Antara Wahabi dan Yahudi

Sarkub Share:
Share

 Ibnu Taimiyah dan Yahudi

Al Hafidz Abu Sa’id al ’Ala-i[1] guru dari al Hafidz al Iraqi menyebutkan sebagaimana diriwayatkan oleh al Hafidz muhaddits dan pakar sejarah Syamsuddin ibn Thulun[2] dalam kitabnya Dzakha-ir al Qashr hal. 96 dalam bentuk manuskrip dari Ibn Taimiyah bahwasanya ia mengatakan: “Sesungguhnya Taurat tidak dirubah lafadz-lafadznya tetapi ia masih tetap sebagaimana ia diturunkan, hanya saja terjadi penyimpangan pada penafsirannya”. Ibn Taimiyah menulis kitab tentang masalah ini.

Syekh Muhammad Zahid al Kautsari[3] dalam kitab al Isyfaq ‘Ala Ahkami al Thalaq cetakan Dar Ibn Zaidun hal. 72 mengatakan:

 

“Apabila kita katakan bahwa Islam belum pernah diuji dengan orang yang lebih berbahaya dari Ibn Taimiyah dalam memecah belah umat Islam, yaitu mudah dan memberi toleransi kepada Yahudi yang mengatakan tentang kitab-kitab mereka bahwasanya lafadznya tidak ada penyelewengan”.

~~~~

Ibn Baz dan Yahudi

Pemimpin Wahabi pada masa sekarang Ibn Baz telah membolehkan perdamaian yang permanen dengan Yahudi tanpa batas dan tanpa syarat, dan ia berpendapat  bahwa hal ini sesuai dengan al Qur’an dan sunnah. Fatwa itu segera menyebar di media cetak dan elektronik setelah secara resmi disampaikan Ibn Baz dari kantornya. Di antara yang menyebutkan teks perkataannya adalah koran Nidaul Wathan di Lebanon edisi 644, koran al Diyar Lebanon edisi 2276 Kamis tanggal 22/12/1994 dan koran bernama al Muslimun.  Dengan fatwa ini “saudaranya” (Ibn Baz) Menteri luar negeri Yahudi Shimon Perez benar-benar gembira ketika itu dan meminta kepada Arab dan umat Islam untuk sama-sama mendukungnya. Penyataan Shimon Perez ini dilansir oleh koran as-SafirLebanon tanggal 23/12 19994 dan koran elektronik Australia edisi 2754.

Di antara yang menunjukkan kesesatan aqidah pemimpin mereka dan kesamaannya dengan aqidah tajsim yang diyakini oleh kaum Yahudi adalah bahwa ia sepakat dengan perkataan Abdurrahman ibn Hasan cucu Muhammad ibn Abdul Wahhab yang mengatakan dalam kitabnya Fathul Majid hal. 461:

“Renungkanlah apa yang ada dalam beberapa hadits yang shahih ini yang berisi tentang pengagungan Nabi kepada Tuhannya dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaannya sesuai dengan sifat yang layak dengan keagungan dan kemulyaanNya dan pembenarannya terhadap Yahudi dalam apa yang mereka kabarkan tentang sifat-sifat Allah yang menunjukkan keagunganNya, dan renungkanlah juga isi hadits itu  tentang adanya Allah di atas ArsyNya”.

 Sebagaimana kebiasaan kaum Yahudi berbohong kepada Allah dan para nabinya demikian juga pemimpin golongan Wahabi membuat-buat kebohongan kepada Allah dan Rasulullah. Dan ini tidak aneh lagi, untuk pembenaran kebohongannya mereka menisbatkan kebohongan kepada Rasulullah dan seakan-akan Rasul membenarkan kekufuran Yahudi. Jelas, ini adalah pengkafiran terhadap Nabi yang maksum dan penyesatan terhadap makhluk yang paling mulia. Semoga kita mendapat perlindungan dari Allah dari kesesatan mereka.

~~~~

Muhammad Nashiruddin al Albani Dan Yahudi

Di antara pernyataan salah seorang panutan Wahabiyah di Yordaniyah yang bernama Muhammad Nashiruddin al Albani yang menyenangkan dan menggembirakan kaum Yahudi.

  1. Dia menyerukan warga Palestina untuk keluar dan hijrah dari Palestina.
  2. Para syuhada’ intifadhah telah melakukan bunuh diri  bukan mati syahid.
  3. Mereka yang melakukan intifadhah (perlawanan) telah merugi dan menganggap bahwa ini adalah sunnah.

Lihatlah koran al liwa’ Yordania tanggal 7/71993 hal. 16 dan kitab Fatawa al Albani yang diedit oleh Ukasyah Abdul Mannan cetakan Maktabah al turats hal. 18. Juga dalam kaset rekaman dengan suara al Albani di rumahnya tanggal 22/4/1993. berikut naskah pernyataan al Albani yang dimuat salah satu koran edisi tanggal 1/9/1993, bertemakan:

 

Kenapa al Albani mengatakan: “Setiap orang yang tetap tinggal di Palestina adalah kafir?”

Sesungguhnya permasalahan fatwa orang yang bernama Nashiriddin al Albani yang menyebutkan: “Sesungguhnya wajib bagi rakyat Palestina meninggalkan negaranya dan mengungsi ke negara lain, dan setiap yang masih tetap berada di Palestina maka dia kafir.” Fatwa ini benar-benar aneh dan mengherankan serta banyak mengundang polemik, bukan hanya di Yordania tempat tinggal Wahabi ini, akan tetapi meluas sampai ke penjuru dunia Arab lainnya.

Herannya, fatwa “edan” ini  ada juga yang mendukungnya. Akan tetapi banyak yang membantahnya di antaranya; Dr Shalah al Khalidi, ia mengatakan:

“Sesungguhnya syekh al Albani dalam fatwanya telah menyalahi sunnah, dia telah pikun.”  Dr al Khalidi meminta kepada para pengikut Albani dan para muridnya untuk tidak lagi mengikuti ajarannya tanpa pertimbangan.

Dr Ali al Faqir anggota parlemen Yordania memberikan catatan kaki dengan mengatakan: “fatwa ini keluar dari syetan”. Dr Ali al Faqir merasa aneh bahwa Albani meminta rakyat Palestina meninggalkan negaranya dengan alasan bahwa Yahudi telah menjajahnya.

Bantahan juga datang dari fakultas syari’ah Universitas Yordaniyah, dengan menyebutkan beberapa poin ketimpangan dari fatwa Albani.

Jelas, Palestina adalah negara Islam yang seharusnya kita perjuangkan agar rakyatnya kembali mendapatkan haknya, bukan malah diserahkan ke penjajah.

Dr Ali al Faqir mengatakan: “Sesungguhnya perkataan syekh ini adalah perkataan Yahudi. Bahkan masalah ini menjadi perdebatan politik, mungkin saja  yang bersangkutan dalam proses penyidikan.”

~~~~

Hammud ibn Abdullah al Tuwaijiri dan Yahudi

Hammud al Tuwaijiri memberi pujian dan dukungan terhadap aqidah “saudara-saudaranya” Yahudi, yang juga aqidahnya dalam kitabnya yang ia beri judul  Aqidah Ahl al Iman fi Khalqi Adam ‘ala Shurat ar-Rahman. Kitab tersebut diberi rekomendasi oleh Ibn Baz, mufti mereka, cetakan Darul liwa Riyadh cetakan kedua, pada hal. 76 Hammud mengatakan:

“Dan makna semacam ini menurut ahli kitab termasuk kitab-kitab mereka yang ma’tsurah dari para nabi seperti Taurat, sesungguhnya dalam Safar al Awwal mengatakan: “Kami akan menciptakan manusia sesuai dengan gambar/bentuk kami, menyerupaiNya”.

Pada hal. 77 ia mengatakan:

“Juga sudah maklum bahwa naskah Taurat sekarang dan yang semacamnya telah ada pada masa Nabi.  Apabila di dalamnya terdapat kebohongan seperti mensifati Allah dengan sesuatu yang mustahil bagiNya seperti adanya sekutu dan anak, maka pastilah pengingkaran terhadap hal itu ada dalam perkataan Nabi atau sahabat atau tabi’in sebagaimana mereka mengingkari  perkara yang lebih ringan dari itu. Allah mencela mereka dengan sesuatu yang lebih ringan dari itu, apabila ini adalah aib tentu celaan Allah terhadap mereka dalam masalah ini jauh lebih besar dan lebih berat.”

Gamblang sudah, persamaan aqidah Wahabiyah dengan aqidah Yahudi. Pernyataan-pernyataan mereka dan tulisan-tulisannya juga sama. Lebih celakanya,  Ibn Taimiyah dan para “pengikutnya” wahabiyah, mengatakan bahwa Rasul tidak membantah kedustaan mereka kepada Allah, tidak mengingkari kekufuran dan kesyirikan mereka tentang penisbatan bentuk dan gambar kepada Allah.

Berarti, mereka telah mengkafirkan Rasul dan menisbatkan kepadanya kesesatan untuk mengelabuhi kaum awam. Sungguh besar kebohongan mereka kepada Allah dan Rasulnya. Allah dan RasulNya serta orang-orang beriman terbebas dari mereka dan dari agama mereka yang kufur.

Catatan Kaki :

 [1] Al ‘Alai, nama lengkapnya adalah al Hafidz Khalil ibn kalaidi Shalahuddin Abu Sa’id ad Dimasyqi al Maqdisiy. Dilahirkan di Damaskus pada bulan Rabi’ul Awwal, tahun 94 H. Di antara para gurunya adalah al Mizziy, Burhan al Fazariy, Kamaluddin ibn az Zamlakani dan lainnya. Al Isnawi mengatakan: “al ‘Alai adalah seorang hafidz pada masanya, imam dalam fikih, ushul dan lainnya..” Beliau adalah seorang sunni berakidah Asy’ariyah. Di antara karyanya yang masyhur adalah Thabaqat as Syafi’iyah.

[2] Syamsuddin Ibn Thalun, nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Khimarumai ibn Thalun Syamsuddin Abu Abdillah ad Dimasyqi. Dilahirkan pada tahun 880 H. Beliau adalah seorang ulama ahli sejarah, ahli fikih bermadzhab Hanafi, ahli hadits, ahli Nahwu dan lainnya. Di antara karya tulisnya adalah at Tamattu’ bil Aqran baina Tarajum as Syuyukh wa al Aqran, Ifadat as-Syuyukh bi Thaharati alJukh, Tahdzir al ‘Ibad min al Hulul wa al Ittihad, ad Durar al Ghawaliy fi al Ahadits al ‘Awaliy dan lainnya. Wafat pada tahun 953 H.

[3] al Kautsari, nama lengkapnya adalah Muhammad Zahid ibn Hasan ibn Ali al Kautsari  al Hanafi. Dilahirkan pada hari Selasa tanggal 27 Syawal tahun 1296 H. Beliau adalah seorang ulama ahli hadits, ahli fikih, ahli tahqiq, ahli sejarah, ahli kalam serta seorang sufi. Jabatan yang pernah disandangnya adalah pengajar di Jami’ al Fatih dan pemimpin para masyayikh pada Daulah Utsmaniyah. Wafat pada hari Ahad tanggal 19 Dzul Qa’dah 1371 H. Di antara hasil karyanya adalah  al Isyfaq ‘ala Ahkam at Thalaq, Min ‘Ibari at Tarikh, Ihqaqu al Haq bi Ibthali al bathil fi Mughitsi al Khalqi, Muhiqqu an Nuqul fi Mas-alati at Tawasul, al Hawi fi Sirati Abi Ja’far at  Thahawi dan masih banyak lagi.

(Ust. Kholil Abu Fateh)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

2 Responses

  1. toto01/04/2013 at 06:55Reply

    artikal yang sangat lucu,???bagaimana tidak bahwa al “alai yang lahir th 94 h sudah berpaham as ariyah,,padahal abu hasan al as ari lahir sekitar th 300H,,ditambah lagi al a”ala-i kok punya manuskrip dari ibnu taymiyah padahal ibnu taymiyah lahir skitar th 750 H ,,???wah artikelnya copas dari mana sih ini?????isinya kok propaganda dan desas desus gt.

  2. Hartono Jember26/09/2015 at 20:28Reply

    Mestinya di sanggah tuh Komentnya toto Tuan Sarkub

Tinggalkan Balasan