuka dengan jalan toleransi dan silaturahim. ya sayyidii ya rasulallah……
    saya mohon untuk replay….terima kasih

  5. almas12/02/2012 at 12:57Reply

    alhamdulillah.. hidayah datang juga.. izin copi n share gus..
    trmksh.

    • Author

      Wong Tegal12/02/2012 at 23:33Reply

      monggo gus,, semoga bermanfaat ^_^

  6. Kang Uwais12/02/2012 at 20:38Reply

    Banyak yang bilang dakwah yang seperti ini tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadits, dan tidak bisa diterima karena tidak ada dalilnya… Padahal hakikatnya yang tidak bisa menerima itu mereka yang beragama hanya menggunakan akal saja, kalaupun ada dalil jika tidak sesuai dengan logika akal mereka, maka akan ditolak, dibilang tidak masuk akal dan tidak ilmiah… Sehingga tanpa disadari bukan Islam yang menjadi agama mereka melainkan logika dan bukan Allah Tuhan mereka melainkan akal… Jika mengaku Islam pun berarti Islam semakin sempit karena dibatasi sebuah keilmiahan yang mana ilmiah itu rumusan manusia…
    Memang benar hidayah itu Allah berikan kepada makhluk yang Beliau kehendaki… Dan salah satu yang berperan adalah hati, inilah yang seringkali dilupakan oleh banyak orang…

  7. Muhammad Choirul Umam20/05/2012 at 16:19Reply

    lah katanya orang orang lirboyo ni solawat ngak mu’tabar,. wallahua’lam,..

  8. darmadi23/05/2012 at 22:43Reply

    mau nanya, dongengnya valid apa nggak? kalo iya, siapa nama pendetanya dan alamatya trus nama sekolahanya?????

  9. Eko27/06/2012 at 11:15Reply

    Terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini, ada satu kesalahan yang membuat cerita ini menjadi janggal.
    Diceritakan bahwa yang mendatangi Kyai Thawaf adalah murid-murid SMA Katolik. Tapi mengapa yang membimbing mereka adalah seorang PENDETA? Katolik tidak mengenal istilah pendeta, mereka hanya mengenal istilah pastur atau romo. Istilah pendeta sendiri digunakan oleh kalangan Kristen Protestan.

  10. rahardian jamal07/07/2012 at 13:35Reply

    yah, namanya juga isu yang hot, jadi pada berlomba-lomba deh buat tulisan tentang pastur masuk islam. masalahnya kalo pak bon sekolahku yang masuk islam siapa peduli.. ya ga broer? saking semangatnya mengarang indah banyak fakta diabaikan, sehingga sekali baca dah ketahuan tuh tidak validnya. tapi jika benarpun, mari kita kembali bahwa agama iman dan kepercayaan adalah hal yang sangat pribadi. sangat pribadi sehingga pak hajipun bis amenjadi kristen. Peace.

  11. ponimin19/10/2012 at 09:35Reply

    Jangan menuntut kesempurnaan!,Tak ada Manusia yang sempurna di Dunia Ini,
    Dari Dakwah diatas ambil nilai positifnya,Jangan Negatif Thinking. Paling tidak menghambat kesesatan Dalam bentuk agama selain ISLAM yang di Ciptakan Yahudi, secara turun- menurun.
    Mereka mengajak kalian untuk menjadi kafir dan tidak mau mengakui TUHAN sbg Penciptanya, untuk bekal hidup di Neraka. Kenapa harus ngotot untuk ke Neraka.

  12. kiki19/10/2012 at 12:48Reply

    ngapusi paling

  13. sdr sadar21/02/2014 at 00:31Reply

    Diatas ada yg bilang Sholawat mu’tabar, Sholawat tdk perlu mu’tabar (penjelasan ada disini: http://wahidiyy.blogspot.com/2014/02/wahidiyah-sesat.html ).

    Soal cerita diatas saya pribadi jg baru tahu ini, tp kalau beliau mualif sholawat wahidiyah masih sugeg, mungkin cerita awal berdirinya wahidiyah, mungkin th 70/80an.

  14. Alam Fitriyadi23/01/2015 at 10:34Reply

    Bagus kisahnya, semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan